Kisah Yahudi Edit Taurat dan Injil, Tapi Gagal Edit Alquran Malah Jadi Mualaf

Orang Yahudi itu mengisahkan perjalanan hidupnya menjadi mualaf.

Foto : MgRol112
Ilustrasi Mualaf
Rep: Fuji Eka Permana Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu ketika di masa lalu dikisahkan ada seorang Yahudi yang punya keahlian untuk mengurangi dan menambah atau mengedit isi kitab suci. Yahudi tersebut telah mengedit isi kitab Taurat dan Injil. 

Baca Juga

Namun saat orang Yahudi itu mencoba mengedit Alquran, ia gagal dan ketahuan hingga akhirnya memeluk Islam. Cerita selengkapnya dikisahkan Yahya bin Aksam.

Sebelum menjadi khalifah, Al-Makmun mempunyai majelis diskusi. Suatu hari, seorang lelaki Yahudi yang berwajah tampan, beraroma tubuh yang wangi, dan berpakaian rapi memasuki majlis itu. 

Seorang Yahudi itu dengan retorika yang khas berbicara di majelis itu. Setelah acara berakhir dan orang-orang pun satu-persatu meninggalkan majelis, Al-Makmun memanggil orang Yahudi itu.

Al-Makmun berkata, "Pilihlah Islam dan jadilah seorang Muslim, sehingga aku dapat melakukan sesuatu untukmu." Lelaki Yahudi itu menjawab, "Agamaku adalah agama nenek-moyangku, janganlah kau memaksaku untuk meninggalkan agamaku ini." 

Setahun berlalu dari peristiwa di majelis itu, tiba-tiba lelaki Yahudi itu telah memeluk Islam menjadi seorang Muslim. Dia kembali mendatangi majelis Al-Makmun. Orang Yahudi yang telah jadi Muslim itu berbicara tentang masalah-masalah fikih dengan baik sekali. 

Setelah acara, Al-Makmun memanggil dan berkata kepadanya, “Bukankah kamu sahabat kami yang setahun lalu pernah datang kemari dan kami pernah menawarkan Islam kepadamu?" Lelaki Yahudi itu menjawab, “Ya, benar."

Lelaki Yahudi itu mengisahkan kisahnya mengapa bisa memeluk agama Islam.

"Aku adalah seorang ahli menulis indah. Setahun lalu setelah keluar dari majelis ini, aku menyalin tiga lembar dari Kitab Taurat dengan tanganku sendiri. Aku mengurangi dan menambahi isi Kitab Taurat. Setelah itu, aku membawanya ke pasar untuk dijual, dan orang pun membelinya." 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

"Pada kesempatan lain, aku melakukan hal yang sama terhadap Injil. Aku salin tiga lembar darinya dengan tanganku sendiri, mengurangi dan menambahi isinya. Setelah selesai, orang-orang pun membelinya dariku." 

"Kemudian, setelah melakukannya terhadap Injil, aku pun berniat melakukannya terhadap Alquran." 

"Seperti biasa, aku menyalin tiga lembar dari Alquran, lalu mengurangi dan menambahi isinya atau ayat-ayatnya. Setelah itu, aku bawa Alquran itu ke penjual kitab dan kutawarkan kepadanya."

"Akan tetapi, sebelum membelinya, terlebih dahulu dia membuka lembar demi lembar Alquran yang kutawarkan itu, dan dia betul-betul memperhatikan isinya. Setelah sampai kepada lembaran-lembaran yang kutulis, tampaklah kejanggalan di matanya, dan dia paham bahwa pada tiga lembaran itu telah terjadi penambahan dan pengurangan ayat Alquran. Tiba-tiba tanpa pikir panjang, dia lemparkan lembaran Alquran ke wajahku."

"Setelah peristiwa itu, aku menjadi yakin bahwa Alquran adalah kitab suci yang terjaga. Tidak mungkin Alquran dikuasai oleh tangan-tangan jahil. Maka berawal dari sana, aku pun memilih Islam sebagai agama baruku." 

Kisah ini dilansir dari buku 40 Kisah Keagungan Alquran karya Musthafa Muhammadi (Ahwazi) yang diterjemahkan Yusuf Anas diterbitkan Oorina, 2008.

Allah SWT berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

Innā naḥnu nazzalnaż-żikra wa innā lahụ laḥāfiẓụn

 

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Surat Al-Hijr Ayat 9)

 
Berita Terpopuler