Laporan Ini Ungkap Rencana Busuk Netanyahu di Gaza Selain Hancurkan Hamas

Netanyahu berencana kurangi populasi Gaza

AP Photo/Hatem Moussa
Warga Gaza Palestina melarikan diri ke selatan pada hari ketiga gencatan senjata antara Israel dan Hamas di jalan Salah al-Din di Jalur Gaza tengah pada Ahad (26/11/2023).
Rep: Mabruroh Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Surat kabar Israel Hayom mengungkapkan pada Jumat (1/12/2023), bahwa Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer sedang mempersiapkan rencana yang diminta oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. 

Baca Juga

Rencana tersebut adalah untuk mengurangi jumlah warga Palestina di Jalur Gaza seminimal mungkin, menyusul agresi yang dilakukan tentara Israel di jalur tersebut. 

Dilansir dari Middle East Monitor, Sabtu (2/12/2023), Israel Hayom mengkonfirmasi, bahwa rencana yang dikejar  Menteri Likud Dermer tidak dilihat oleh sebagian besar anggota Komite Menteri untuk Urusan Keamanan Nasional dan tidak dibahas di lembaga dan forum resmi karena "sensitivitasnya". 

Surat kabar itu percaya bahwa pemerintahan Joe Biden akan menolaknya, dan pendapat yang berlaku adalah bahwa rencana itu adalah fantasi yang tidak realistis.

Surat kabar itu memperkirakan rencana itu akan didukung oleh para menteri Partai Likud, yang dipimpin oleh Netanyahu, partai Otzma Yehudit, yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan gerakan Zionis Religius, yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Bezalel Smotrich.

Surat kabar itu menunjukkan bahwa terlepas dari posisi komunitas internasional dan pendirian militer di Tel Aviv dalam rencana tersebut, Netanyahu melihat implementasinya sebagai tujuan strategis bagi pemerintahannya.

Ditambahkan bahwa Netanyahu berusaha untuk mengimplementasikan rencana tanpa harus menghadapi konfrontasi dengan Amerika Serikat, komunitas internasional dan Mesir, yang secara kategoris menentangnya, menunjukkan bahwa mereka yang dekat dengan Netanyahu mengklarifikasi bahwa rencana tersebut tidak menyatakan niat untuk mengusir orang-orang Palestina, tetapi upaya untuk mengurangi kepadatan penduduk di Jalur Gaza.

Surat kabar itu melaporkan bahwa Israel dapat melewati oposisi Mesir untuk mengimplementasikan rencana tersebut dengan memungkinkan warga Gaza meninggalkan jalur itu melalui laut dan menuju Eropa dan Afrika.

Kepala Partai Yisrael Beiteinu, Avigdor Lieberman, meminta Amerika Serikat untuk menekan Mesir untuk menguasai Jalur Gaza setelah agresi di Gaza, serta memaksa Yordania untuk mengendalikan Area A, yang mencakup populasi Palestina terbesar di Tepi Barat.

Dalam sebuah postingan di X, pada Jumat, Lieberman, yang merupakan menteri luar negeri, keamanan dan keuangan, menganggap bahwa kontrol Mesir atas Jalur Gaza dan kontrol Yordania atas daerah berpenduduk di Tepi Barat adalah alternatif dari solusi dua negara, yang dia anggap tidak realistis.   

Tentara pendudukan melanjutkan serangannya di Gaza pagi ini dengan berakhirnya gencatan senjata, sementara negosiasi berlanjut dengan harapan mencapai kesepakatan yang sekali lagi akan mengarah pada penghentian permusuhan, pertukaran tahanan dan masuknya bantuan kemanusiaan.

Sementara itu, Israel melanjutkan operasi tempur melawan Hamas di Gaza pada hari Jumat (1/12/2023) setelah tentara pendudukan ini menuduh kelompok pejuang Palestina Hamas, menembakkan roket ke Israel dan mengingkari kesepakatan untuk membebaskan semua wanita yang disandera. Sementara Hamas menilai Israellah yang melanggar kesepakatan gencatan senjata sementara.

Satu jam sebelum gencatan senjata berakhir pada pukul 07.00 pagi (05.00 GMT), Israel mengatakan bahwa mereka mencegat sebuah roket yang ditembakkan dari Gaza. Tidak ada komentar langsung dari Hamas atau klaim tanggung jawab atas peluncuran tersebut.

"Dengan kembalinya pertempuran, kami tegaskan, Pemerintah Israel berkomitmen untuk mencapai tujuan perang - untuk membebaskan sandera kami, untuk menghabisi Hamas, dan untuk memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah menjadi ancaman bagi penduduk Israel," kata kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan.  

Sementara itu, Hamas juga menjawab tantangan Israel. "Apa yang tidak dicapai Israel selama lima puluh hari sebelum gencatan senjata, tidak akan tercapai dengan melanjutkan agresinya setelah gencatan senjata," kata Ezzat El Rashq, anggota biro politik Hamas, dalam situs web kelompok itu.

Media Palestina dan kementerian dalam negeri Gaza melaporkan serangan udara dan artileri Israel di daerah kantong tersebut setelah gencatan senjata berakhir, termasuk di Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir.

Di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan, seorang saksi mata Reuters mengatakan bahwa ia dapat mendengar suara tembakan yang keras dan melihat asap mengepul di sebelah timur kota. Orang-orang melarikan diri dari daerah tersebut ke kamp-kamp di sebelah barat Khan Younis untuk berlindung, tambahnya.

Al-Jazeera melaporkan sejumlah orang telah terbunuh dan terluka akibat serangan dan penembakan Israel. Militer Israel mengkonfirmasi bahwa jet-jet tempurnya telah menyerang target-target Hamas di Gaza.

Baca juga: Raksasa Bank Riba Yahudi-Jerman Rothschild yang Kuasai Dunia dan Isyarat Alquran

Israel telah bersumpah untuk memusnahkan Hamas, yang memerintah Gaza, sebagai tanggapan atas serangan 7 Oktober yang dilakukan oleh kelompok militan tersebut, ketika Israel mengatakan bahwa orang-orang setidaknya 1.200 orang tewas usai insiden 7 Oktober lalu dan 240 orang di antaranya disandera.

Israel membalas dengan pengeboman yang intens dan invasi darat. Otoritas kesehatan Palestina yang dianggap terpercaya oleh PBB mengatakan bahwa lebih dari 15 ribu warga Gaza telah dikonfirmasi gugur.  

Israel kembali menggempur Jalur Gaza setelah berakhirnya gencatan senjata pada Jumat (1/12/2023) pagi. - (Tim Infografis Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler