Dinsos Catat Gelandangan dan Pengemis di Kota Bogor Meningkat Dua Bulan Terakhir

Data menunjukkan jumlah gelandangan dan pengemis hampir 200 orang dua bulan terakhir.

Istimewa
Petugas Dinsos Kota Bogor mengevakuasi ODGJ yang terbaring lemas di Simpang Tangkal Asem, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jumat (19/8).
Rep: Shabrina Zakaria Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bogor mencatat ada kenaikan jumlah Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) seperti gelandangan, pengemis, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan orang telantar pada September dan Oktober 2023. Bahkan, ada gelandangan yang dijaring dalam keadaan meninggal dunia.

Dari data Dinsos Kota Bogor, dalam dua bulan terakhir jumlah gelandangan dan pengemis yang beredar di Kota Bogor hampir menyentuh angka 200 orang. Dengan rincian 90 orang pada September dan 96 orang pada Oktober.

Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Kota Bogor, Dody Wahyudin, menyebutkan PPKS yang dijaring pihaknya di antaranya gelandangan, pengemis, ODGJ, orang terlantar, disabilitas terlantar, dan lansia telantar.

“Jadi itu semua dari laporan warga juga dari hasil penjangkauan, juga dari kiriman Polsek yang ada di Kota Bogor karena rata-rata orang telantar itu awalnya datang ke Polsek lalu Polsek membuat surat bantuan pengantaran ke tempat asal yang bersangkutan,” kata Dody kepada Republika.co.id, Senin (30/10/2023).

Bahkan, sambung Dody, ada kalanya gelandangan yang dijaring Dinsos sudah dalam kondisi meninggal dunia. Seperti yang terjadi belum lama ini di Jalan Ir H Juanda, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

“Seringkali, sudah beberapa kali (gelandangan meninggal dunia dievakuasi). Kadang mereka mobile (berpindah), tiba-tiba ada di situ aja, nggak statis,” ujarnya.

Sempat menurun pada Juni hingga Agustus 2023...

Baca Juga

Sementara itu, lanjut Dody, dari hampir 200 orang PPKS yang sudah dijaring itu, sebanyak 85 orang di antaranya merupakan ODGJ. Sebagian besar di antaranya dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

“Sisanya kita langsung koordinasi dengan Dinsos tempat mereka asal, jadi langsung dijemput oleh mereka dan keluarganya. Kalau yang tidak teridentifikasi data kependudukannya kita langsung rujuk ke RSJ MM,” ujarnya.

Padahal, Dody mengatakan, jumlah kasus gelandangan dan pengemis di Kota Bogor sempat menurun pada Juni, Juli, hingga Agustus 2023. Pada Juni jumlah gelandangan dan pengemis yang ditangani tercatat 62 kasus, Juli ada 41 kasus, Agustus ada 30 kasus.

Lebih lanjut, Dody mengatakan, ada banyak faktor yang menyebabkan jumlah gelandangan dan pengemis di Kota Bogor naik. Pertama, yang bersangkutan tidak mampu bekerja, tidak punya modal usaha, dan tidak punya keterampilan kerja.

Kemudian, tidak punya pilihan lain; serta lebih suka menjadi gelandangan dan pengemis. “Masyarakat di Jabodetabek sekarang tau kalau PPKS di Kota Bogor dilayani kesejahteraan sosialnya, jadi ada beberapa dibuang dari daerah lain ke Kota Bogor dan juga faktor himpitan ekonomi yang kian berasa,” tegas Dody.

Ia menambahkan, sebagian besar gelandangan dan pengemis yang ada di Kota Bogor berasal dari Kabupaten Bogor dan Sukabumi. Oleh karenanya, ia berkoordinasi dengan Dinsos dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) setempat.

“Bagaimana caranya agar PPKS ini tidak kembali lagi mengemis di Kota Bogor. Jadi kalau sudah ranahnya di Kabupaten Bogor/ Sukabumi, kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Karena bukan wilayah Kota Bogor,” ujarnya.

 
Berita Terpopuler