Rupiah Cenderung Menguat Sebab Meningkatnya Sentimen Risk-On di China

Rupiah diprediksi cenderung menguat di kisaran Rp15.590-Rp 15.640 per dolar AS

Republika/Prayogi
Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jakarta, Senin (20/11/2023).
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu diprediksi cenderung menguat dipengaruhi oleh peningkatan sentimen risk-on di China.
 
"Rupiah hari ini diprediksi cenderung menguat di kisaran Rp15.590 hingga Rp 15.640 per dolar AS," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova kepada ANTARA di Jakarta, Rabu (24/1/2024).
 
Menurut Rully, sentimen risk-on di China disebabkan oleh rencana stimulus di pasar keuangan oleh Pemerintah China. Pemerintah China akan menarik dolar AS dari perusahaan China di luar negeri untuk menstabilkan pasar saham dalam negeri China.

Dengan demikian, bukan hanya China tapi juga emerging market lainnya termasuk Indonesia akan kebanjiran capital inflow. Di samping itu, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter longgar yang masih terus dilanjutkan oleh bank sentral Jepang.
 
Pelaku pasar juga masih menunggu data produk domestik bruto (PDB) kuartal IV-2023 dan inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE) Amerika Serikat (AS).

Pada awal perdagangan Rabu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta dibuka merosot 68 poin atau 0,43 persen menjadi Rp15.705 per dolar AS dibandingkan sebelumnya sebesar Rp15.637 per dolar AS.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler