Dari KB Hingga Sunat, Kenapa Pengendalian Kehamilan Lebih Sering Ditujukan pada Perempuan?

hanya ada dua opsi yang ditujukan untuk laki-laki.

Freepik
Ilustrasi rahim perempuan. Mengapa pengendalian kelahiran hanya ditujukan pada perempuan?
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbeda dengan laki-laki, opsi kontrasepsi yang tersedia untuk perempuan jauh lebih banyak. Terkadang, perempuan juga disarankan untuk melakukan sunat perempuan demi mengendalikan syahwat atau nafsu seksual. 

Baca Juga

Benarkah upaya pengendalian kehamilan terkesan lebih banyak ditujukan pada perempuan?

Terkait kontrasepsi, hanya ada dua opsi yang ditujukan untuk laki-laki. Salah satu di antaranya adalah penggunaan kondom yang umumnya berbahan dasar lateks. Sedangkan opsi lainnya adalah vasektomi yang merupakan prosedur untuk mencegah keluarnya sperma dari saat laki-laki ejakulasi, seperti dilansir WebMD.

Sedangkan untuk perempuan, ada lebih banyak opsi kontrasepsi yang tersedia. Sebagian di antaranya adalah pil KB, IUD, cervical cap, spons kontrasepsi, kondom perempuan, spermisida, hingga tubektomi atau prosedur mengikat tuba falopi agar sperma dan sel telur tidak bisa bertemu.

Di sisi lain, sebagian masyarakat masih meyakini bahwa sunat perempuan perlu dilakukan untuk mengendalikan nafsu seksual. Sunat perempuan merupakan tindakan menggores kulit yang menutupi bagian depan klitoris, tanpa melukai klitoris.

Praktik ini sebenarnya sudah cukup lama menimbulkan pro dan kontra. Dari segi medis, Organisasi Kesehatan Dunia menilai praktik sunat perempuan dapat menimbulkan risiko gangguan fisik jangka pendek dan jangka panjang.

Namun dari segi agama, sunat perempuan merupakan bagian dari syiar Islam. Oleh karena itu, melalui laman resmi Kementerian Agama, Prof Dr KH M Asrorun Ni'am Sholeh MA mengungkapkan bahwa hukum sunat perempuan sebagai bagian dari syiar Islam tidak boleh dilarang.

"Tapi juga tidak wajib dilakukan," jelas Prof Asrorun, seperti dikutip Republika.co.id pada Rabu (20/12/23).

Bila sunat perempuan terpaksa dilakukan....

 

Bila sunat perempuan terpaksa dilakukan, Prof Asrorun mengatakan prosedur ini harus dijalani dengan syarat yang ketat. Syarat tersebut adalah tidak boleh menimbulkan //dharar// atau dampak buruk serta tidak memotong atau melukai klitoris.

"Hanya menghilangkan sedikit saja selaput yang menutup klitoris," terang Prof Asrorun. 

Dari segi kebijakan, Sosiolog Nia Elvia menilai kebijakan terkait pembatasan kelahiran di Indonesia sudah seimbang antara perempuan dan laki-laki. Alasannya, varian KB untuk laki-laki sudah semakin banyak.

Di sisi lain, Nia melihat bahwa penggunaan kontrasepsi hingga praktik pengendalian syahwat pada dasarnya berkaitan dengan upaya pembatasan kelahiran. Menurut Nia, kebijakan mengenai hal ini perlu dikaji karena berkaitan erat dengan pengendalian jumlah penduduk.

"Tren saat ini, kebijakan yang dikeluarkan negara-negara maju adalah bagaimana strategi meningkatkan jumlah penduduk, bukan malah membatasi," lanjut Nia kepada Republika.co.id, Rabu (20/12/23).

Oleh karena itu, Nia menilai pemerintah perlu mengkaji apakah kebijakan pembatasan kelahiran masih relevan di tengah kecenderungan negara maju meningkatkan jumlah penduduk mereka. Ditambah lagi, saat ini terpaan ideologi LGBT semakin tinggi yang berpotensi menghilangkan angka kelahiran.

 

"Isu terbaru, Vatikan akan mengizinkan pernikahan sesama jenis. Jika ini terjadi, maka dampaknya akan amat luas terhadap dinamika masyarakat dunia, termasuk di dalamnya negara kita, Indonesia," ujar Nia. 

 
Berita Terpopuler