Naskah Khutbah Jumat: Tuntunan Membangun Keluarga Ala Nabi Muhammad SAW

Nabi SAW selalu mempermudah urusan keluarga dan sederhana dalam beribadah.

AP/Manish Swarup
Seorang gadis Muslim India berpakaian peri bermain dengan keluarganya setelah berbuka puasa pada hari pertama bulan suci Ramadhan di Masjid Jama di New Delhi, India, Ahad, 3 April 2021.
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: KH Syamsul Ma’arif, Ketua PWNU DKI Jakarta

Kaum muslimin jamaah sholat Jumat yang berbahagia

Kami selaku khatib memberikan pesan kepada diri kami dan jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

Baca Juga

Kaum Muslimin yang berbahagia

Salah satu indikasi keberhasilan sebuah negara bangsa adalah jika kehidupan keluarga anggota masyarakat itu baik dan maslahah. Bangunan bangsa dan negara harus dimulai dari bangunan keluarga, jika bangunan keluarga baik, Insya Allah masyarakat akan baik. Jika masyarakat baik, Insya Allah bangsa dan negara akan baik. Maka keluarga maslahah adalah modal utama dalam membangun bangsa.

Dalam Alquran, Allah mengingatkan kita semua akan pentingnya "Wiqayatul Ahli" (penjagaan/ pemeliharaan keluarga).

Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi Al-Bantani dalam tafsir Marah Labid/ Al-Munir menyatakan bahwa kata ahli dalam ayat di atas maknanya adalah suami atau istri dan anak-anak. Sementara pelaksanaan dari wiqayatul ahli yaitu dengan cara atta’lim, at-tarbiyah, dan at-ta’dib.

Maka dalam bangunan keluarga Nabi Muhammad SAW adalah sebagai muallim, murabbi, dan muaddib. Kata ta’dib dibutuhkan karena manusia tidak hanya butuh pembelajaran atau transfer ilmu tetapi membutuhkan adab-adab yang baik.

Rasulullah SAW menyatakan:

اَدَّبَنِي رَىِّي فَاَ حْسَنَ تَاْدِِيىِي

Artinya, "Tuhanku telah mendidikku dan jadilah pendidikanku yang terbaik (dengan adab)."

Lalu seperti apa bangunan keluarga ala Rasulullah SAW?

Kaum Muslimin rahimakumullah

Model bangunan keluarga ala Nabi SAW, antara lain sebagai berikut.

Pertama, pendidikan praktikum ibadah kepada keluarga.

Nabi Muhammad SAW selalu memberi contoh atau praktik tuntunan langsung dan mendidik keluarga baik kepada istrinya maupun kepada cucunya terutama dalam hal ibadah. Hal tersebut terlihat dari bagaimana Nabi Muhammad SAW membangunkan istri-istri beliau untuk sholat malam (witir) dan iktikaf (pada sepuluh hari terakhir Ramadhan).

Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata:

كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يُصَلِّي صَلَاتَهُ مِنَ اللَّيْلِ كُلَّهَا وأَنَا مُعْتَرِضَةٌ بينَهُ وبيْنَ القِبْلَةِ، فَإِذَا أرَادَ أنْ يُوتِرَ أيْقَظَنِي فأوْتَرْتُ وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ: فَإذَا بَقِيَ الوِتْرَ، قَالَ: ((قُوْمِي فَأوْتِرِي يَا عِائِشَةُ))

Artinya, "Nabi SAW biasa melakukan sholat malam dengan posisi Aisyah berbaring (melintang) di hadapan beliau. Maka, ketika tersisa witir, beliau membangunkannya, lalu Aisyah melakukan witir. (HR Muslim).

Dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan, “Ketika tersisa witir, beliau berkata, 'Bangunlah dan kerjakanlah sholat witir, wahai Aisyah'."

Dalam riwayat yang lainnya, Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata, “Apabila Nabi SAW memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarung beliau, menghidupkan malamnya dengan beribadah dan membangunkan keluarga beliau." (HR Bukhari).

Demikian pula Nabi Muhammad SAW mengajak cucunya untuk beribadah bersama Nabi sebagaimana dalam banyak riwayat yang menceritakan bagaimana kedekatan beliau dengan cucu-cucunya. Saat sholat berjamaah di masjid, Rasulullah menggendong salah satu cucu perempuannya yang bernama Umamah binti Zainab.

Ketika beliau sujud, anak tersebut diletakkan di bawah. Namun ketika berdiri, digendong lagi.

Di kesempatan lain Rasulullah mengendong Hasan dan Husain saat sholat berjamaah. Hingga sampai sujud, beliau melamakan sujudnya.

Karena penasaran para sahabat lalu bertanya apakah Rasulullah mendapatkan wahyu hingga sujudnya menjadi lama. Di waktu senggang Rasulullah menyempatkan diri menemui cucu-cucunya untuk bermain dan mendoakan mereka dengan kebaikan.

Pernah suatu ketika Rasulullah sengaja menemui cucunya selepas berpergian. Lalu beliau memboncengnya dalam suatu kendaraan. Pola interaksi juga dan pendidikan yang baik menjadikan Hasan dan Husain tumbuh menjadi pemimpin para ahli surga.

Kedua, pendidikan yang lemah lembut dan romantis.

Di antara yang menunjukkan kelemahlembutan Nabi Muhammad SAW dalam mendidik istri-istri beliau sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu ‘anha, "Nabi SAW memegang tanganku, kemudian berisyarat menunjuk ke bulan, seraya berkata, 'Wahai Aisyah, mintalah perlindungan kepada Allah dari keburukan ini. Sesungguhnya ini adalah kejahatan malam jika telah gelap gulita'." (HR Ahmad).

Sebelum mengajari Aisyah, Nabi SAW memegang tangannya yang menunjukkan betapa baik dan lemah lembutnya Nabi SAW dalam mendidik istri beliau. Begitu pula tatkala bersama Shafiyah, beliau mengusap air mata Shafiyah dengan tangannya saat Shafiyah menangis.

Dari Anas Bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, "Suatu ketika, Shafiyah bersama Rasulullah SAW dalam perjalanan. Hari itu adalah gilirannya (bersama Nabi SAW). Akan tetapi, Shafiyah sangat lambat sekali jalannya. Lantas, Rasulullah SAW menghadap kepadanya, sedangkan ia menangis dan berkata, 'Engkau membawaku di atas unta yang lamban.’ Kemudian Rasulullah SAW menghapus air mata Shafiyah dengan kedua tangannya." (HR An-Nasa’i)

Selain dua riwayat tersebut, bentuk romantisnya Nabi SAW adalah dengan memberikan panggilan cinta kepada istri beliau, meletakkan kaki istrinya di atas lutut beliau hingga naik (ke unta), mengantar istri beliau, mencium istri beliau, tidur di pangkuan istri, dan yang lainnya.

Salah satu bentuk panggilan romantis yang populer adalah Nabi Muhammad SAW memanggil istrinya (Aisyah) dengan panggilan 'Ya Khumaira' wahai istriku yang kemerah-merahan. Kalimat khumaira adalah bentuk tasghir dari kalimat khamra yang salah satu fungsinya adalah untuk menyatakan panggilan kepada seseorang karena kedekatan dan rasa sayang sebagaimana Alquran menggunakan kalimat Ya Bunayya yang berasal dari kata Bunuwwun untuk menunjukkan rasa dekat dan sayang kepada anak.

Ketiga, Nabi selalu mempermudah urusan keluarga dan sederhana dalam beribadah.

Nabi Muhammad SAW adalah sosok suami yang menginginkan kemudahan bagi istri-istri beliau. Ini merupakan karakter Nabi SAW yang suka mempermudah urusan orang lain.

Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata, "Rasulullah tidaklah dihadapkan pada dua pilihan, melainkan ia pilih yang paling mudah di antara keduanya. Selama itu bukan sebuah dosa." (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia bercerita Rasulullah SAW masuk ke dalam masjid dan melihat seutas tali yang terbentang di antara dua tiang. Beliau bertanya, "Ini tali apa?" Para sahabat menjawab, "Ini tali milik Zainab (istri Nabi) yang ia gunakan untuk sholat. Jika lelah, ia mengikatkan talinya pada tiang tersebut." Maka beliau pun bersabda, "Lepaskanlah, lepaskanlah. Hendaklah kalian sholat ketika dalam kondisi kuat (semangat). Jika lelah, hendaklah duduk.” (HR Ibnu Majah).

Dikisahkan dari istri Nabi SAW, Juwairiyah binti Al-Harits Radhiyallahu ‘anha, "Nabi keluar dari rumahku. Saat itu aku sedang berada di mushola rumahku. Beliau kembali lagi saat siang, sementara aku masih di tempat itu (untuk berzikir). Beliau berkata, ‘Engkau tidak meninggalkan mushola sedari aku keluar tadi?" Juwairiyah binti Al-Harits menjawab, "Iya."

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sungguh, aku mengucapkan empat kalimat sebanyak tiga kali. Jika ditimbang dengan zikir yang kau ucapkan sejak tadi, tentu akan menyamai timbangannya yaitu, subhaanallahi wa bihamdih, ‘adada khalqih, wa ridha nafsih, wa zinata ‘arsyih, wa midaada kalimaatih (Maha Suci Allah. Aku memuji-Nya sebanyak makhluk-Nya, sejauh kerelaan-Nya, seberat timbangan ‘Arsy-Nya, dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya)" (HR Muslim).

Dari riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW menginginkan kemudahan terutama dalam hal ibadah.

Keempat, Nabi selalu menggembirakan keluarga dan meluangkan waktu untuk mereka.

Aisyah Radhiyallahu ‘anha bercerita, "Aku pernah keluar bersama Rasulullah dan saat itu aku masih kurus. Ketika kami telah sampai di suatu tempat, beliau berujar kepada para sahabatnya, ‘Pergilah kalian terlebih dahulu'."

"Kemudian Nabi SAW menantangku untuk berlari, 'Ayo ke sinilah! Aku akan berlomba denganmu.' Kemudian beliau berlomba denganku. Namun akhirnya, akulah yang memenangkan lomba tersebut."

"Pada lain kesempatan, aku kembali keluar bepergian bersama beliau, dan saat itu badanku semakin besar. Ketika kami berada di suatu tempat, Rasulullah kembali berkata kepada para sahabatnya, ‘Pergilah kalian terlebih dahulu!'."

"Kemudian beliau menantangku untuk berlari, ‘Ayo ke sinilah! Aku akan berlomba denganmu’. Kemudian beliau berlomba denganku, tetapi akhirnya beliaulah yang memenangkan lomba tersebut. Beliau mengatakan bahwa ini adalah balasan dari kekalahan beliau sebelumnya sembari menepuk pundakku." (HR Thabrani).

Juga diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma. Beliau mengatakan, “(Suatu malam), aku menginap di rumah bibiku Maimunah (istri Nabi SAW). Rasulullah SAW berbincang-bincang dengan istrinya (Maimunah) beberapa saat kemudian beliau tidur.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kelima, Nabi SAW selalu melayani keluarganya dan tidak mau merepotkan istri dan anak-anaknya.

Rasul tidak malu menjahit sendiri pakaiannya yang robek, membetulkan sandalnya yang rusak dan mengerjakannya sendiri tanpa menyusahkan istrinya. Bahkan, menurut riwayat, Rasulullah tidak segan membantu keperluan istrinya.

Rasulullah SAW pernah mengalami tidak adanya makanan di rumah beliau. Aisyah Radhiyallahu ‘anhu mengisahkan, "Rasulullah SAW bertanya kepadaku pada suatu hari, ‘Wahai Aisyah, apakah engkau memiliki sesuatu (untuk dimakan pagi ini?)'. Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, kita tidak memiliki sesuatu apapun (untuk dimakan)'. Beliau lalu bersabda, 'Kalau begitu aku akan puasa’.” (HR Muslim).

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT. Demikian khutbah yang singkat ini, semoga bermanfaat.

Khutbah Jumat ini dilansir dari laman resmi Masjid Istiqlal.

 
Berita Terpopuler