Warga Thailand Dilaporkan Tempur Bersama Israel, Ulama Thailand: Menusuk dari Belakang

Hal ini dinilai sebagai tindakan pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Seorang pekerja Thailand yang tertembak di lututnya dibawa ke rumah sakit setelah dievakuasi dari Israel dan tiba di Bandara Suvarnabhumi di Samut Prakan, Thailand, 12 Oktober 2023.
Rep: Imas Damayanti/Fuji E. Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin senior Muslim di Thailand mengecam laporan bahwa tentara Thailand serta warga kerajaan tersebut tampaknya bergabung dengan pasukan Israel dan ikut mengepung Gaza. Hal ini dinilai sebagai tindakan pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Dilansir di South China Morning Post, Kamis (16/11/2023), Syed Sulaiman Husaini merupakan seseorang yang terlibat dalam pembicaraan dengan Hamas di Iran. Pembicaraan tersebut untuk membebaskan setidaknya 24 warga Thailand yang disandera Hamas.

Baca Juga

Dia mendesak Bangkok untuk memulangkan seluruh warganya di Israel untuk mencegah masalah ini menjadi masalah yang tidak bisa diselesaikan. Sulaiman dalam postingan Facebooknya mengklaim tentara bayaran Thailand telah bergabung dengan Angkatan Pertahanan Israel dalam pertempuran mereka melawan Hamas.

BACA JUGA: Doa Qunut Nazilah untuk Warga Palestina yang Berada dalam Peperangan

Dia juga mengatakan tindakan tersebut dapat dianggap sebagai tindakan Thailand yang memihak Israel dan menikam dunia Muslim dari belakang. Komentarnya muncul setelah foto seorang warga Thailand yang konon bekerja bersama pasukan Israel di garis depan menjadi viral di media sosial.

Menteri Luar Negeri Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara mengatakan, gambar tersebut tampaknya merupakan gambar seorang tentara cadangan berkewarganegaraan ganda Thailand-Israel yang direkrut menjadi militer setelah perang yang pecah pada 7 Oktober.

Israel mengklaim sebanyak 1.200 orang, yang mana banyak dari mereka warga sipil, tewas. Lebih dari 230 orang menjadi sandera Hamas dari Jalur Gaza. Sebagai tanggapan, militer Israel menggempur Gaza hingga lebih dari 11.300 orang, ribuan di antaranya anak-anak, terbunuh.

Parnpree mengatakan dia telah...

Parnpree mengatakan dia telah mencari lebih banyak informasi dari pejabat Thailand di Tel Aviv. Dia menambahkan warga Thailand yang memiliki kewarganegaraan ganda mungkin telah bergabung dalam perjuangan Israel. Dia juga meminta warga Thailand yang bekerja di negara yang dilanda perang tersebut untuk menghindari terlibat dalam konflik dan menyangkal bahwa mereka bekerja sebagai tentara bayaran.

Diperkirakan sebanyak 500 perempuan Thailand yang menikah dengan warga negara Israel memiliki anak dengan kewarganegaraan ganda sebagaimana The Thai Examiner melaporkan. Para perunding Thailand bertemu dengan para pejabat Hamas di Teheran bulan lalu dan diberi janji bahwa para tawanan akan dibebaskan pada waktu yang tepat.

Sayap militer Hamas pada Senin mengatakan Israel menunda kesepakatan yang dimediasi Qatar untuk membebaskan puluhan sandera yang mereka tahan di Gaza sebagai bagian dari skema pertukaran tahanan. Para pemimpin politik dan panglima militer di Israel mengatakan tidak akan ada gencatan senjata sampai para sandera dibebaskan.

Gambar tangan berlumuran darah di dinding tempat perlindungan bom yang terletak di bagian perumahan pekerja Thailand di Kibbutz Nir Oz, Israel, dekat Jalur Gaza, Kamis, (9/11/2023). - (AP Photo/Bernat Armangue)



Perdana Menteri Srettha Thavisin baru-baru ini justru menuduh Israel menawarkan lebih banyak uang kepada pekerja Thailand agar mereka tetap tinggal. Srettha mendesak semua pekerja Thailand untuk meninggalkan zona perang dan berjanji membantu mereka yang kembali mendapatkan kesempatan kerja.

Sebanyak 34 warga negara Thailand tewas dalam konflik tersebut, dan kerajaan tersebut telah mengevakuasi lebih dari 8.000 warganya melalui penerbangan repatriasi. Sekitar 30 ribu warga Thailand bekerja di Israel, sebagian besar sebagai buruh tani.

Penyanderaan pekerja Thailand...

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Kanchana Patarachoke mengatakan sebanyak 25 pekerja Thailand yang disandera oleh Hamas di Jalur Gaza bergantung pada pembicaraan yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas untuk gencatan senjata.

Sebagaimana diberitakan Bangkok Post, Jumat (17/11/2023), Kanchana mengatakan Israel dan Hamas masih berselisih mengenai persyaratan gencatan senjata dan pembebasan sandera. Hamas bersikeras ingin melakukan gencatan senjata terlebih dahulu. Israel menuntut pembebasan sandera tanpa syarat dan menyetujui penghentian sementara pertempuran.

Pada Kamis (16/11/2023), tim perunding Thailand yang kembali dari Iran mengatakan Hamas akan membebaskan orang-orang Thailand yang disandera jika Israel menerima seruannya untuk melakukan gencatan senjata selama 72 jam.

Kanchana mengatakan jumlah pekerja Thailand yang terbunuh sejak perang berkecamuk pada 7 Oktober 2023 adalah 39 orang. Seluruh jenazah mereka telah dikembalikan ke Thailand.

Ada sekitar 20 ribu pekerja Thailand memutuskan untuk tinggal di Israel. Sebagian besar bekerja di pertanian di gurun Arava, yang dianggap aman dari tembakan roket.

Sebulan Genosida di Gaza - (Republika)

 
Berita Terpopuler