Pengamat: Nasdem Jilat Ludah Sendiri Kalau Bergabung ke Prabowo-Gibran

Selama ini Nasdem dinilai kerap mengkritik pasangan Prabowo-Gibran.

Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh
Rep: Febrian Fachri/Eva Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, mengatakan, bila Partai Nasdem benar-benar bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendukung pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, artinya partai tersebut tidak malu-malu menjilat ludahnya sendiri. Karena selama ini, Nasdem bersama Koalisi Perubahan dan paslon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, mengkritik keras pasangan Prabowo-Gibran dengan isu politik dinasti. Selain itu, Koalisi Perubahan juga kerap menyudutkan Prabowo-Gibran dengan isu pelanggar etik.

Baca Juga

"Jika akhirnya mereka memilih bergabung dengan kekuasaan, maka Nasdem sejatinya tengah menjilat ludah sendiri, dan menipu rakyat yang memilih partainya setelah terbuai oleh janji-janji perubahan dan narasi kritis kontra-pemerintah yang mereka munculkan. Rakyat bisa menuding, narasi kritis dan narasi perubahan yang selama ini mereka kampanyekan ternyata hanya gimmick murahan. Sehingga wajar jika rakyat akan bertanya, siapa yang sesungguhnya tidak beretika?" kata Khoirul, Senin (19/2/2024). 

Khoirul menilai Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketum Nasdem Surya Paloh memunculkan spekulasi. Terlebih, ketika Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan fungsionaris PKS mengonfirmasi bahwa manuver Paloh itu tidak atas sepengetahuan partai-partai Koalisi Perubahan lainnya.

Karena itu, menurut Khoirul, wajar kalau saat ini santer gonjang-ganjing di internal Koalisi Perubahan yang mulai gusar lantaran khawatir merasa akan dikhianati. Sehingga mulai muncul pertanyaan-pertanyaan di internal PKS dan PKB tentang komitmen spirit perubahan dalam diri Paloh dan Nasdem. 

"Selain itu, manuver Paloh ini seolah membenarkan penyataan capres nomor urut 1, Anies Baswedan, dalam debat capres pertama, yang pernah menyatakan banyak pemimpin politik yang tidak tahan menjadi oposisi, karena membuat mereka tidak bisa berbisnis," ujar Khoirul.

Ia juga melihat manuver Paloh ini juga memanfaatkan momentum pasca-statement capres terpilih Prabowo Subianto, yang menyatakan siap merangkul semua pihak di Kubu 01 dan 03 untuk memperkuat pemerintahannya. Terlebih, realitas Pilpres 2024 bagi Prabowo tidak menghadirkan coat-tail effect sama sekali terhadap  partainya. Di mana Partai Gerindra harus berpuas diri di peringkat ketiga dengan elektabilitas 13 persen. 

Penjelasan Nasdem

Pihak Partai Nasdem mengklarifikasi bahwa pertemuan itu bukanlah permintaan Surya, melainkan undangan dari Jokowi. "Kehadiran Ketum Nasdem Pak Surya Paloh di Istana Negara adalah memenuhi undangan makan malam Presiden Jokowi," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai NasDem Hermawi Taslim saat dikonfirmasi Republika, Ahad malam.

 
Hermawi menegaskan, ia meluruskan informasi yang beredar bahwa Surya Paloh meminta waktu bertemu dengan Jokowi, sebagaimana yang disampaikan oleh Koordinator Staf Presiden Ari Dwipayana.
 
Pertemuan Surya Paloh dan Jokowi disebut berlangsung secara tertutup. Saat ditanya mengenai isi dari pertemuan tersebut? Hermawi tidak merespons lebih lanjut. 

 

Pertemuan Presiden Jokowi dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta, Ahad (18/2/2024) malam ini.
 
"Ya, betul. Presiden menerima Bapak Surya Paloh malam ini di Istana Merdeka," kata Stafsus Presiden Ari Dwipayana .
 
Menurut Ari, pertemuan tersebut menindaklanjuti permohonan Surya Paloh yang ingin menghadap Presiden Jokowi. Karena itu, Jokowi memanggil Surya Paloh untuk bertemu malam ini.
 
"Bapak Surya Paloh menyampaikan permohonan untuk menghadap Bapak Presiden. Sebagai tanggapan atas permohonan tersebut, Bapak Presiden mengalokasikan waktu untuk menerima Bapak Surya Paloh, malam hari tadi di Istana Merdeka," jelasnya.
 

 
Berita Terpopuler