Remaja Seloroh Darah dan Tulang Anak Palestina, dari Tawa Menjadi Tangis Serta Penyesalan

Anak-anak itu tidak sengaja dalam membuat konten parodi

Twitter Tangkapan Layar
Tangkapan layar bercandaan makan darah dan tulang anak Palestina.
Rep: Bayu Adji Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Permintaan maaf tiga anak yang berseloroh tentang tulang dan darah anak Palestina menjadi pembelajaran besar akan pentingnya rasa empati. Rasa empati itu mesti ditanamkan sejak dini agar benar merasakan kondisi yang dialami orang lain. 

Baca Juga

"Mereka sempat nangis semua, dalam kondisi yang ketakutan dan mereka memohon kepada kami agar bisa dibantu terkait hal ini. Jadi mereka sangat menyesali kondisi ini," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disdik Provinsi DKI Jakarta Budi Awaluddin saat konferensi pers di Kantor Disdik Provinsi DKI Jakarta, Rabu (12/6/2024).

Ia menilai, anak-anak itu tidak sengaja dalam membuat konten parodi mengenai Palestina. Pasalnya, ketika itu mereka sedang bercanda seperti biasa. Namun, bercandaan itu terekam dan diunggah ke media sosial, sehingga menjadi viral.

"Mereka sangat-sangat menyesali kondisi yang telah terjadi. Jadi kondisinya memang mereka tidak sengaja terucap secara seperti itu. Jadi ini sebenarnya becandaan saja," kata Budi.

Budi mengakui, saat ini anak-anak itu banyak mendapat perundungan di media sosial. Karena itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan orang tua untuk bisa memberikan perlindungan, setidaknya di lingkungan rumahnya, terhadap anak yang statusnya masih di bawah umur.ebelumnya sempat viral 

Sebelumnya sempat Viral sejumlah anak remaja di media sosial membuat video yang dianggap tidak berempati terhadap kondisi bangsa palestina. 

Dalam cuplikan itu, keempat remaja tampak sedang makan di sebuah restoran cepat saji. Kemudian seorang remaja wanita berambut sebahu memakan ayam hingga bersih sampai tulangnya. 

Seorang rekannya sambil menatap kamera lalu bilang, 'Makan tulang anak Palestina." 

 

Selanjutnya temannya yang lain sambil menyocolkan ayam ke sambal mengatakan, "Darah anak Palestina." 

Mereka pun bersoloroh dan tertawa.  Kemudian ada yang menunjukkan sebuah daging. "Itu daging anak Palestina."

"Ini bukan saus, darah anak Palestina," kata wanita lainnya.

Video ini menuai banyak komentar dari netizen.  "Kayanya mereka terlalu lama hidup enak dan berkecukupan dlm segala hal , gak pernah ngerasaain hidup saat perang , makan ajah yg enak2 gitu .. anak2 di palestina boro2 makan yg ginian tempat untuk pulang ajah gak ada . kematian dan penderitaan orang di jadiin bahan joke sungguh," tulis seorang netizen. 

Sebuah cuplikan pesan yang diduga milik seorang remaja putri itu menyatakan meminta maaf. 'berhubung uda di take down .. ya gue mau say sorry, krn itu hal sensitive yg seharusnya gak dibikin bcandaan dan salahnya gue pke ngepost sgla+cepat percaya sm org." 

Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Pemuda Persatuan Islam (Persis) DKI Jakarta, Ustaz Ahmad Zuhdi mempertanyakan pendidikan seperti apa yang didapatkan para remaja itu di rumahnya, sekolahnya dan lingkungannya. Karena apa yang mereka sampaikan dan ucapkan itu tidak terlepas dari proses interaksi mereka di lingkungannya seperti di rumah dan sekolah. 

Karena yang mereka sampaikan itu tidak alami, tidak muncul secara tiba-tiba, pastinya terbentuk melalui proses pendidikan, baik pendidikan formal, informal maupun non formal, maka kita patut mempertanyakan pendidikan apa yang mereka dapatkan sampai mengatakan seperti itu," kata Ustaz Zuhdi kepada Republika, Rabu (12/6/2024).

Ustaz Zuhdi mengatakan, kecenderungan sekolah mereka seperti apa terhadap konflik Palestina dan Israel. Lingkungan keluarga mereka seperti apa hingga mereka hilang empati.

Karena yang para remaja itu sampaikan terbentuk melalui suatu proses komunikasi yang tidak tiba-tiba. Pasti mereka mendapatkan asupan informasi yang mendiskreditkan bangsa Palestina.

"Ini menjadi catatan penting bahwa orang tua penting untuk mendidik anak dengan agama sejak usia dini karena agama ini menjadi modalitas dan menjadi bekal untuk kesiapan, untuk kematangan dia di masa-masa mendatang," ujar Ustaz Zuhdi.

Pendidikan agama dan kemanusiaan menghadirkan rasa simpati dan empati. Maka jangan salahkan ketika anaknya tumbuh menjadi anak-anak yang tidak bermoral dan anak-anak yang bersikap barbar jika tidak diajari nilai-niali agama sejak dini.

 
Berita Terpopuler