4 Pertanyaan yang Sulit Dijawab Umat Manusia Kelak di Hari Perhitungan

Setiap manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya.

EPA
Ilustrasi peradilan manusia di akhirat. Setiap manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Terdapat empat pertanyaan yang sulit dijawab oleh manusia pada hari perhitungan. Apa sajakah empat pertanyaan tersebut. Empat pertanyaan itu, sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:

Baca Juga

  لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ 

وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَ عَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ 

"Pada hari kiamat kelak, kedua kaki seorang hamba tidak akan beranjak dari tempat hisabnya hingga ia ditanya empat perkara, tentang umur untuk apa di habiskan, masa muda untuk apa digunakan, harta dari mana dan untuk apa di manfaatkan, dan ilmu untuk apa diamalkan." (HR Abu Daud).

Yakni pertama, akan ditanya tentang umur yang diberikan. Umur atau usia setiap orang berbeda satu sama lain. Ada yang dikaruniai umur panjang sampai tua (pikun) dan ada pula yang pendek: 

وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ 

"Dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya." (QS al-Hajj [22]: 5), bahkan ada yang ingin hidup seribu tahun sebagaimana terabaikan dalam Alquran al-Baqarah [2]: ayat 96:

وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَىٰ حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Mahamengetahui apa yang mereka kerjakan.”

Namun, orang paling baik ada lah yang panjang umur dan baik amalnya. Dan, orang paling buruk yang panjang umur tapi buruk amalnya (HR Ahmad).

Kedua, akan ditanya masa muda dihabiskan untuk ketaatan atau kemaksiatan. Keberhasilan seseorang dapat dilihat dari apa yang dilakukannya sewaktu muda. Jika ia belum mencapai kemapanan dan kematangan pada umur 40 tahun, kecil peluangnya meraih kesuksesan (QS al-Ahqaf [46]: 15). 

حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً 

“Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa.”

Masa muda adalah kesempatan dan sangat penting dalam tahapan kehidupan sebelum tiba masa tua (HR al-Hakim).

Ketiga, akan ditanya cara mencari dan memanfaatkan harta. Tentu, harta sangat penting dan strategis bagi seorang Muslim. Oleh karena itu, harus jelas dari mana ia diperoleh (min aina iktasabahu) dan untuk apa digunakan (wa fiima anfaqahu). Keharaman harta, selain karena zatnya (haramun li dzatihi), juga karena faktor yang menyer tainya (haramun li ghairihi).

Prof KH Didin Hafidhuddin dalam buku Membangun Kemandirian Umat, menyebutkan lima alasan mengapa rezeki yang dikon sum si harus halal dan bersih, yakni: (1) rezeki yang haram adalah salah satu tipu daya setan untuk menghancurkan kehidupan ma nusia (QS Al Baqarah [2]: 168). 

(2) Mengonsumsi rezeki yang halal dan baik adalah bentuk ibadah dan syukur kepada Allah SWT (QS al-Baqarah [2]: 172), (3) rezeki yang didapatkan dengan cara haram akan menyebabkan doa dan ibadah tidak diterima (HR Tirmidzi).

(4) Setiap daging yang tumbuh dari barang haram akan menghantarkan ke neraka (HR Tirmidzi); (5) sumber rezeki yang haram seperti riba, mencuri, suap dan lain nya harus dijauhi (QS Al Baqarah [2]: 278).

Keempat, akan ditanya tentang ilmu yang diraih untuk kemaslahatan atau kezal man. Berbeda dengan harta, ilmu tidak ditanya dari mana diperoleh, melainkan untuk apa diamalkan. Artinya, seorang Muslim boleh menuntut ilmu ke mana dan ke pa da siapa saja. 

Namun, harus didasari iman agar mendatangkan kebenaran dan diamalkan supaya membuahkan kebaikan. Ilmu tanpa iman akan menimbulkan kerusakan dan ilmu tanpa amal hanya melahirkan keangkuhan (QS Al Mujadalah [58]: 11).

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Alhasil, boleh jadi kita mampu menjawab pertanyaan di pengadilan dunia karena keilmuan, keahlian atau kelihaian. Namun, di pengadilan akhirat akan kesusahan menjawab empat pertanyaan tersebut, selain orang yang bertakwa kepada Allah SWT. Apalagi, pada hari itu mulut dibungkam, tangan bicara dan kaki pun bersaksi (QS Yasin [36]: 65). 

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

 

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”

Infografis Tujuh Golongan yang Selamat Saat Hari Kiamat - (Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler