Bisakah Memilih Gender Anak Melalui Program Bayi Tabung?

Pakar bayi tabung ingatkan bahwa setiap anak berharga, apapun jenis kelaminnya.

Prayogi/Republika
Ibu hamil memperlihatkan foto USG janinnya. Ada banyak faktor yang bisa memengaruhi jenis kelamin anak.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak merupakan anugerah berharga yang dititipkan oleh Tuhan kepada orang tua, terlepas dari jenis kelaminnya. Namun, jenis kelamin anak masih dipandang sebagai urusan yang amat penting bagi sebagian keluarga.

Belum lama ini, misalnya, viral unggahan seorang perempuan yang mendapatkan perlakuan kurang mengenakkan setelah melahirkan. Perempuan itu disebut memiliki rahim yang jelek oleh mertuanya karena melahirkan bayi perempuan.

Perempuan tersebut juga menyatakan bahwa pihak keluarga mertua tidak mengacuhkan bayi perempuan yang baru dia lahirkan. Bahkan, mereka mengaku merasa kesal ketika melihat bayi perempuan yang baru dilahirkan tersebut. Terlepas dari itu, sang perempuan menyatakan dia tetap menyayangi bayinya.

"Bagaimana pun, anak laki-laki (atau) perempuan itu adalah anugerah Tuhan," ujar dokter spesialis kandungan dan kebidanan sekaligus ahli di bidang kesuburan dan bayi tabung, Taufik Jamaan, kepada Republika.co.id pada Senin (15/1/2024).

Dokter Taufik menjelaskan bahwa ada banyak faktor yang bisa memengaruhi jenis kelamin anak. Faktor-faktor tersebut adalah kromosom dalam sperma, motilitas sperma, bentuk rahim, tingkat keasaman vagina, hingga waktu berhubungan seksual.

Baca Juga

Jenis Kelamin Anak dan Teknologi Reproduksi Berbantu

Saat ini, telah tersedia opsi teknologi reproduksi berbantu (TRB) untuk pasangan yang mengalami masalah kesuburan. Contoh dari teknologi reproduksi berbantu tersebut adalah inseminasi buatan dan in vitro fertilization (IVF) alias bayi tabung.

Dari segi medis, ada beberapa teknik yang bisa meningkatkan peluang calon orang tua untuk mendapatkan anak dengan jenis kelamin yang mereka inginkan melalui TRB. Salah satu di antaranya adalah teknik sperm sorting atau penyortiran sperma untuk memilih jenis kelamin anak.

"Jadi spermanya itu dipilih, tapi keberhasilannya 70 persen," jelas Dr Taufik.

Dalam IVF, lanjut dr Taufik, ada pula teknologi bernama preimplantation genetic diagnosis (PGD). Teknologi ini memiliki tingkat akurasi hingga 100 persen untuk mengetahui jenis kelamin anak.

Terlepas dari ketersediaan teknologi yang bisa membantu, dr Taufik mengatakan pemilihan jenis kelamin anak dalam praktik TRB harus didasarkan pada pertimbangan yang valid. Sebagai contoh, pasangan suami-istri yang belum punya anak dan berusaha mendapatkan anak pertama melalui prosedur bayi tabung tidak diizinkan untuk memilih jenis kelamin calon anak mereka.

Dalam situasi seperti ini, fokus utamanya adalah meraih kehamilan. Oleh karena itu, embrio yang akan ditanam ke dalam rahim istri merupakan embrio dengan kualitas terbaik, bukan embrio yang dipilih berdasarkan jenis kelaminnya.

Berkaitan dengan preferensi jenis kelamin anak, dr Taufik mengingatkan bahwa semua anak itu adalah anugerah yang berharga, apa pun jenis kelaminnya. Oleh karena itu, jenis kelamin anak tidak seharusnya menjadi alasan untuk bertengkar atau saling menyalahkan antarkeluarga.

"(Apapun jenis kelamin anak) harusnya disyukuri," kata dr Taufik

 
Berita Terpopuler