Berapa Tahun Manusia Tidur? Ini Perhitungan Imam Ghazali dan Caranya Agar Jadi Ibadah

Tidur adalah kebutuhan asasi manusia

Pixabay
Tidur (ilustrasi). Tidur adalah kebutuhan asasi manusia
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tidak ada aktivitas yang paling menyita waktu kecuali tidur. Umumnya sepertiga waktu manusia dihabiskan untuk tidur. Alokasinya lebih banyak dibanding waktu untuk bekerja, belajar, bermain, atau menjalankan ibadah ritual. 

Baca Juga

Ada sebuah hitung-hitungan menarik dari Imam Al-Ghazali. "Andai seseorang tidur selama 8 jam sehari, maka dalam usia 60 tahun, ia telah tidur selama 20 tahun. Tinggal usianya 40 tahun digunakan antara beribadah, bermain, melakukan kesia-siaan, dan maksiat".

Tidur adalah tanda kebesaran sekaligus nikmat yang Allah SWT karuniakan pada manusia. Difirmankan: 

وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ

“Dan di antara ayat-ayat-Nya adalah tidur kamu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” (QS Ar-Ruum [30]: 23).

Ada banyak hikmah dari tidur. Dengan tidur kesehatan tubuh manusia terjaga. Dengan tidur pikiran manusia yang kusut bisa jernih kembali. Dengan tidur pula manusia bisa bermimpi. Dan mimpi adalah salah satu kebesaran Allah sekaligus tanda-tanda kenabian. 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقُوْلُ: «لَمْ يَبْقَ مِنَ النُّبُوَّةِ إِلاَّ المُبَشِّرَاتِ» قَالُوْا: وَمَا المُبَشِّرَاتُ؟ قَالَ: «الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ». رَوَاهُ البُخَارِيُّ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak tersisa dari kenabian kecuali kabar-kabar gembira.’ Para sahabat bertanya, ‘Apa kabar gembira tersebut?’ Beliau menjawab, ‘Mimpi yang baik.’” (HR. Bukhari)

Karena itu, tidak mungkin ada manusia yang tidak pernah tidur. Semua pasti membutuhkan tidur, walau intensitasnya berbeda-beda.

Bayi misalnya, saat baru dilahirkan membutuhkan tidur sekitar 14 sampai 16 jam, sebab tubuhnya sedang berkembang cepat sehingga mudah lelah. Setelah berusia enam bulan dia akan tidur selama 12 sampai 13 jam sehari. 

Orang dewasa biasanya tidur antara 7 sampai 8 jam sehari, atau kurang dari jumlah itu. Demikianlah, tidur adalah kebutuhan primer manusia. Sama halnya dengan kebutuhan manusia terhadap udara, air, makanan, atau pakaian.

Tidur adalah kematian yang tertunda. Tidur menghabiskan sepertiga waktu hidup kita. Alangkah ruginya bila waktu yang melimpah tersebut kita sia-siakan begitu saja. Setidaknya ada dua hal yang layak kita lakukan. Pertama, meniatkan tidur sebagai ibadah. 

Niat adalah faktor fundamental dalam setiap gerak langkah seorang Muslim. Baik tidaknya sebuah amal sangat dipengaruhi lurus tidaknya niat yang di-azzam-kan dalam hati. 

عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ عنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (( إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلِى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ )).

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Al Khaththab adia berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Amalan-amalan itu hanyalah tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanyalah akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim)

 

 

Tidur kita insya Allah akan bernilai ibadah apabila diniatkan sebagai ibadah dan sarana syukur. Sebaliknya, tidur bisa menjadi dosa bila diniatkan untuk maksiat. Tidur kita pun tidak akan bernilai apa-apa di hadapan Allah bila kita memaknainya sekadar aktivitas harian belaka.

Kedua, melakukan persiapan sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW. Ada sebuah riwayat dari Bara' bin Azib, bahwa Rasulullah SAW bersabda: 

إِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ ثُمَّ قُلِ  اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْلَمْتُ وَجْهِى إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِى إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِى إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِى أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِى أَرْسَلْتَ وَاجْعَلْهُنَّ مِنْ آخِرِ كَلاَمِكَ فَإِنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ مُتَّ وَأَنْتَ عَلَى الْفِطْرَةِ

 "Apabila kamu mendatangi tempat pembaringanmu maka berwudhulah seperti wudhumu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi kananmu kemudian ucapkanlah: 'Ya Allah, sesungguhnya aku menyerahkan hidupku kepada-Mu, dan aku hadapkan wajahku kepada-Mu, dan aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, dan aku perlindungkan punggungku kepada-Mu, dengan penuh harap dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat keselamatan dan perlindungan dari-Mu kecuali kepada-Mu. Aku berlindung kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan nabi-Mu yang telah Engkau utus'.

Jika kamu mati malam itu, maka kamu berada di atas fitrah dan jadikanlah ia sebagai akhir dari apa yang kamu ucapkan." (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah). Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menjelaskan adab-adab standar yang harus dilakukan seorang Muslim tatkala hendak tidur. Diawali dengan berwudhu (membersihkan diri dan hati dari segala kotoran dan dosa), kemudian berbaring di atas sisi kanan badan, lalu berzikir dan mengucapkan doa kepada Allah.

Hadis ini pun menyiratkan sebuah pesan tentang lemahnya manusia. Dan kelemahan tersebut makin terlihat saat ia tidur. Ia tidak sadar akan situasi di sekitarnya. Ia pun tidak lagi mampu menghindar dari bahaya sekecil apa pun. Sehingga ia wajib "menitipkan" penjagaan dirinya kepada Allah, Dzat yang menguasai hidup dan matinya.

 

Tidur Rasulullah SAW (ilustrasi) - (republika)

 
Berita Terpopuler