Apa yang Terjadi Bila Presiden Iran Meninggal Dunia

Wakil presiden pertama akan ambil alih tugas presiden jika terjadi hal tak terduga.

Azin Haghighi, Kantor Berita Moj via AP
Tim penyelamat terlihat di dekat lokasi kejadian helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi di Varzaghan di barat laut Iran, Ahad, 19 Mei 2024.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Helikopter yang membawa Presiden Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian mengalami kecelakaan saat melewati daerah pegunungan di tengah kabut dalam perjalanan pulang dari perbatasan Azerbaijan. Seorang pejabat Iran yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan nyawa Raisi dan Amirabdollahian "beresiko usai kecelakaan helikopter, dan kemudian diumumkan meninggal.

Baca Juga

Kantor berita IRNA melaporkan cuaca buruk memperumit upaya penyelamatan. Stasiun televisi pemerintah menghentikan semua program rutinnya untuk menayangkan doa bersama untuk Raisi di seluruh negeri.

Hingga Senin (20/5/2024) pagi, tim penyelamat masih berpacu dengan waktu untuk memastikan keselamatan Raisi dan semua orang di dalam helikopter tersebut. Siang harinya, Raisi kemudian diumumkan meninggal bersama seluruh penumpang helikopter tersebut.

Berdasarkan konstitusi Iran apa yang akan terjadi bila presiden meninggal dunia?

Berdasarkan pasal 131 Konstitusi Iran, bila presiden meninggal dunia saat menjabat maka dengan konfirmasi dari Pemimpin Tertinggi, wakil presiden pertama akan mengambil alih tugasnya. Pemimpin Tertinggi Iran merupakan orang yang menentukan semua urusan pemerintah Iran.

Dewan yang terdiri dari wakil presiden pertama, ketua parlemen dan kepala yudikatif harus menggelar pemilihan umum untuk menentukan presiden baru maksimal 50 hari setelah presiden meninggal.

Raisi terpilih pada tahun 2021 dan berdasarkan jadwal pemilihan presiden akan digelar pada tahun 2025.

Stasiun televisi pemerintah mengutip seorang pejabat yang mengatakan satu penumpang dan satu awak helikopter sudah melakukan kontak dengan tim penyelamat.

Kantor berita Anadolu melaporkan drone Turki mengidentifikasi sumber panas yang diduga merupakan puing-puing helikopter dan membagikan koordinat yang kemungkinan lokasi kecelakaan itu pada pihak berwenang Iran.

Bagaimana kaitan dengan kondisi di Timur Tengah... baca halaman selanjutnya

Iran adalah salah satu pemain utama di Timur Tengah dan jatuhnya helikopter yang membawa Ebrahim Raisi kemungkinan besar akan bergema di seluruh regional tersebut.

Iran selama ini ikut mendukung kelompok-kelompok bersenjata di Lebanon, Suriah, Irak, Yaman dan wilayah Palestina. Hal ini memungkinkan Iran untuk menunjukkan kekuatan dan berpotensi menghalangi serangan dari Amerika Serikat atau Israel, musuh bebuyutan Revolusi Islam pada 1979.

Ketegangan memuncak bulan lalu, ketika Iran di bawah Raisi dan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei meluncurkan ratusan drone dan rudal balistik ke Israel sebagai tanggapan atas serangan udara terhadap Konsulat Iran di Suriah yang menewaskan dua jenderal dan lima perwira Iran.

Israel, dengan bantuan Amerika Serikat, Inggris, Yordania dan negara-negara lain, mencegat hampir semua proyektil tersebut. Sebagai tanggapan, Israel tampaknya melancarkan serangannya sendiri terhadap sistem radar pertahanan udara di kota Isfahan di Iran, tidak menimbulkan korban jiwa tetapi mengirimkan pesan yang jelas.

Demonstran Iran merayakan kabar serangan ke Israel dalam aksi di Lapangan Felestin (Palestina) di Teheran, Ahad dini hari, 14 April 2024. - (EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH)

Kedua pihak telah melancarkan perang bayangan melalui operasi rahasia dan serangan siber selama bertahun-tahun, namun baku tembak pada bulan April merupakan konfrontasi militer langsung pertama mereka.

Perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas telah menarik sekutu-sekutu Iran lainnya, dengan setiap serangan dan serangan balik mengancam akan memicu perang yang lebih luas.

Ini seperti mercon di pom bensin dan dapat tersulut oleh kejadian tak terduga, seperti helikopter yang membawa pejabat tinggi menghilang ke dalam kabut.

Israel telah lama memandang Iran sebagai ancaman terbesarnya karena program nuklir Teheran yang kontroversial, rudal balistiknya, dan dukungannya terhadap kelompok bersenjata yang melawan Israel.

Sementara Iran memandang dirinya sebagai pelindung utama perlawanan Palestina terhadap pemerintahan Israel, dan para pejabat tinggi selama bertahun-tahun telah menyerukan agar Israel dihapuskan dari peta.

Raisi, seorang garis keras yang dipandang sebagai anak didik dan kemungkinan penerus Khamenei, mengecam Israel bulan lalu, dengan mengatakan “rezim Zionis Israel telah melakukan penindasan terhadap rakyat Palestina selama 75 tahun.”

“Pertama-tama kita harus mengusir para perampas kekuasaan, kedua kita harus membuat mereka membayar semua kerugian yang mereka timbulkan, dan ketiga, kita harus mengadili para penindas dan perampas kekuasaan,” katanya.

Israel diyakini telah melakukan banyak serangan selama bertahun-tahun yang menargetkan pejabat senior militer Iran dan ilmuwan nuklir. Tidak ada bukti Israel terlibat dalam kecelakaan helikopter hari Ahad, dan para pejabat Israel belum mengomentari insiden tersebut.

Negara-negara Arab di Teluk Persia juga memandang Iran dengan asumsi perang proksi. Hal ini jadi salah satu faktor utama dalam keputusan Uni Emirat Arab dan Bahrain untuk menormalisasi hubungan dengan Israel pada 2020, dan Arab Saudi yang mempertimbangkan langkah tersebut.

Hamas mengeluarkan pernyataan keprihatinannya terhadap Raisi dan rekan-rekannya pada Ahad. “Kami menyatakan solidaritas penuh kami dengan Republik Islam Iran, kepemimpinannya, pemerintah dan rakyatnya.”

Iran telah memberikan dukungan finansial dan lainnya selama bertahun-tahun kepada Hamas, yang memimpin serangan ke Israel pada 7 Oktober. Jihad Islam Palestina juga mengambil bagian di dalamnya. Namun tidak ada bukti bahwa Iran terlibat langsung dalam serangan itu.

Sejak awal perang, para pemimpin Iran telah menyatakan solidaritasnya terhadap Palestina. Sekutu mereka di kawasan ini telah melangkah lebih jauh.

Kelompok militan Hizbullah di Lebanon, proksi Iran yang paling maju secara militer, telah mengobarkan konflik berintensitas rendah dengan Israel sejak dimulainya perang Gaza. Kedua belah pihak hampir setiap hari saling melancarkan serangan di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon, yang memaksa puluhan ribu orang di kedua belah pihak mengungsi.

Namun sejauh ini, konflik tersebut belum berkembang menjadi perang besar-besaran yang dapat menimbulkan bencana bagi kedua negara.

Milisi yang didukung Iran di Suriah dan Irak melancarkan serangan berulang kali terhadap pangkalan-pangkalan AS di bulan-bulan awal perang, namun mundur setelah serangan balasan AS atas serangan pesawat tak berawak yang menewaskan tiga tentara Amerika pada bulan Januari.

Pemberontak Houthi di Yaman, sekutu Iran lainnya, telah berulang kali menargetkan pelayaran internasional dalam apa yang mereka gambarkan sebagai blokade terhadap Israel. Serangan-serangan tersebut, yang beberapa kali menargetkan kapal-kapal yang tidak memiliki hubungan jelas dengan Israel, juga memicu pembalasan yang dipimpin oleh AS.

Pengaruh Iran melampaui Timur Tengah dan persaingannya dengan Israel. Israel dan negara-negara Barat telah lama mencurigai Iran mengembangkan senjata nuklir dengan kedok program atom untuk tujuan damai yang mereka lihat sebagai ancaman terhadap nonproliferasi di mana pun. Hal ini disangkal Israel yang justru mendesak semua senjata nuklir, termasuk yang diduga disimpan Israel, dihapuskan dari Timur Tengah.

Iran sempat terlibat kesepakatan dengan AS untuk tak mengembangkan nuklir pada masa Presiden Barack Obama. Namun, penarikan diri Presiden Donald Trump dari perjanjian nuklir penting antara Iran dan negara-negara besar pada 2018, dan penerapan sanksi yang tegas, menyebabkan Iran secara bertahap mengabaikan semua batasan yang ditetapkan dalam perjanjian tersebut.

Saat ini, Iran memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen – mendekati tingkat tingkat senjata sebesar 90 persen. Kamera pengintai yang dipasang oleh Badan Nuklir PBB telah terganggu, dan Iran telah melarang beberapa inspektur badan tersebut yang paling berpengalaman. 

Iran selalu menegaskan bahwa program nuklirnya murni untuk tujuan damai, namun Amerika Serikat dan negara-negara lain yakin Iran memiliki program senjata nuklir aktif hingga tahun 2003. Sedangkan Israel secara luas diyakini sebagai satu-satunya negara yang memiliki senjata nuklir di Timur Tengah, namun tidak pernah mengakui kepemilikan senjata tersebut.

Iran juga muncul sebagai sekutu penting Rusia setelah invasinya ke Ukraina, dan secara luas dituduh memasok drone yang dapat meledak yang telah mendatangkan malapetaka di kota-kota di Ukraina. Raisi membantah tuduhan tersebut pada musim gugur lalu dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press, dengan mengatakan Iran belum memasok senjata semacam itu sejak serangan Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari 2022.

 
Berita Terpopuler