Jangan Buru-Buru Sodorkan Susu Formula, Dukung Ibu Beri ASI untuk Bayinya

Ibu membutuhkan dukungan untuk menyusui bayinya.

Republika/Yogi Ardhi
Ibu menyusui (Ilustrasi). Bayi yang melekat dengan baik pada payudara tidak akan menghabiskan waktu berjam-jam dalam satu sesi menyusu.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dukungan keluarga penting dalam pemberian air susu ibu (ASI) kepada anak. Tanpa dukungan keluarga, ibu bisa kesulitan memberi makanan terbaik di enam bulan pertama kehidupan bayinya.
 
"Kurangnya dukungan dari pasangan dan juga keluarga, serta mitos-mitos salah yang masih dipercaya di masyarakat, membuat ibu kadang menjadi tidak percaya diri, mendapat tekanan, tidak didukung, dan tidak diperhatikan kesehatan mentalnya, sehingga membuat program ASI eksklusif terhambat," ujar dokter spesialis anak Agnes Tri Harjaningrum dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (2/2/2024).

Pemberian ASI eksklusif di enam bulan pertama kehidupan bayi penting karena itu menentukan status gizi mereka di masa depan. Dokter Agnes menyebut, ASI pasti yang terbaik jika dibandingkan susu formula.

Baca Juga

"ASI merupakan zat gizi utama yang harus diberikan untuk anak pada masa awal kelahiran," kata dokter anak dari Rumah Sakit Permata Depok, Jawa Barat ini.

Persoalannya, tidak semua ibu beruntung diberi kemudahan memberikan ASI. Ada beberapa keadaan yang membuat pemberian ASI menjadi terkendala, misalnya, sang ibu harus mengonsumsi obat tertentu, ibu mengalami pendarahan pascapersalinan yang membuat ibu harus masuk unit perawatan intensif (ICU), atau ibu mengidap penyakit tertentu yang bisa menular ke bayinya, baik secara langsung atau melalui ASI.

Kondisi bayi pun kadang membuat proses menyusui ASI terhambat. Misalnya, bayi yang lahir prematur dan harus dirawat di ruangan khusus atau neonatal intensive care unit (NICU), bayi harus terpisah dari ibu, atau bayi memiliki penyakit metabolik sehingga pemberian ASI terkendala.
 
"Sebetulnya, kita semua sepakat ya bahwa ASI adalah yang terbaik. Tetapi sekali lagi bahwa dunia ini tidak hitam putih, ada abu-abunya, ada kondisi tertentu di mana seorang ibu memang tidak mampu memberikan ASI, yang juga harus kita maklumi dan diberikan solusi, bukan lalu mengatakan bahwa ibu tersebut bukan ibu yang baik," ucap Agnes yang menamatkan spesialisasinya di Universitas Indonesia dan juga alumni Charite Medical School (Berlin-Jerman) & ISPED itu.

Dokter Agnes menjelaskan bahwa permasalahan pemberian ASI di Indonesia cukup kompleks. Di luar dari kondisi medis, tidak jarang pemberian ASI menjadi terhambat akibat kurangnya dukungan suami dan keluarga, kurangnya pengetahuan ibu dalam memberikan ASI, dan kepercayaan turun-temurun yang masih diyakini padahal salah.

Contohnya, suami tidak mendampingi ibu sejak awal kehamilan sampai melahirkan atau bahkan ditinggal sendirian. Alhasil, ibu merasa sendirian dan stres, sehingga ASI tidak keluar.

Mertua atau keluarga terdekat yang menuntut ibu harus sempurna atau terlalu banyak ikut campur juga dapat membuat ibu tertekan. Ada saja ibu baru yang disebut ASI-nya kurang lalu diminta memberikan susu formula untuk bayinya.

Padahal, menurut dr Agnes, pada tiga hari pertama setelah melahirkan normal saja jika ASI belum banyak keluar. Itu karena kebutuhan bayi belum banyak.

"Lambung bayi pun masih sebesar bola kelereng," jelas dr Agnes.

Selama tidak ada kondisi yang membahayakan bagi bayi, lanjut dr Agnes, tidak perlu buru-buru memberikan susu formula. Kondisi yang perlu diwaspadai ialah dehidrasi, hipoglikemia, atau bayi kuning berlebihan.
 
Situasi ibu bekerja juga menjadi penyebab pemberian ASI tidak optimal, terutama pada perempuan yang bekerja di sektor tenaga produksi atau buruh pabrik. Meski sudah ada peraturan bahwa semua anak berhak mendapatkan ASI eksklusif dan perusahaan wajib memberikan cuti selama tiga bulan bagi ibu melahirkan, kenyataannya masih banyak perusahaan dan pabrik yang mengabaikan.
 
Oleh karena itu, dr Agnes berharap pemerintah bisa lebih tegas dalam menegakkan aturan yang sudah dibuat. Itu penting demi masa depan ibu dan anak yang lebih baik.

 
Berita Terpopuler