Telegram Ogah Hapus Akun Hamas dan Akun Para Pendukung Palestina

Menutup saluran Telegram Hamas dapat memperburuk situasi

Al Qassam brigades via AP
Gambar ini diambil dari video yang dirilis oleh brigade Al Qassam di saluran Telegramnya. Telegram menolak untuk menutup akun Hamas atau para pendukungnya
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pendiri Telegram, Pavel Durov menolak untuk menutup saluran Telegram milik kelompok perlawanan Palestina, Hamas. Durov mengatakan, menutup saluran Telegram Hamas dapat memperburuk situasi dalam menerima informasi tentang perkembangan di zona konflik Palestina-Israel.

“Hamas menggunakan Telegram untuk memperingatkan warga sipil di Ashkelon agar meninggalkan wilayah tersebut sebelum serangan rudal mereka terjadi. Apakah menutup saluran mereka akan membantu menyelamatkan nyawa atau malah membahayakan lebih banyak nyawa?” ujar Durov, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS sepekan setelah serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober.

Durov mengatakan, saluran Telegram hanya menerima konten langganan, sehingga kecil kemungkinannya digunakan untuk propaganda. "Saluran Telegram kecil kemungkinannya dapat digunakan untuk memperkuat propaganda secara signifikan. Sebaliknya, saluran tersebut berfungsi sebagai sumber informasi langsung yang unik bagi para peneliti, jurnalis, dan pemeriksa fakta,” kata Durov.

Durov membela pendirian perusahaannya untuk tidak menghapus akun kelompok Palestina Hamas, dan kelompok lainnya yang mendukung perjuangan Palestina. “Setiap hari, moderator Telegram dan alat AI menghapus jutaan konten yang jelas-jelas berbahaya dari platform publik kami. Namun, mengatasi liputan terkait perang jarang terlihat jelas," ujarnya.

Durov mengatakan, dalam situasi rumit seperti ini memerlukan pertimbangan menyeluruh untuk menunjukkan perbedaan antar platform sosial. Durov menjelaskan, di Telegram, pengguna hanya menerima konten langganan mereka secara spesifik. Oleh karena itu, kecil kemungkinan saluran Telegram dapat digunakan untuk memperkuat propaganda secara signifikan.

Baca Juga

Sebaliknya, saluran tersebut berfungsi sebagai saluran untuk sumber informasi langsung bagi para peneliti, jurnalis, dan pemeriksa fakta. “Meskipun mudah bagi kita untuk menghancurkan sumber informasi ini, hal itu berisiko memperburuk situasi yang sudah mengerikan,” kata Durov.

Sejumlah akun Telegram beri kabar terbaru di Gaza...

Pantauan Republika.co.id, akun Telegram Resistance News Network memiliki lebih dari 93 juta pengikut. Akun ini memberikan kabar terbaru mengenai perjuangan pejuang Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Selain itu, saluran Telegram tersebut juga memberikan kabar terkini tentang kelompok pejuang yang didukung Iran di Lebanon dan Yaman, yang turut berjuang membela Palestina.

Selain itu, akun Telegram Gaza Update memiliki lebih dari 15 juta pengikut. Akun ini kerap memberikan informasi terkini mengenai situasi di Gaza dan Tepi Barat. Termasuk pernyataan dari Hamas dan pejuang lainnya yang sudah ditranslate ke dalam bahasa Indonesia.

Pavel Durov lahir di Rusia pada 10 Oktober 1984. Dia adalah pria keturunan Prancis-Uni Emirat Arab. Dia mendirikan Telegram pada 2013 dan dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di Uni Emirat Arab, menurut Forbes. Ayah Durov adalah seorang akademisi terkemuka di Departemen Filologi Universitas Saint Petersburg, Rusia. Durov memiliki darah Ukraina dari keluarga ibunya.

Telegram awalnya berkantor pusat di Berlin dan kemudian dipindahkan ke Dubai. Durov terdaftar di Daftar Miliarder Forbes pada 2022, dengan kekayaan bersih 15,1 miliar dolar AS. Kekayaannya sebagian besar didorong oleh kepemilikannya atas Telegram. Pada September 2022, Durov tercatat sebagai orang terkaya ke-104 di dunia.

 
Berita Terpopuler