Peran Penting Kiai Muhammad Said dalam Penyebaran Islam di Jawa Barat

Ia adalah pendiri Pondok Pesantren Gedongan, salah satu pesantren tertua di Cirebon.

Antara/Adeng Bustomi
Pemilik membandingkan Al Quran kuno dengan Al Quran dari Kemenag di rumahnya Desa Margaluyu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (27/3/2023). Al Quran dari kertas daluang yang ditulis tangan oleh Kyai Haji Amir dari pesantren Wanantara Talun Cirebon Girang itu berusia satu setengah abad lebih.
Rep: Rahmat Fajar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Kiai Muhammad Said merupakan sosok tak asing dalam sejarah dakwah Islam di Jawa Barat, khususnya di Cirebon. Ia adalah pendiri Pondok Pesantren Gedongan yang merupakan salah satu pesantren tua di Cirebon.

Pengaruh Kiai Said sangat besar terhadap kehidupan masyarakat Jawa Barat. Kiai Said disebutkan adalah salah satu tokoh penting dalam penyebaran Islam di Cirebon.

Dalam buku Meneguhkan Islam Nusantara, Biografi Pemikiran & Kiprah Kebangsaan Prof. Dr. KH Said Aqil Siraj, Kiai Said menyebarkan nilai Islam yang diajarkan oleh Wali Songo yaitu moderasi Islam. Kiai Said adalah keturunan dari Sunan Gunung Jati. Ia mempunyai pemikiran terbuka atas segala perbedaan.

Sikap keterbukaan terhadap perbedaan tersebut tak lepas dari penguasaannya mengenai keilmuan dari berbagai madzhab. Hal tersebut yang membuat Kiai Said menjadi sosok ulama yang bisa menerima segala perbedaan.

Demi tersebarnya nilai-nilai Islam kepada masyarakat ia dengan berani membabat alas di sebuah dusun yang gelap di tengah hutan. Perlahan ia menyulap hutan itu menjadi sebuah tempat pusat pendidikan Islam.

Baca Juga

Dan dengan pemikiran terbukanya...

Dan dengan pemikiran terbukanya itu, ia diterima oleh masyarakat. Kiai Said mampu memadukan tradisi Islam dengan tradisi lokal.

Itu sebabnya Kiai Said kian disegani dan Ponpes Gedongan yang didirikannya hingga kini tetap menjadi salah yang berpengaruh. Banyak tokoh lahir dari pesantren ini seperti mantan ketua umum PBNU KH Said Aqil Siraj.

Melihat dari perjuangan Kiai Said dalam mendirikan lembaga pendidikan pesantren, tampak jelas Kiai Said sosok yang sabar dan istiqamah. Ia sabar mendakwahkan Islam di tengah-tengah masyarakat yang masih dalam kebodohan dan kemiskinan akibat penjajahan waktu itu.

Dalam kehidupan sehari-hari, Kiai Said tak hanya memberikan pengajaran secara teori kepada masyarakat. Namun, ia juga memberikan tauladan berupa karakter-karakter mulianya yang agung. Ia sosok yang menjadi pusat kekuatan spiritual di Cirebon waktu itu.

Dikutip dari History of Cirebon, Kiai Said hidup sekitar 1800-an. Namun, tak ada kepastian yang menerangkan tentang kapan Kiai Said dilahirkan di Desa Pesawahan Sidanglaut Cirebon.

Kedatangan Kiai Said ke Gedongan...

Kedatangan Kiai Said ke Gedongan juga memiliki berbagai versi. Ada yang menyebutkan ingin menghindari kejaran dari penjajahan Belanda karena terlibat pemberontakan dengan yang digagas Kesultanan Cirebon dan Bagus Rangin. Adapula yang menyebutkan Kiai Said memang sengaja datang untuk menyebarkan Islam secara luas di kawasan Cirebon.

Menurut penuturan para Kiai Gedongan, kepergiannya ke Gedongan disebutkan atas izin keluarga Sultan Kasepuhan Cirebon. Di sana, Kiai Said diperbolehkan menempati tanah hutan sebagai tempat pengasingan karena tanah tersebut milik ayahnya.

Ia bersama istri, Nyai Maemunah dan beberapa santri dengan total 24 orang menempati tanah tersebut yang kelak menjadi pesantren berpengaruh hingga saat ini. Cirebon memang tak bisa dipisahkan dari proses penyebaran Islam di Jawa Barat.

Peran Kesultanan Cirebon dan para ulamanya menjadi tonggak tersebarnya nilai-nilai Islam di Jawa Barat. Ajaran-ajaran mereka masih lestari hingga sekarang ini.

 
Berita Terpopuler