Tanah Asal Darah dan Air Mata: Journey to Suriah, Lebanon, Palestina, Bosnia..!

Penderitaan, kucuran darah, dan air mata ada membentang dari Suriah hingga Bosnia.

network /Muhammad Subarkah
.
Rep: Muhammad Subarkah Red: Partner

Perang, bom, asap mesiu menyelimuti kawasan yang membentang dari Suriah, Palestina Hingga semenjaung Balkan, Bosnia.

Ain Helwa

Adakah kau simpan lenguh rinduku pada laut berkapur:

Ain Helwa. Pucuk pinus hanya menyisahkan tiris embun

daun. Dan raunganku terkapar pada padang-padang tandus

kaktus. Darahku menetes. Aku panggil Rumi. Ia tak

datang juga. Bayangannya hanya menjelma pada tali

pusar gadis Rusia. Atau, pada usungan keranda lelaki

Palestina bersenjata.

Sudah lama tanah ini menjadi batu. Jauh sebelum Musa

terusir dari tanah perjanjian. Dan jauh sebelum Tuhan

menampakan diri pada bukit Tursina.

Di sebuah plaza aku hanya temukan Gibran yang

menggigil kedinginan. Dia hanya bisa menyeru, tapi

Tuhan lari entah kemana. Wajahnya pasi seperti ragi.

Rindunya pada masa kanak tersangkut pada butik Kosmo

Amerika. Sedangkan mimpinya terbang sendirian. Tanpa

busur. Tanpa anak panah.

Inilah tanah impian. Seratus nabi dan ribuan pengungsi

telah lahir di sini.

Ain Helwa engkaulah nisan dalam hidupku.

Gaza-Beirut 2003


Kicau Sepasang Balam di Gerbang Sabra

Sepasang mata biru membasah

menatap luruh yang jauh

pada ujung palka atap tersisa

Di ujung tepian sana ada sepasang balam

berdendang riuh

merenda sarang

mengepak sayap

mengepak ranting zaitun sehelai demi sehelai

demi membangun sepetak impian rumah surga

Tanyanya, aku rindukan Ali?

setelah usai amarah karbala

menjemput Fatma yang berangkat tadi pagi

bersama auman burung besi dan lantak mesiu

Ucapnya lagi, aku tak akan mengucurkan air mata

apalagi bersedih

Lihatlah Ali pergi berkuda dengan jubah biru Ayubi

Lalu terbang bersama wewangian Attar

Bersama labuh pujian elegi nyanyian Daud

Dijemput buraq ke kubah emas aqsa

Tak akan punah riduku

Pada sepasang mata biru itu

Di tubir akhir badai November sebelum hujan

Di gerbang Sabhra

Sabra-Shatila 2012-2023


Elija

Musim semi telah lama memerahmu

namun sepi selalu merajam makna

pada getir rajam diri Fatma

pada bulan di malam jahanam.

Kini seuntai tulip melati

aku kalungkan kembali di lehermu

untuk mengenang hari-hari yang jauh

yang penuh mesiu teriakan dan tembakan

dalam kutuk kuyup dendam.

Sarajevo-Shatila 2017


Nyanyian Kekasih di Boulevard Khalil Gibran Street

Pada deretan plaza aku temukan sosok bayanganmu yang

membatu. Hidup menjadi anteian keluhan. Ada yang

menjelma kecap, ketimun, selada, daging kambing panggang,

kaleng soda, cendawan hutan, atau sekawanan binatang

ternak.

Kekasih, aku potong kepalaku sendiri ketika hujan pagi

ini menggenangi got-got dan pelimbahan komplek taman.

Sebelum itu aku telah pakukan namamu pada bangku taman

dan tiang ayunan. Angin hanya beku memandangku ketika

mata gergaji mulai menetaki ruas batang leher. Tak ada

darah. Tak ada air mata. Tak ada lenguhan. Semua diam

membisu.

Percuma bila Tuhan kau keluhkan. Nasib menuai mati di

tanganku. Tak perlu lagi doa yang kau ulurkan karena

itu telah berubah menjadi sulur akar pohon yang akan

merambati batu nisanku.

Kekasih, alangkah indahnya bila hidup yang mulai sudah seperti

Mati yang syahid

PENULIS:

Muhammad Subarkah. Penulis dan Jurnalis Republika. Karyanya berupa cerpen, puisi, hingga esai tersebar di berbagai media semenjak mahasiswa. Permah mengurusi majalah mahahsiswa, menukis karya tulis ilmiah dan jurna, meraih pengharngaan jurnalisme award Husni Thamrin dan penulisan Pemilu KPU. Menulis buku Lelali Buta Melihat Ka;bah dan Orang Buta Melihat. Ka’bah yang diterbitkan penerbut Republika. Puisi berada dalam berbagai antologi puisi yang diterbitan Kompas, Jawa Pos, hingga Majalah Horison. Terakhir menulis buku untuk Demokrasi Di Era Digital yajng diterbitkan Yayasan Pusaka Obor dan Perhimpunan Penulis Satu Pena tahun 2021. Juga menulis untuk buku Kemanusian Corona yang diterbitkan Balai Pustaka dan Perhimpunan Penulis Satu Pena tahun 2019. Puisi-puisinya terkini termuat dalam antologi Kemanusian Palestina SATU PENA berjudul 'Perang Pecah di Gaza', Penerbit PT Cerah Budaya Indonesia, Desember 2023. Menulis tesis tentang jurnalisme profetik.

 
Berita Terpopuler