Nasib UNRWA yang Kian tak Jelas dan Kondisi Pengungsi Gaza di Ujung Tanduk

Pengungsi Palestina menghadapi krisis kelaparan massal di Gaza.

AP
Warga Palestina berebut mendapatkan bantuan kemanusiaan yang dijatuhkan Angkatan Udara AS ke Kota Gaza, Jalur Gaza, pada Sabtu, (9/3/2024).
Rep: Lintar Satria Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN – Perawat Najwa Rabaia menenangkan anak perempuan berusia tiga tahun yang sedang divaksin di bagian anak pusat kesehatan badan bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) di Amman, Yordania. 

Baca Juga

Asistennya menggendong anak yang pendiam itu di ranjang rumah sakit. Rabaia dapat memberikan satu suntikan di tangan anak itu lalu pindah ke kaki sebelum menggendongnya ke tangan ibu anak itu, Amira. 

"Kami di sini seperti keluarga, saya mengenal anak-anak yang saya rawat di sini sepanjang hidup mereka," kata Rabaia sambil menunjuk Amira, seperti dikutip dari Aljazirah, Selasa (12/3/2024). 

Dia menatap sekilas ke arah Amira dan berkata: “Kadang-kadang orang tua lupa akan janji mereka; saya harus mengingatkan Amira untuk datang tiga kali,” katanya dengan nada omelan lembut disertai senyuman keibuan yang hangat. 

Di luar ruangan itu, puluhan pengungsi Palestina menunggu di pusat kesehatan yang didirikan di sebelah sekolah. Pusat itu terletak di jantung Kamp Pengungsian Baru Amman (ANC) yang dikenal Wihdat.

Salah satu dari empat kamp pengungsian yang didirikan setelah Nakba 1948 untuk menampung puluhan ribu pengungsi Palestina yang diusir dari rumah mereka untuk pendirian negara Israel.

Di taman bermain pertandingan sepak bola yang riuh berhenti tiba-tiba ketika sekelompok anak laki-laki mengajukan pertanyaan kritis kepada pengunjung asing  “Ronaldo atau Messi?”

Kamp seluas 0,48 persegi kilometer itu padat dan meriah dengan pasar yang sibuk dan terdapat begitu banyak toko dan kafe. Sekitar 62 ribu rakyat Palestina tinggal di ANC dan dengan ruang yang sangat terbatas kamp itu tumbuh ke atas, sehingga menghasilkan beragam unit perumahan.

Tidak ada tembok yang mengelilingi kamp, sehingga jaringan jalan rusak dapat melebur dengan mulus ke daerah sekitarnya di tenggara Amman. UNRWA tidak mengendalikan kamp tersebut.

Namun lembaga itu hidup bersimbiosis dengan kamp tersebut, mempekerjakan banyak penghuninya yang pada gilirannya bergantung pada badan tersebut untuk menyediakan layanan seperti pendidikan, perawatan kesehatan, dan pengelolaan limbah. 

Badan ini beroperasi di lima lokasi di mana terdapat pengungsi Palestina: Gaza, daerah pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur, Yordania, Lebanon, dan Suriah.

Untuk memenuhi kebutuhan ratusan ribu pengungsi, UNRWA mengandalkan sumbangan dari negara-negara dan individu. Namun mungkin mereka tidak bisa melakukannya lebih lama lagi karena Israel menggelar kampanye untuk menghancurkan UNRWA sebagai bagian dari serangan mereka ke Jalur Gaza.

Pada akhir Januari lalu Israel menuduh 12 pegawai UNRWA terlibat dalam serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Kantor Layanan Pengawasan Internal PBB segera meluncurkan penyelidikan, dan 10 dari anggota staf yang dituduh ditangguhkan kontraknya. 

Sementara, dua orang lainnya tewas kemungkinan besar dalam serangan Israel ke Gaza.

Para penyelidik PBB belum menerima bukti apa pun dari Israel untuk mendukung klaim tersebut. Namun, respons internasional sangat cepat, 16 donor menangguhkan dana mereka untuk badan tersebut.

Penarikan dana dapat menimbulkan konsekuensi yang parah bagi warga Palestina di Jalur Gaza. Di mana sudah puluhan anak meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi.

Beberapa negara melanjutkan pendanaan sejak saat itu, termasuk Kanada yang menyatakan akan meningkatkan kontribusinya. Namun situasi keuangan UNRWA tetap genting karena sebagian besar dananya hilang.

Dua kontributor utama, Amerika Serikat yang menyumbang 422 juta dolar AS pada tahun 2023 dan Inggris yang menyumbang sekitar 109 juta dolar AS untuk tahun 2023-2024 belum menyalurkan kembali sumbangannya. 

Sejak operasi militer Israel ke Gaza pada 7 Oktober lalu seluruh populasi mengandalkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar termasuk tempat tinggal sementara, makanan, air dan kebersihan dan sebagian besar melalui UNRWA.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak negara-negara mempertimbangkan kembali keputusan mereka untuk menarik sumbangan. Di menekankan UNRWA adalah "tulang punggung dari semua respons kemanusiaan di Gaza".

Namun, penarikan dana akan berdampak lebih dari sekadar kebutuhan mendesak di Jalur Gaza.

Yordania merupakan negara terbesar dari lima negara tempat UNRWA bekerja, mendukung lebih dari satu juta pengungsi Palestina di seluruh wilayah kerajaan. Badan ini memiliki 25 pusat kesehatan di Yordania, melakukan 1,6 juta konsultasi medis tahunan.

"Pendekatan kami adalah layanan kesehatan primer, yang bertujuan untuk mencegah penyakit, bukan hanya mengobatinya," kata kepala pusat kesehatan ANC Dr Salam Ghanem.

Pusat kesehatan ini melayani sekitar 43 ribu pasien, yang berarti pemotongan dana dapat berdampak serius, tidak hanya pada perawatan yang sedang berlangsung tetapi juga pada pencegahan masalah kesehatan, terutama di kalangan ibu muda dan bayi.

Dia menjelaskan alih-alih pemotongan dana, pusat kesehatan ini membutuhkan lebih banyak dana untuk menangani naiknya permintaan setelah pandemi COVID-19.

Petugas layanan masyarakat Kamp ANC Mohammad Khamis mengawasi anak-anak di taman bermain sambil berkeliling fasilitas-fasilitas UNRWA. "Saya sudah ditugaskan di sini sejak 2012 dan saya merasa aman dan bangga pada upaya lembaga," katanya.

Sebagai pengungsi Palestina, ia menjelaskan, meski layanan yang diberikan UNRWA kritis, tapi pengakuan dan promosi lembaga internasional itu pada hak pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah mereka lebih penting.

UNRWA didirikan untuk membantu implementasi Resolusi Majelis Umum PBB 1948 yang menegaskan hak pengungsi Palestina kembali ke tanah airnya.

"Mandat kami melayani pengungsi Palestina sampai solusi jangka panjang dan adil ditemukan," kata Direktur UNRWA di Kantor Lapangan Yordania Olof Becker.

Jika UNRWA dipaksa untuk berhenti beroperasi atau mengurangi layanannya seperti maka kepulangan akan terlihat semakin jauh bagi Ahmad dan ratusan ribu pengungsi Palestina lainnya.

"Setiap negara yang menarik dana mereka menyakiti kami, rasanya seperti serangan langsung terhadap hak kami untuk kembali," katanya. 

Baca juga: Bawah Masjid Al Aqsa Penuh Terowongan, Mitos Kuil Sulaiman dan Sapi Merah yang tak Muncul 

UNRWA memperingatkan jika pendanaan tidak dilanjutkan mereka dapat terpaksa untuk mengurangi atau menghentikan operasinya pada pertengahan Maret. 

Beberapa negara, termasuk Belgia, Kanada, Irlandia, Norwegia, Arab Saudi, Spanyol, Swedia, dan Turki mengatakan mereka akan melanjutkan pendanaan mereka, namun jumlah totalnya tidak akan menutupi kekurangan dana. 

 

Layanan apa yang akan diprioritaskan jika keuangan UNRWA terpukul, masih belum jelas. "Pilihan pertama kami adalah [mengurangi] layanan kami dan mungkin akan membutuhkan modalitas yang berbeda, namun itu sangat sulit. Apa yang Anda pilih, layanan kesehatan versus pendidikan atau sanitasi?" kata Becker. 

Kelaparan Esktrem di Gaza - (Republika)
Kelaparan Esktrem di Gaza - (Republika)

 
Berita Terpopuler