Mengapa Ritual Penyembelihan Sapi Merah Bahaya untuk Masjid Al Aqsa?

Lima sapi merah adalah salah satu kepercayaan Yahudi yang dilakukan ekstremis.

MEE/Daniel Hilton
Orang Yahudi menonton sapi merah yang ditempatkan di Shilo, sebuah permukiman ilegal Israel di dekat kota Nablus, Palestina.
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Institut Kuil atau Temple Institute mengadakan konferensi pada Rabu (27/3/2024) untuk membahas ritual penyembelihan sapi merah, yang menurut kepercayaan agama Yahudi bertujuan untuk menyucikan diri. Disebut dengan sapi merah karena sejak lahir memiliki bulu berwarna merah

Lalu mengapa ritual penyembelihan sapi merah berbahaya untuk Masjid Al Aqsa?

Dilansir laman Al Quds, kelompok ekstremis Kuil mengandalkan fakta bahwa mengadakan ritual penyucian dengan Sapi Merah dapat membuka jalan bagi ratusan ribu umat Yahudi yang religius untuk menyerbu Masjid Al Aqsa.

Jika hal ini terjadi, maka akan membuka jalan untuk melipatgandakan bahaya yang dihadapi Al Aqsa dan melipatgandakan jumlah orang yang menyerbu dan melaksanakan ritual di sana.

Patut dicatat bahwa tanggal yang tercatat dalam kitab suci agama kelompok ini untuk menyembelih sapi merah dan menyucikan diri dengan abunya adalah hari kedua bulan Ibrani Nisan, yang tahun ini jatuh pada 10 April 2024 mendatang. Ini diperkirakan akan berbarengan dengan hari Idul Fitri.

Baca Juga

Lima sapi merah adalah...

Lima sapi merah adalah salah satu kepercayaan Yahudi yang diam-diam dilakukan oleh kaum ekstremis Yahudi baru-baru ini, demi membuka jalan bagi pembongkaran Masjid Al Aqsa. Menurut klaim Yahudi, segera setelah sapi itu muncul, waktu yang disebut “Juru selamat/sang Mesiah” akan tiba.

Sapi merah dalam bahasa Ibrani “Bara Aduma” adalah sapi yang ditunggu-tunggu oleh umat Yahudi untuk merobohkan Masjid Al Aqsa dan membangun Kuil Ketiga.

Kepala Rabi Israel melarang umat Yahudi memasuki Masjid Al Aqsa sebelum menyucikan diri menggunakan abu dari sapi merah. Itulah sebabnya umat Yahudi menunggu-nunggu kelahiran sapi merah untuk bisa masuk ke dalam Masjid Al Aqsa.

Namun, sapi merah yang mereka tunggu-tunggu harus lahir dalam keadaan yang bebas dari kecacatan, tidak memiliki aib, dan hal-hal yang buruk.

Juru bicara Kegubernuran Yerusalem, Marouf Al Rifai, mengatakan, hingga saat ini belum dapat dipastikan bahwa sapi-sapi tersebut sah secara hukum untuk mulai digunakan dalam langkah-langkah praktis, dan pemantauan masih terus dilakukan.

Dia menyampaikan “kemerahan” pada sapi-sapi tersebut lebih baik dibandingkan setahun yang lalu, dan tampaknya alasannya adalah karena guncangan yang dialami sapi-sapi tersebut selama transportasi udara ke Israel. Selain itu, terhadap perbedaan kondisi iklim antara Amerika dan Israel.

Sapi-sapi ini berganti bulu setiap...

“Sapi-sapi ini berganti bulu setiap enam bulan sekali, yang berarti ada peluang tambahan bagi mereka untuk kembali ditumbuhi bulu merah. Ini juga berarti perlunya diskusi dan tindak lanjut setidaknya selama 12 bulan, sebelum beralih ke tahapan dan prosedur praktis," jelas dia.

Al-Rifai menambahkan, proyek Pencarian Sapi Merah dipimpin oleh dua organisasi sayap kanan ekstremis. Pertama, Organisasi Boneh Israel yang mencakup kelompok Kristen evangelis dan tokoh pemukim sayap kanan ekstremis

Kelompok ini dipimpin oleh Tzachi Mamo yang juga dikenal karena aktivitas kolonial Yahudinya di lingkungan Palestina di Yerusalem Timur, khususnya di lingkungan Sheikh Jarrah.

Adapun organisasi kedua, menurut Al Rifai, disebut Institut Kuil dan dipimpin oleh Rabi Yisrael Ariel yang rasis. Ia merupakan pengikut gerakan ekstremis Kach yang dilarang bahkan menurut hukum Israel.

Rabi Ariel dianggap sebagai salah satu orang yang dekat dengan ekstremis sayap kanan Itamar Ben Gvir, yang menjabat sebagai Menteri Keamanan Nasional di pemerintahan Benjamin Netanyahu.

 
Berita Terpopuler