UNS Solo Buka Suara Soal Sosok Dokter Mueen yang Gugur Dihantam Bom Israel

Dokter Mueen awal-awal sempat kesulitan dari sisi bahasa, tapi bisa mengikuti.

Istimewa
dr Mueen Al Shurafa SpAn lulusan UNS asal Jalur Gaza, Palestina, meninggal usai dibom Israel.
Rep: C02 Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pihak Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo turut berduka cita usai dokter asal Palestina atas nama dr Mueen Al Shurafa SpAn, dilaporkan meninggal. Dokter Mueen diketahui merupakan alumni dari UNS.  

Baca Juga

"Turut berduka cita, Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT serta keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran," kata Dekat Fakultas Kedokteran UNS Prof Dr Reviono dr SpP(K) ketika dihubungi Republika, Selasa (7/11/2023). 

Reviono mengatakan Dr Mueen asal Gaza tersebut pernah menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi di UNS selama 5 tahun. Namun, untuk sosoknya ia kurang mengenal secara pribadi. 

"Sebenarnya saya nggak dekat, jadi dia itu tahun 2013 (masuk UNS), saya belum menjabat waktu itu, saya tahunya karena menjabat dia di (kuliah) anestesi saya di paru, saya tidak tahu persis, tapi orangnya standar," katanya. 

Menurutnya, almarhum dalam keseharian juga tak pernah membahas soal isu-isu yang menyerempet Palestina. Ia hanya berkuliah biasa seperti mahasiswa lainnya.

"Tentang konflik atau isu isu nasionalisme dia ngak muncul di sehari hari. Ya sama lima tahun seperti PPDS yang lain jadi mahasiswa biasa sama statusnya dengan mahasiswa biasa pendidikannya gak ada bedanya," katanya. 

Selain itu, Reviono mengatakan Dr Mueen sempat kesulitan bahasa ketika menempuh pendidikan. Namun, ia dapat menyesuaikan diri di semester selanjutnya. 

 

 

"Memang awalnya masalah bahasa saja tapi ternyata dia semester berikutnya bisa mengikuti," katanya.

Secara akademik, kata dia, tak ada yang menonjol dari almarhum. Ia mengatakan salah satu alasan Dr Mueen dikirim berkuliah di UNS lantaran Palestina kekurangan dokter spesialis.

"Gak ada, biasa biasa saja dia dikirim dari Palestina kan karena kekurangan dokter spesialis," katanya mengakhiri.

 

 

 
Berita Terpopuler