Kisah Sahabat Nabi yang Gemar Bercanda

Sahabat Nabi ini bercanda dengan cara menjual teman sendiri.

Dok Republika
Sahabat Nabi (ilustrasi)
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nu’aiman bin Amr merupakan seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang unik. Sebab, di antara kaum Muslimin pada zamannya, ia memiliki sifat yang lebih periang dan gemar bercanda.

Beberapa kali, Rasulullah SAW terhibur akan perangai sahabat yang kreatif nan jenaka
ini. Bahkan, beliau juga pernah menjadi “korban” candaan Nu'aiman.

Nabi SAW saja "kena", apalagi para sahabat, yakni rekan-rekan Nu'aiman? Ambil contoh kisah berikut ini.

Pada suatu ketika, salah satu Ashabul Badr ini turut serta dalam kafilah dagang yang dipimpin Abu Bakar ash-Shiddiq. Rombongan bergerak dari Madinah menuju Negeri Syam.

Akhirnya, mereka hampir tiba di titik tujuan. Siang itu, Abu Bakar memutuskan untuk mengistirahatkan timnya di dekat sebuah oasis.

Ayahanda ummul mu`minin 'Aisyah itu lantas mengabarkan kepada Suwaibith bin Harmalah. Sebab, ia hendak pergi sebentar ke pasar terdekat.

Oleh Abu Bakar, Suwaibith diminta agar menjaga kereta yang berisi penuh makanan. Permintaan itu pun disanggupi.

Selang beberapa lama, Suwaibith melihat seorang anggota rombongan mendekatinya. Dia adalah Nu’aiman bin Amr. Lelaki dari kalangan Anshar itu tampak amat letih dan lemas.

“Wahai Suwaibith, apa yang engkau lakukan di depan kereta perbekalan kita ini? Ke mana Abu Bakar?” tanya Nu’aiman sambil menyeka keringatnya.

“Beliau pergi sebentar ke pasar dekat dari sini. Aku ditugaskan untuk menjaga kereta ini,” jawab Suwaibith.

“Kalau begitu, berikanlah kepadaku sepotong roti dari perbekalan kita. Sungguh, aku sangat lapar,” pinta Nu’aiman.

“Tidak boleh! Aku harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Abu Bakar, sebab dialah pemimpin rombongan kita,” tegas Ibnu Harmalah.

Berkali-kali Nu’aiman meminta, tetapi permintaannya itu selalu ditolak. “Sungguh, engkau akan kuberikan pelajaran,” katanya.

“Aku tidak takut!” ucap Suwaibith kepada Nu’aiman yang kemudian pergi menjauhinya.


Baca Juga

Ternyata, diam-diam Nu’aiman pergi ke pasar. Tujuannya bukan mencari Abu Bakar, melainkan sekumpulan pedagang yang biasa membeli budak.

Kepada mereka, ia langsung berkata, “Wahai Saudara-saudara, aku hendak menjual hamba. Harga normalnya 300 dirham, tetapi aku sangat butuh uang berapa pun saat ini. Kulepas untuk kalian hanya dengan 20 dirham!”

Tentu saja mereka menyanggupi. “Ini 20 dirham!” kata seorang dari mereka sembari menyalami tangan sahabat Nabi SAW ini, “Sekarang, di mana hamba ('abd) kau jual itu?”

“Ia ada di dekat oasis sana, memakai pakaian begini dan begitu. Namun, harap kalian perhatikan! Ia sungguh aneh meski bisa diandalkan untuk bekerja. Hamba itu sering mengaku kalau dirinya adalah orang merdeka,” jelas Nu’aiman.

Maka bergegaslah orang-orang ini ke tempat yang dimaksud. Begitu melihat Suwaibith, mereka langsung menyergapnya.

Sontak saja, Suwaibith terkejut dan menghardik mereka. Namun, para pedagang ini tidak kalah kerasnya. “Kami sudah tahu tabiatmu! Tidak usah kau mengelak seperti orang merdeka,” katanya.

Sementara Suwaibith dalam keadaan terikat dibawa ke pasar, Nu’aiman keluar dari persembunyiannya. Barulah sesudah itu, Abu Bakar kembali ke oasis itu.

“Di mana Suwaibith?” tanya Abu Bakar.

Nu’aiman menceritakan duduk perkara apa adanya. Kaget, sahabat berjulukan ash-shiddiq ini bergegas ke pasar lagi untuk membeli Suwaibith dari para pedagang itu.

Dari Syam, rombongan ini pulang ke Madinah. Begitu sampai, Abu Bakar menyampaikan kepada Rasulullah SAW ihwal “teman menjual teman lainnya” itu.

Nabi SAW tertawa hingga gigi geraham beliau tampak. Nu’aiman bin Amr, secara teknis, tidak berbohong dalam candanya itu. Sebab, ia menyebut Suwaibith sebagai "hamba" ('abd). Yang dia maksudkan adalah 'abdullah (hamba Allah) walaupun orang di pasar yang disambanginya mengira, 'abd itu adalah hamba sahaya alias budak.

Walaupun telah lewat masa setahun, Rasul SAW acap kali menyampaikan kisah lucu itu kepada para tamunya sebagai selingan.

“Nu’aiman akan masuk surga sambil tertawa karena ia sering membuatku tertawa,” ucap beliau suatu kali.

 

 
Berita Terpopuler