Perlu Diantisipasi, Ekonom Sebut Peningkatan Permintaan Pangan Tinggi pada Akhir Tahun

Kenaikan harga pangan harus bisa diantisipasi pemerintah.

Republika/Bayu Adji P
Penjual menunggu barang dagangannya di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Jumat (1/12/2023).
Rep: Rahayu Subekti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet memproyeksikan peningkatan permintaan pangan pada akhir tahun masih akan tinggi. Menurutnya, hal tersebut perlu diantisipasi oleh pemerintah. 

Baca Juga

“November ini saya kira bukanlah puncak permintaan terhadap komoditas pangan karena pada Desember menurut saya peningkatan permintaan akan relatif lebih tinggi jika dibandingkan bulan November,” kata Yusuf kepada Republika.co.id, Ahad (3/12/2023). 

Yusuf menuturkan sebelumnya pada November 2023 diproyeksikan sudah melewati puncak dari El Nino. Hanya saja, Yusuf menikai kenaikannya relatif masih tajam hingga saat ini sehingga kondisi tersebut perlu menjadi perhatian pemerintah. 

Apalagi, kata Yusuf,  di saat yang bersamaan beberapa komoditas pangan strategis seperti beras dan cabai masih mencatatkan peningkatan.

“Peningkaran ini terjadi pada November di mana saya kira ini bukanlah puncak permintaan terhadap komoditas pangan karena pada Desember menurut saya peningkatan permintaan akan relatif lebih tinggi jika dibandingkan bulan November,” jelas Yusuf. 

Belum lagi, jika melihat faktor global, Yusuf melihat masih berpotensi mempengaruhi inflasi. Yusuf menyebut pergerakan harga komoditas yang sangat rentan terpengaruh karena sentimen konflik geopolitik yang relatif mereda mengingat kondisi konflik geopolitik antara Israel dan Palestina itu sudah relatif melandai. 

Hanya saja, Yusuf menegaskan, konflik geopolitik secara umum masih berpeluang untuk meningkat kembali. 

“Ketika ini terjadi maka ini bisa berpotensi terhadap sentimen harga komunitas dan juga sentimen di pasar keuangan dan ini juga berpeluang untuk mempengaruhi kebijakan suku bunga acuan yang bisa saja ini juga akan terdampak terhadap kebijakan suku bunga acuan emerging market termasuk di dalamnya Indonesia,” tutur Yusuf. 

Di saat bersamaan, harga pangan....

 

 

 

Di saat yang bersamaan, Yusuf melihat kenaikan harga pangan yang masih terjadi. Dia menilai seharusnya hal tersebut bisa menjadi motivasi bagi pemerintah untuk mempercepat realisasi belanja yang sifatnya itu berupa bentuk bantuan langsung ke masyarakat maupun relasi belanja yang sifatnya insentif bagi pemda. 

"Katakanlah ini untuk menjaga alur distribusi pangan strategis terutama di akhir tahun nanti,” ujar Yusuf. 

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat melakukan tinjauan khusus berkaitan dengan inflasi hortikultura pada November 2023. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud mengatakan cabai hingga bawang merah menjadi penyebab utama inflasi November 2023. 

"Tiga dari delapan Komoditas utama penyebab inflasi pada November 2023 adalah komoditas hortikultura yaitu cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah," kaya Edy dalam konferensi pers, Jumat (1/12/2023). 

Dia menjelaskan, cabai merah mengalami inflasi sebesar 42,83 persen, cabai rawit sudah mengalami inflasi sebesar 43,27 persen, dan bawang merah mengalami inflasi sebesar 11,49 persen. Dengan begitu, Edy menyebut secara total ketiganya menyumbang apa amdil inflasi sebesar 0,27 persen. 

"Tingkat inflasi ketiga komoditas tersebut relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada dua tahun sebelumnya," tutur Edy. 

Edy menambahkan, penyebab inflasi cabai pada November 2023 karena faktor cuaca yang tidak menentu. Selain itu juga karena faktor pasokan yang kurang fan juga faktor kelancaran distribusi. 

Menurutnya, inflasi cabai merah tertingi terjadi di Bulukumba. "Mungkin ini diduga karena petani cabai di Bulukumba tengah menghadapi dampak serius musim kemarau sebagi fenomena El Nino," ujar Edy. 

Sementara di Sumenep, Edy mengatakan di daerah tersebut terjadi inflasi cabai rawit tertinggi. Kondisi tersebut diduga disebabkan karena stok yang menipis dan tidak lancarnya pasokan cabai rawit di Sumenep. 

BPS mencatat inflasi pada pada November 2023 secara bulanan mencapai 0,38 persen. Lalu secara tahunan terjadi inflasi sebesar 2,86 persen dan secara year to date sebesar 2,19 persen. 

 
Berita Terpopuler