Idul Fitri, Umat Islam di Berbagai Negara Panjatkan Doa untuk Rakyat Palestina

Rakyat Palestina di Gaza rayakan Idul Fitri dalam bekapan krisis kemanusiaan.

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Pengungsi Palestina yang selamat dari serangan Israel menunjungi makam keluarganya di kamp Rafah pada 1 Syawal 1445 H (10 April 2024).
Rep: Lintar Satria Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Umat Islam di berbagai negara tak melupakan Palestina saat merayakan Idul Fitri pada Rabu (10/4/2024). Selagi Muslim di seluruh dunia berlebaran, rakyat Palestina di Gaza masih dibekap krisis kemanusiaan dan ancaman serangan Israel ke Kota Rafah.

"Kami tidak boleh lupa saudara-saudari kami di Palestina, mereka korban agresi yang tidak bisa dibenarkan dan banyak kekerasan, sementara dunia melihat dengan bungkam," kata salah satu imam di Nairobi, Kenya, Abdulrahman Musa.

Dalam pesan Idul Fitri, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengirimkan dukungan ke Gaza. Dia menyebutnya sebagai "luka yang berdarah di hati nurani kemanusiaan."

Di Istanbul, ribuan jamaah Masjid Aya Sofia membawa bendera Palestina dan meneriakkan slogan mendukung rakyat Palestina di Gaza. PBB telah memperingatkan jutaan warga Gaza terancam kelaparan dan sangat sedikit bantuan yang diizinkan masuk.

Hanya sedikit suka cita Idul Fitri di Gaza. Warga Palestina di kamp pengungsian Jabaliya, dekat Kota Gaza, berduka atas kematian 33.300 orang yang syahid dalam serangan Israel.

Om Nidal Abu Omeira duduk sendiri di gedung yang dibom Israel dan menangis di makam ibu, menantu laki-laki, dan cucu laki-lakinya. Semua gugur dalam serangan Israel.

"Mereka (anak-anak menantunya) terus mengatakan 'aku rindu ayahku, kemana ia pergi?' Saya memberi tahu mereka ia sudah di surga, kemudian mereka mulai menangis, dan kemudian saya menangis bersama mereka," kata Omeira.

Keluarga-keluarga Muslim di negara lain merayakan Idul Fitri dengan makanan berlimpah setelah satu bulan berpuasa. Sebelum liburan Idul Fitri, pasar-pasar di seluruh dunia padat pembeli.

Baca Juga

Warga di kota-kota pulang ke kampung halaman untuk bertemu sanak saudara. Di Indonesia, salah satu negara dengan Muslim terbanyak di dunia, melakukan perjalanan pulang kampung.

"Ini momen yang tepat untuk terhubung kembali, seperti mengisi kembali energi yang habis setelah hampir satu tahun jauh dari rumah," kata salah satu PNS Ridho Alfian.

Masjid Raya Istiqlal Jakarta yang merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara juga dibanjiri jamaah. Dalam khotbahnya, khatib juga mengajak jamaah mendoakan umat Muslim di Gaza.

"Inilah saatnya bagi umat Muslim dan non-Muslim untuk menunjukkan solidaritas kemanusiaan, karena konflik di Gaza bukanlah perang agama, melainkan masalah kemanusiaan," kata Jimly Asshiddiqie yang menjabat sebagai Dewan Penasehat Dewan Masjid Indonesia.

Di Berlin, jamaah dari Benin, Ghana, Suriah, Afghanistan, dan Turki sholat Idul Fitri bersama. "Ini hari di mana kami bersyukur dengan semua yang kami miliki di sini dan saya pikir dan memikirkan dan memberi mereka yang miskin, menghadapi perang dan kelaparan," kata ibu lima anak, Azhra Ahmad.

Sementara itu, pihak berwenang Pakistan mengerahkan lebih dari 100 ribu polisi dan pasukan paramiliter untuk menjaga keamanan di masjid-masjid dan pasar. Di Malaysia, etnis Muslim Melayu melaksanakan sholat Subuh di masjid-masjid di seluruh negeri hanya beberapa pekan setelah kasus kaus kaki yang dicetak dengan lafadz "Allah" di sebuah jaringan toko swalayan memicu kehebohan.

Banyak yang menganggap hal itu menyinggung. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyerukan persatuan dan rekonsiliasi. Dia mengatakan tidak ada kelompok yang boleh dikesampingkan berdasarkan agama atau alasan lainnya.

Di Rusia, jamaah berkumpul ketika para pemimpin mereka bersumpah setia kepada sesama warga negara di tengah ketegangan setelah serangan ke gedung musik di luar Moskow yang menewaskan 130 orang bulan lalu. Afiliasi kelompok ISIS di Afghanistan mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

"Seperti yang dikatakan presiden negara kita, Vladimir Putin, terorisme tidak memiliki kewarganegaraan atau agama, kata ketua Dewan Mufti Rusia.

"Kami menyerukan untuk bersatu melawan ancaman itu, melawan kekuatan-kekuatan gelap itu," tuturnya.

 
Berita Terpopuler