Bolehkah Itikaf di Masjid Sambil Dirikan Tenda?

Iktikaf sambil berkemah di masjid menimbulkan pro kontra di kalangan umat Islam.

Edi Yusuf/Republika
Ratusan peserta itikaf mendirikan tenda untuk mengikuti itikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan 1445 H di Masjid Raya Habiburrahman PTDI, Kota Bandung, Jawa Barat, Ahad (31/3/2024). Dalam kegiatan untuk meraih keutamaan malam lailatul qadar ini, peserta melaksanakan berbagai kegiatan ibadah khususnya membaca Alquran. Acara berlangsung dari 31 Maret hingga 9 April 2024.
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam 10 hari terakhir Ramadhan kali ini, semakin banyak umat Islam yang melakukan iktikaf di masjid dengan membawa tenda. Seperti di Kota Bandung, ratusan peserta tampak mendirikan tenda di Masjid Raya Habiburrahman PTDI, Ahad (31/3/2024).

Iktikaf sambil berkemah di masjid itu pun menimbulkan pro kontra di kalangan umat Islam, khususnya di media sosial. Ada yang menganggap iktikaf sambil membawa tenda dapat menutupi aurat yang mungkin tersingkap ketika istirahat. Namun, ada juga pihak lain yang menganggap membangun tenda di dalam masjid justru kurang elok.  

Terlepas dari itu, bolehkah melakukan iktikaf sambil berkemah atau membangun tenda di masjid?

Iktikaf merupakan amalan yang dilaksanakan umat Islam dengan cara berdiam di dalam masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam kitabnya yang berjudul Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyah, Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada menjelaskan iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan adalah sunah nabi yang dilakukan di dalam masjid.

Menurut Syekh Sayyid Nada, tidak sah seseorang beriktikaf di rumahnya. Bahkan, hendaknya dilakukan di masjid jami’ sehingga tidak perlu keluar untuk melaksanakan sholat Jumat.

Baca Juga

Menurut Syekh Sayyid Nada, itikaf...

Menurut Syekh Sayyid Nada, iktikaf di dalam tenda atau kubah akan membantu orang beriktikaf untuk berkhalwat dengan Rabb-nya, bersendiri, dan tidak menyia-nyiakan waktu berbicara dengan orang lain. Hal itu, kata dia, juga pernah dilakukan Rasulullah SAW.

Dari Aisyah RA, dia berkata, ‘’Rasulullah jika ingin beriktikaf, beliau mengerjakan sholat fajar, kemudian masuk ke tempat iktikafnya. Suatu kali beliau ingin beriktikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan, lalu Rasulullah SAW memerintahkan agar didirikan kemah maka dipancangkanlahnya.’’ (HR Bukhari dan Muslim).

Orang yang beriktikaf hendaknya juga tidak keluar masjid tanpa ada kepentingan darurat. Orang yang beriktikaf hanya boleh keluar dari masjid untuk buang hajat atau keperluan mendesak lainnya.

Selain itu, orang yang beriktikaf juga tidak boleh menyetubuhi istri atau mendatanginya. Penjelasan ini berdasarkan hadis dari Aisyah yang artinya, "Sunah bagi orang yang beriktikaf adalah tak menjenguk orang sakit, tak menyaksikan jenazah, tak mendatangi wanita, tak menyetubuhinya, tidak keluar untuk sutu kepentingan kecuali yang memang harus dia lakukan, tak beriktikaf kecuali puasa, dan tak beriktikaf kecuali di masjid jami." (HR Abu Dawud).

Adab iktikaf...

Adab Iktikaf di Masjid

Sementara, Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah) mengungkapkan delapan adab iktikaf di dalam masjid.

 آداب الاعتكاف: دوام الذكر، وجمع الهم، وترك الحديث، ولزوم الموضع، وترك التنقلات، وحبس النفس عن مرادها،

 ومنعها في محابها، وجبرها على طاعة الله عز وجل.

Artinya: “Adab iktikaf, yakni: terus menerus berdzikir, penuh konsentrasi, tidak bercakap-cakap, selalu berada di tempat, tidak berpindah-pindah tempat, menahan keinginan nafsu, menahan diri dari kecenderungan menuruti nafsu, dan menaati Allah azza wa jalla.”

Infografis Itikaf untuk Perempuan, Seperti Apa? - (Republika.co.id)

 

 
Berita Terpopuler