Seruan Sholat di Masjid Al Aqsa Disambut Serius, Adang Ritual Sapi Merah pada Idul Fitri?

Yahudi ekstremis berencana sembelih sapi merah di Idul Fitri

AP Photo/Mahmoud Illean
Warga Palestina menghadiri perayaan hari raya Idul Fitri di dekat kuil Kubah Batu di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Rabu, (10/4/2024).
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Puluhan ribu warga Palestina melaksanakan sholat Jumat pada 12 April kemarin di dalam Masjid Al Aqsa. Jumat tersebut merupakan hari ketiga Idul Fitri.

Baca Juga

Warga Palestina berupaya menembus rintangan dan tindakan tegas dari pihak Israel di Kota Tua dan Yerusalem yang diduduki, untuk bisa melaksanakan sholat di dalam Masjid Al Aqsa.

Pusat Informasi Palestina melaporkan bahwa pada Jumat (12/4/2024) lalu, ada sekitar 30 ribu jamaah yang dapat melaksanakan sholat Jumat di Masjid Al Aqsa. Mereka berhasil melewati penghalang militer Israel dan pembatasan yang diberlakukan di masjid yang diberkahi itu.

Gerbang Masjid Al Aqsa menjadi saksi masuknya jamaah sejak Jumat pagi, khususnya melalui Gerbang Al Asbath dan Gerbang Al 'Amud. Namun, pasukan Israel juga menangkap para pemuda dan memeriksa identitas mereka, sebagai bagian dari pembatasan mereka terhadap warga Palestina.

Adapun pada momentum Hari Raya Idul Fitri, ada lebih dari 60 ribu jamaah yang melaksanakan sholat Idul Fitri di Masjid Al Aqsa pada Rabu (10/4/2024) lalu. 

Namun setelah sholat Id, mereka menghadapi serangan pasukan Israel yang menyerang sejumlah jamaah saat mereka meninggalkan masjid.

Kerumunan jamaah tersebut datang menanggapi seruan gerakan pemuda Palestina untuk melaksanakan sholat Idul Fitri di Masjid Al Aqsa, dan tetap melanjutkan ibadah di sana pada hari-hari berikutnya setelah Idul Fitri.

Seruan tersebut menekankan perlunya kehadiran warga Palestina secara permanen di Masjid Al Aqsa mengingat rencana orang-orang Yahudi yang bertujuan untuk menyembelih Sapi Merah pada 10 April 2024. Juga bermaksud menodai Masjid Al-Aqsa dan memaksakan pembongkaran Masjid Al-Aqsa dan pembangunan Kuil Ketiga.

Dilansir laman  alquds, patut dicatat bahwa tanggal yang tercatat dalam kitab suci agama kelompok ini untuk menyembelih sapi merah dan menyucikan diri dengan abunya adalah hari kedua bulan Ibrani Nisan, yang tahun ini jatuh pada 10 April 2024 mendatang. Ini diperkirakan akan berbarengan dengan hari Idul Fitri.

Kelompok ekstremis Kuil mengandalkan fakta bahwa mengadakan ritual penyucian dengan Sapi Merah dapat membuka jalan bagi ratusan ribu umat Yahudi yang religius untuk menyerbu Masjid Al-Aqsa. 

Jika hal ini terjadi...

 

Jika hal ini terjadi, maka akan membuka jalan untuk melipatgandakan bahaya yang dihadapi Al-Aqsa dan melipatgandakan jumlah orang yang menyerbu dan melaksanakan ritual di sana.

Lima sapi merah adalah salah satu kepercayaan Yahudi yang diam-diam dilakukan oleh kaum ekstremis Yahudi baru-baru ini, demi membuka jalan bagi pembongkaran Masjid Al-Aqsa.

Hingga kini, belum diketahui secara pasti apakah kalangan Yahudi sudah melakukan penyembelihan sapi merah. Zionis Yahudi selama ini berusaha menyerbu halaman Masjid Al-Aqsa tanpa berani masuk ke dalam masjid itu sendiri.

Kepala Rabi Israel melarang orang Yahudi memasuki Masjid Al-Aqsa. Ini adalah fatwa lama yang didasarkan pada ide kenajisan orang mati. Hukum Yahudi yang diadopsi oleh Kepala Rabi mensyaratkan kesucian umat Yahudi sebelum memasuki Masjid Al-Aqsa. Supaya umat Yahudi bisa mencapai kesucian, mereka harus menunggu lahirnya sapi merah yang bebas dari kecacatan apapun.

Bagi umat Yahudi, hal tersebut penting dalam meramalkan bagaimana akhir zaman nanti. Ini pulalah yang membuka jalan bagi percepatan penghancuran Masjid Al-Aqsa dan pembangunan Kuil Ketiga.

Kepercayaan itu tertuang dalam kitab Sifr Al 'Adad (Book of Numbers). Ini adalah salah satu kitab suci di dalam Tanakh dan Perjanjian Lama. Tanakh dalam bahasa Ibrani adalah singkatan dari Torah, Nebiim, Ketubim (ta, nun dan kho). Inggrisnya ialah The Hebrew Bible.

Tanakh dianggap sebagai salah satu dari lima kitab pertama yang dikaitkan dengan Musa, dan sapi merah ini dianggap merupakan bagian dari isi Taurat:

 "هذه فريضة الشريعة التي أمر بها الرب قائلاً: كلم بني إسرائيل أن يأخذوا إليك بقرة حمراء صحيحة لا عيب فيها، ولم يعل عليها نيرٌ".

"Inilah ketetapan hukum yang diperintahkan Tuhan, yang berkata, 'Bicaralah kepada bani Israel untuk membawakan kepadamu seekor lembu betina merah yang tidak memiliki cacat, yang tidak dipasangi kuk.”

Para rabi Yahudi menganggap sapi merah sebagai salah satu rahasia Taurat, dan abunya akan menyucikan orang Yahudi dari dosa dan najis. Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa selama lebih dari 2000 tahun, seekor sapi merah dengan spesifikasi seperti itu belum pernah dilahirkan. Artinya dalam 2000 tahun itulah akan lahir sapi merah.

Ketika orang-orang Yahudi menunggu kelahiran sapi merah, pemerintah Israel menggunakan The Temple Institute untuk menemukan sapi tersebut. Institusi atau organisasi Yahudi ini telah berdiri pada 1987 dan memperoleh dana sumbangan besar dari Zionis lokal dan Kristen Evangelis.

Juru Bicara Brigade Al-Qassam sayap militer Hamas, Abu Ubaidah, pun telah menyinggung ihwal organisasi paling terkemuka yang mendukung American Temple Institute untuk mendapatkan Sapi Merah adalah BUNA dan Institut Mikdash.

Abu Ubaidah menyampaikan hal tersebut melalui tayangan video yang diunggah pada 14 Januari 2023 lalu dan terbetik di berbagai media massa Timur Tengah.

BUNA adalah organisasi Israel yang terdiri dari umat Kristen evangelis dan sayap kanan, yang dipimpin oleh Tzachi Memo. Sedangkan Institut Mikdash dipimpin oleh Rabbi Yisrael Ariel, yang merupakan sponsor spiritual Menteri Itamar Ben Gvir.

 

 

Sumber: Saba 

 
Berita Terpopuler