Mulai di GP Indonesia, Perebutan Juara Dunia MotoGP Musim Ini Bakal Kian Ketat

GP Indonesia adalah seri ke-15 dan jadi awal dari tiga seri secara beruntun.

EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Pembalap MotoGP Spanyol dari Prima Pramac Racing Jorge Martin (kiri) saat balapan MotoGP Jepang di Motegi, Prefektur Tochigi, Jepang, Ahad (1/10/2023). Pembalap Jorge Martin berhasil menjadi pemenang pada balapan MotoGP Jepang, diikuti oleh Francesco Bagnaia di tempat kedua.
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua posisi teratas klasemen sementara pembalap hanya terpisah dengan jarak tiga poin setelah gelaran MotoGP musim ini telah menuntaskan 14 seri. Tinggal menyisakan enam seri terakhir, MotoGP musim ini pun mulai memasuki periode krusial dalam penentuan juara dunia kelas utama.

Dengan kata lain, hasil di enam seri terakhir akan menentukan peraih gelar juara dunia MotoGP musim ini. GP Indonesia, yang akan digelar di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), rasanya akan diingat sebagai awal dari periode krusial dalam penentuan juara dunia kelas utama kejuaraan balap motor paling bergengsi sejagat itu pada tahun ini.

Selisih tiga poin antara posisi kedua dengan pemuncak klasemen sementara pembalap, persaingan perebutan gelar juara dunia MotoGP musim ini pun digadang-gadang menjadi yang paling ketat dalam 30 tahun terakhir. Kondisi tidak jauh berbeda terjadi saat dua pembalap asal Amerika Serikat, Wayne Rainey dan Kevin Schwantz, bersaing dalam perebutan gelar juara MotoGP musim 1993.

Rainey, yang kala itu memperkuat Marlboro Yamaha, akhirnya harus rela melihat pembalap Lucky Striker Suzuki, Kevin Schwantz, menyabet gelar juara dunia kelas 500cc. Cedera fatal yang dialami Rainey pada seri ketiga terakhir musim 1993 membuatnya harus mengubur mimpi merebut gelar juara dunia kelas 500 cc.

Pada musim ini, persaingan sengit terjadi antara pembalap tim Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia, dengan pembalap tim Prima Pramac, Jorge Martin. Bagnaia, yang berstatus sebagai juara bertahan MotoGP, akan datang ke Sirkuit Mandalika sebagai pemuncak klasemen sementara pembalap.

Pembalap asal Italia itu mengumpulkan 319 poin. Dari 14 seri pada musim ini, anak didik legenda MotoGP, Valentino Rossi, itu merebut podium tertinggi di lima seri. Catatan ini dilengkapi Pecco, panggilan Bagnaia, dengan keberhasilan finish di posisi kedua di dua seri, dan mengakhiri balapan di peringkat ketiga di satu seri.

Belum lagi dengan keberhasilan Bagnaia mendulang poin lewat sesi sprint race. Meski sempat mencatatkan inkonsistensi raihan hasil pada awal musim, pembalap berusia 26 tahun itu mampu bangkit dengan menempati podium di lima seri secara beruntun pada pertengahan musim ini.

Bagnaia pun digadang-gadang bakal mulus mempertahankan gelar juara dunia MotoGP pada musim ini. Namun, Martin muncul sebagai pesaing utama Bagnaia. Kegagalan Bagnaia finish di dua seri dalam empat seri terakhir sukses dimanfaatkan pembalap asal Spanyol tersebut.

Tidak tanggung-tanggung, Martin selalu berhasil merebut satu posisi podium di empat seri terakhir, termasuk dua kali berada di podium tertinggi. Dua kali menyabet gelar juara di sesi balapan utama itu dilengkapi Martin dengan torehan kemenangan di sesi sprint race.

Rentetan kemenangan ini, termasuk di GP Jepang, dua pekan lalu, membuat Martin berhasil memangkas jarak poin dengan Bagnaia. Sempat tertinggal 10 poin di seri ke-10, yang digelar di Austria, pembalap berusia 25 tahun itu tinggal terpaut tiga poin dari Bagnaia. Ancaman dari Martin itu pun disadari sepenuhnya oleh Bagnaia.

Baca Juga

''Saya rasa, hal ini (persaingan perebutan gelar juara dunia MotoGP musim ini) akan sangat menarik. Akan menjadi pertarungan yang besar buat kami. Tentu saja, mulai saat ini, intensitas persaingan dan tingkat kesulitannya akan semakin meningkat,'' kata Bagnaia seperti dikutip AFP usai GP Jepang, dua pekan lalu.

Di sisi lain, Martin mencoba untuk tetap tenang dalam menatap enam seri terakhir di pentas MotoGP musim ini. Juara dunia kelas Moto3 pada 2018 itu mengaku sepenuhnya fokus untuk bisa meneruskan tren positif penampilan tim Prima Pramac dan memaksimalkan performa motor Ducati Desmosedici GP22 di atas lintasan balap.

''Saya berhasil berada di podium di empat balapan terakhir, termasuk dua kemenangan. Artinya, kami sudah berada di trek yang tepat. Saat ini, saya tidak mau menciptakan ilusi dan ekpektasi tambahan (soal peluang meraih gelar juara dunia MotoGP). Benar, saya dan Pecco cukup dekat di klasemen sementara, tapi masih ada sejumlah balapan yang harus dijalani,'' kata Martin seperti dikutip GP One, beberapa waktu lalu.

Tidak hanya Bagnaia dan Martin, peluang untuk bisa meraih juara dunia MotoGP musim ini juga masih dimiliki pembalap Mooney VR46, Marco Bezzecchi. Berada di peringkat ketiga, pembalap asal Italia itu terpaut 51 poin dari Martin. Kegagalan Bagnaia ataupun Martin finish di GP Indonesia bisa menjadi angin segar buat Bezzecchi.

Namun, Bezzecchi harus bisa lebih dulu mengatasi problem kebugarannya sebelum tampil di GP Indonesia. Maklum, Bezzecchi tengah mengalami cedera patah tulang selangka kanan saat berlatih, akhir pekan lalu. Kendati begitu, Bezzecchi diketahui tetap terbang ke Sirkuit Mandalika guna membidik kesempatan tampil.

Dalam kalender gelaran MotoGP musim ini, GP Indonesia merupakan seri ke-15 dan menjadi awal dari tiga seri secara beruntun dengan jarak waktu yang terbilang pendek, hanya satu pekan. Sepekan usai tampil di GP Indonesia, para pembalap MotoGP akan melanjutkan seri ke-16 di GP Australia.

Sepekan kemudian, para pembalap MotoGP akan kembali bersaing di GP Thailand, yang dihelat di Sirkuit Buriram. Dalam tiga pekan mendatang, MotoGP akan menggelar tiga seri sekaligus. Singkatnya jeda antarseri menjadi tantangan tambahan buat para pembalap MotoGP. Hasil di tiga seri ini pun digadang-gadang bakal mempengaruhi wajah persaingan perebutan gelar juara dunia MotoGP musim ini.

 
Berita Terpopuler