Erdogan: Semangat PBB Mati di Gaza

Israel masih serang Rafah Jalur Gaza

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Sejumkah aktivis yang tergabung dalam Solidaritas Seni untuk Palestina menyalakan lilin saat aksi Hari Berkabung Internasional untuk Palestina di Monumen Solidaritas Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/5/2024). Mereka mengecam tindakan Israel yang menghancurkan tenda pengungsi di Rafah, Palestina pada 26 Mei lalu dan mengusulkan kepada pemerintah untuk memperingati 26 Mei sebagai Hari Berkabung Internasional untuk Palestina.
Rep: Lintar Satria Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA— Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melontarkan kritik terhadap pemimpin Barat yang "bungkam" pada perang Israel di Gaza. Ia menuduh mereka terlibat dalam "kebrutalan" Israel.

Baca Juga

"Kepala negara dan pemerintah Eropa, karena kebungkaman anda, anda terlibat dalam vampirisme Israel," kata Erdogan seperti dikutip dari Aljazirah, Rabu (29/5/2024).

Pernyataan keras ini Erdogan sampaikan di hadapan anggota parlemen Turki. Ia juga mengincar PBB, dengan bertanya apa tujuan dari lembaga internasional itu bila tidak dapat menghentikan "genosida" di abad ke-21.

"PBB bahkan tidak bisa melindungi stafnya sendiri. Apa lagi yang anda tunggu untuk bertindak? Semangat PBB mati di Gaza," kata Erdogan.

Presiden Turki itu salah satu kritikus paling vokal atas perang Israel ke Gaza. Ia menyebut Israel sebagai "negara teror" dan memberlakukan pembatasan perdagangan dengan negara itu.

Pemerintah AS dan Israel mengecam penggunaan kata genosida dalam serangan-serangan Israel ke Gaza.

Pada Selasa (28/5/2024) kemarin Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan saat menerima laporan serangan udara Israel ke Rafah yang memicu kebakaran dan menewaskan 45 orang pada (25/5/2024) Ahad lalu, Washington segera meminta Israel menggelar penyelidikan atas serangan tersebut.

Sebelumnya juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengakui Israel semakin terisolasi di panggung internasional. Saat ditanya wartawan di Gedung Putih apakah serangan udara Israel yang menewaskan 45 orang di Rafah akhir pekan lalu menyulitkan posisi Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Kirby mengatakan Israel dapat semakin terisolasi dari masyarakat internasional. "Karena sikap mereka dalam menggelar operasi-operasi semacam itu," katanya.

"Jadi ini merupakan keprihatinan, jelas karena ini bukan kepentingan terbaik Israel dan bukan kepentingan terbaik kami untuk Israel menjadi semakin terisolasi di panggung dunia," tambahnya.

Sementara itu...

Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa menegaskan gambaran suram menyusul serangan udara yang dilakukan Israel di sebuah kamp di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan pada Ahad, mengungkapkan bahwa sedikitnya 200 orang terbunuh.

“Menurut beberapa sumber medis asing yang berbicara kepada tim kami, sedikitnya 200 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan tersebut,” kata direktur komunikasi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) Juliette Touma, kepada wartawan saat konferensi pers secara virtual.

Menggarisbawahi akibat serangan yang "sangat besar", Touma menekankan bahwa peristiwa tersebut "secara umum menambah rasa takut akan kematian".

Menurut Touma, pengungsian masih berlangsung, mengingat lebih dari satu juta orang telah meninggalkan Kota Rafah sejak 6 Mei.

Touma mengindikasikan bahwa mereka sebelumnya sudah mengungsi di berbagai lokasi, tetapi pemboman besar-besaran di daerah itu terus berlanjut.

Dia menambahkan bahwa hanya 200 truk bantuan yang dapat masuk ke wilayah tersebut dalam tiga pekan terakhir. “Tentunya terjadi penurunan di tengah kebutuhan kemanusiaan masyarakat, karena jumlah kebutuhan terus bertambah.” “Yang dibutuhkan Gaza adalah 500 truk dan jumlah itu harus gabungan pasokan komersial dan pasokan kemanusiaan,” katanya.

Sedikitnya 45 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, gugur dan hampir 250 orang terluka akibat serangan Israel. Ledakan juga terjadi di dekat pangkalan logistik UNRWA di Tal al-Sultan, menurut Kantor Media Pemerintah yang berbasis di Gaza.

Perang Israel di Gaza yang sudah berlangsung selama delapan bulan telah menyebabkan lebih dari 36 ribu orang terbunuh dan 81.100 orang lainnya terluka.

Kampanye militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang dan menyebabkan sebagian besar warga sipilnya kehilangan tempat tinggal dan berisiko kelaparan.

Serangan terbaru pada Ahad terjadi meski terdapat keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) yang memerintahkan Israel untuk menghentikan serangannya di Kota Rafah, yang menjadi tempat perlindungan bagi satu juta lebih warga Palestina.

BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)
BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)

 
Berita Terpopuler