Guru Besar Unair Tekankan Pentingnya Digitalisasi Tata Kelola Zakat

Lembaga pengelola zakat harus lebih modern dan akuntabel.

Republika/Putra M. Akbar
Warga memindai QR Barcode untuk membayar zakat di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta.
Rep: Dadang Kurnia Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Guru besar bidang ilmu ekonomi dan keuangan sosial Islam Universitas Airlangga (Unair), Prof Tika Widiastuti mengatakan, potensi zakat di Indonesia sangat besar. Bahkan sangat memungkinkan untuk bisa mensejahterakan masyarakat jika dikelola dengan baik.

"Potensi zakat di Indonesia cukup besar. Tercatat 10 tahun lalu, sekitar Rp 200 triliun dan sekarang meningkat menjadi sekitar Rp 300 triliun," kata Tika, Selasa (2/4/2024).

Tika melanjutkan, meskipun memiliki potensi yang besar, zakat juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya terkait tata kelolanya. Lembaga pengelola zakat, lanjutnya, harus lebih modern dan akuntabel dalam mengelola zakat agar mendapat kepercayaan masyarakat.

"Adanya pemberitaan mengenai kasus-kasus lembaga pengelolaan zakat menyebabkan kepercayaan masyarakat menurun. Lembaga pengelola zakat harusnya lebih modern dan akuntabel dalam mengelola zakat," ujar Tika.

Masalah lainnya, kata Tika, terletak pada Muzakki yang terkadang menyalurkan zakat pada lembaga yang tidak terdaftar secara resmi sebagai lembaga pengelola zakat. Berdasarkan catatan tersebut, kata dia, transparansi dalam pengelolaan zakat harus lebih ditingkatkan lagi.

Untuk mengatasi permasalahan yang ada, Tika menekankan pentingnya digitalisasi zakat. Menurutnya, melalui digitalisasi, masyarakat bisa mendapatkan informasi jelas siapa penerima zakat yang telah ia bayarkan.

"Meskipun beberapa lembaga sudah menerapkan digitalisasi, itu hanya sebagian kecil yang diketahui oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, perlunya komitmen dari para lembaga pengelola zakat melakukan digitalisasi zakat agar meningkatkan transparansi dalam pengelolaan zakat," ucap Tika.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler