Pneumonia Termasuk Silent Killer, Bukan Batuk Biasa

Pneumonia masih menjadi penyebab terbesar kematian balita secara global.

www.pixabay.com
Anak sakit (ilustrasi). Setiap 30 detik, seorang balita meninggal karena pneumonia.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Cissy Kartasasmita mengatakan pneumonia hingga saat ini masih dianggap sebagai batuk biasa di kalangan masyarakat. Sejatinya, ada gejala pembeda antara batuk biasa dengan pneumonia.

"Padahal World Health Organization merilis data yang menyebut pneumonia sebagai silent killer yang selama ini kerap tak diperhatikan," kata Cissy dalam agenda peringatan Hari Penumonia Sedunia yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (6/11/2023).

Dokter spesialis anak konsultan respirologi itu mengatakan pneumonia masih menjadi penyebab terbesar kematian balita secara global. Setiap 30 detik, kata dia, seorang balita meninggal karena pneumonia.

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada 2022, lanjut Cissy, ada dua hingga tiga balita yang meninggal karena pneumonia setiap jam di Indonesia. Kondisi itu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-8 di dunia dalam hal kematian balita karena pneumonia.

Baca Juga

Dalam kesempatan itu Cissy mengatakan pneumonia merupakan peradangan pada jaringan paru-paru yang dipicu bermacam hal. Pemicunya beragam, mulai dari bayi yang lahir prematur dengan berat badan yang kurang, kekurangan vitamin A, malanutrisi, tidak mendapatkan imunisasi lengkap, cuaca dingin, hingga terpapar polusi.

"Buruknya kualitas udara belakangan ini juga turut memicu pneumonia karena polusi merusak mekanisme pertahanan saluran pernapasan. Namun sayangnya, kadang batuk pada anak kerap dianggap sepele, padahal batuk merupakan salah satu gejala pneumonia," katanya.

Agar tak terlambat mendeteksi pneumonia, Cissy menyarankan orang tua untuk langsung memeriksakan kondisi sang anak ke dokter jika batuk dibarengi dengan demam. Orang tua juga bisa ikut menghitung laju napas saat anak beristirahat.

"Jika laju napasnya cepat dan dinding dada tertarik ke dalam saat menarik napas, maka harus segera diperiksa karena dicurigai pneumonia," katanya dalam diskusi untuk memperingati Hari Pneumonia Sedunia.

 
Berita Terpopuler