Beras Makin Habis, 40 Persen Penggilingan Berhenti Produksi 

Masa paceklik beras diproyeksi juga akan lebih panjang dari biasanya.

Edi Yusuf/Republika
Buruh tani memisahkan bulir padi yang baru dipanen dengan menggunakan mesin, di Rancanumpang, Gedebage, Kota Bandung, Selasa (12/9/2023). Panen padi di saat kemarau, di tengah kenaikan harga gabah kering, membuat banyak petani sumeringah. Menurut pelaku usaha penggilingan padi, harga gabah kering saat ini mengalami kenaikan harga dari Rp 5.000 per kilogram menjadi Rp7.000 per kilogram.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) mengakui masih kesulitan untuk memperoleh pasokan gabah yang siap digiling menjadi beras. Masa paceklik beras diproyeksi juga akan lebih panjang dari biasanya. Alhasil, tingginya harga beras akan dirasakan lebih lama oleh masyarakat. 

Baca Juga

Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso menyampaikan, suplai gabah pada penghujung tahun ini masih jauh dari kebutuhan penggilingan secara nasional. Mau tak mau, sebagian penggilingan memilih untuk berhenti produksi hingga suplai kembali normal. 

“Banyak (penggilingan) yang sudah tidak aktif. Ada yang mengatakan 40 persen tidak aktif,” kata Sutarto saat ditemui di Jakarta, Rabu (1/11/2023). 

Perpadi mencatat, jumlah penggilingan padi kecil saat ini mencapai 160 ribuan atau yang mendominasi. Sementara kelas menengah sekitar 7.000 penggilingan dan skala besar ada 1.700 perusahaan. 

Sutarto menegaskan, saat ini memang masih terjadi overkapasitas penggilingan padi di Indonesia. Pasalnya, kemampuan produksi padi tidak diikuti dengan jumlah pertumbuhan industri penggilingan padi di tiap-tiap daerah. Sebagai catatan, rata-rata produksi beras masih sekitar 30 juta ton dalam lima tahun terakhir, dengan capaian tahun 2022 lalu sebanyak 31,5 juta ton. 

Oleh karena itu, Sutarto menilai, ketimbang pemerintah terus memberikan izin untuk pendirian penggilingan padi baru, lebih baik melakukan revitalisasi terhadap penggilingan yang ada saat ini. Sembari produksi beras terus diupayakan meningkat. 

“Jumlah penggilingan padi kita itu terlalu berlebih. Makanya kita mengimbau pemerintah jangan membangun baru dan konsentrasinya di Pulau Jawa,” katanya. 

Musim paceklil beras memang rutin....

 

Lebih lanjut, ia menjelaskan, musim paceklik beras saat ini memang rutin terjadi karena faktor musiman. Hanya saja, kendala tahun ini ditambah dengan kemarau ekstrem El Nino yang membuat petani kesulitan air saat memasuki musim tanam. 

Mau tak mau, periode musim tanam yang seharusnya sudah dimulai Oktober lalu mundur hingga November. Dampaknya, musim panen kemungkinan juga akan mundur sehingga masa paceklik beras akan lebih lama. Pemerintah pun diminta menyiapkan seluruh upaya untuk mengantisipasi, termasuk melalui impor. 

Menurut Sutarto, importasi beras tambahan 1,5 juta ton dapat langsung digelontorkan ke pasar untuk meredam harga di tengah masyarakat. 

Terpisah, Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita menjelaskan, tren kenaikan harga beras saat ini merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir.

Saat ini kata Febby, Bulog mengelola CBP sebanyak 1,47 juta ton. Sebanyak 1,38 juta ton merupakan beras impor, dan dalam negeri 79.627 ton. Bulog juga punya beras komersial yang diperdagangkan bebas sebanyak 87,7 ribu ton. 

Lebih lanjut, Febby mengatakan, Bulog telah mendapat kuota penugasan impor beras sebanyak 1,5 juta ton tahun in selain dari total penugasan impor 2 juta ton sejak akhir 2022 lalu. 

“Saat ini masuk terus beras dari luar negeri untuk pemenuhan stok minimal CBP itu sendiri,” kata Febby.

 

 

 
Berita Terpopuler