Daerah-Daerah yang akan Mengalami Turun Hujan Lebih Dahulu Menurut BMKG

Untuk Jabodetabek periode awal musim hujan diprakirakan mundur dua-tiga dasarian.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Aparatur Sipil Negara (ASN) menunggu pelaksanaan Shalat Istisqa atau Shalat meminta hujan di halaman Balai Kota Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (9/10/2023). Shalat Istisqa tersebut sebagai upaya umat muslim meminta pertolongan kepada Allah SWT agar diturunkan hujan. Sehingga musim kemarau yang melanda beberapa wilayah di Indonesia termasuk Kota Bandung usai.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ronggo Astungkoro

Baca Juga

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan, secara umum wilayah yang akan mengalami musim hujan lebih dahulu adalah yang berada di wilayah Barat. Daerah-daerah itu, di antaranya Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua.

“Secara umum wilayah yang akan mengalami musim hujan lebih dahulu adalah dari wilayah barat seperti dari Sumatra, Kemudian Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Papua,” ujar Plt Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, kepada Republika, Selasa (10/10/2023).

Dia menerangkan, wilayah Sumatra bagian tengah hingga utara, sebagian Kalimantan bagian utara dan sebagian besar Papua secara umum telah memasuki awal musim hujan. Sementara itu, ada daerah yang diprakirakan mundur satu hingga lebih dari tiga dasarian. Dasarian merupakan satuan meteorologi yang lamanya 10 hari.

“Untuk daerah yang diprakirakan mundur satu hingga lebih dari tiga dasarian di wilayah Sumatera bagian Tengah hingga Selatan, sebagian besar wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, Kalimantan bagian Tengah hingga Selatan, sebagian besar Sulawesi, Maluku Utara, dan Maluku,” kata dia.

Untuk wilayah Jabodetabek, Andri memprakirakan musim hujan di wilayah ini akan mundur 20 hingga 30 hari dari daerah yang lebih dulu memasuki musim hujan pada November mendatang. Di mana, diprakirakan wilayah Jabodetabek akan memasuki musim hujan pada periode pertengahan hingga akhir bulan depan.

“Untuk wilayah Jabodetabek periode awal musim hujan diprakirakan mundur dua hingga tiga dasarian dan diprakirakanakan memasuki awal musim hujan pada November dasarian II dan III,” ujar Andri.

Meski begitu, Andri mengatakan, untuk sebagian wilayah Bekasi dan Tangerang, musim hujan diprakirakan masih dalam kategori normal. Hal tersebut, kata dia, merupakan sebagai bagian dampak dari El Nino, yang juga berpengaruh terhadap periode awal musim hujan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kemarin mengungkapkan, pihaknya memprediksi kemarau panjang akan berakhir secara bertahap dimulai dari Oktober akhir. Secara bertahap, hujan akan mulai turun pada November dengan wilayah yang berada di khatulistiwa hingga Indonesia bagian Selatan akan relatif mengalami keterlambatan.

“Prediksi kami kemarau panjang ini akan berakhir secara berangsur, bertahap, di bulan Oktober akhir. Dan mulai transisi hujan itu November,” ujar Dwikorita usai menghadiri Rapat Koordinasi Khusus TIngkat Menteri tentang Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta, Senin (9/10/2023).

Lebih lanjut, Dwikorita menerangkan, transisi hujan pada November itu pun tidak secara serentak terjadi di seluruh Indonesia, melainkan secara bertahap. Wilayah Indonesia yang berada di garis khatulistiwa serta wilayah Indonesia bagian Selatan akan relatif lebih terlambat dengan wilayah-wilayah Indonesia pada bagian lain.

“Tidak serempak. Secara bertahap, terutama yang relatif terlambat Indonesia bagian Selatan. Sekarang (Indonesia bagian) utara sudah mulai hujan, tapi (wilayah di sekitar) khatulistiwa ke selatan belum. Diprediksi sekitar November mulai hujan. Jadi, kemarau panjang ini sebagian besar wilayah Indonesia sesuai prediksi November berakhir,” terang dia.

 

 

Publik pun bisa mengecek waktu musim hujan akan terjadi di suatu lokasi melalui Kamajaya milik BRIN. Peneliti klimatologi BRIN Erma Yulihastin membagikan tips untuk mengecek waktu musim hujan akan terjadi di suatu lokasi lewat akun media sosialnya.

“Kapan awal musim hujan di titik lokasi tempat tinggal Anda? Cek sendiri: kamajaya.brin.go.id,” tulis Erma lewat akun pribadinya di media sosial X, dikutip Selasa (10/10/2023). 

Erma pun mengunggah cara menggunakan laman tersebut. Publik dapat mengakses laman itu lewat aplikasi web browser atau penjelajah web di ponsel masing-masing. Setelah laman tersebut terbuka, terdapat pilihan ‘Tambah Lokasi’.

“Setelah terklik seperti ini, tambah lokasi langsung saja, ingin tahu musim hujan di daerah mana,” kata Erma.

Setelah memilih titik lokasi, akan terpampang data prediksi musim hujan di titik lokasi yang dipilih. Republika mencoba memilih titik lokasi di Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu, Pejaten Barat, Jakarta Selatan. Dari data yang tersedia, awal musim hujan di wilayah tersebut terjadi pada 10 hari kedua atau dasarian kedua Desember 2023. 

Pada data tersebut terlihat musim kemarau ditandai dengan area berwarna merah. Sementara awal musim hujan dimulai dari garis tebal berwarna biru. Lalu terdapat data perkiraan rain rate atau curah hujan yang terjadi pada setiap dasarian pada suatu bulan.

“Itu kira-kira. Dan disclaimer, ini bagian dari kajian, riset, dan data menggunakan input initial time itu di 30 September. Nanti akan di-update lagi,” jelas dia.

Pihak BRIN saat ini masih memprioritaskan pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di wilayah-wilayah penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sebab itu, sejauh ini BRIN belum mempunyai wacana untuk melakukan TMC di area Jabodetabek dalam waktu dekat.

“Sejauh ini belum ada wacana untuk TMC di Jabodetabek lagi,” ujar Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN, Budi Harsoyo, kepada Republika, Selasa (10/10/2023). 

Budi menerangkan, saat ini tim TMC BRIN sedang melakukan operasi di beberapa provinsi terdampak bencana karhutla di Pulau Jawa dan Sumatra. Menurut dia, untuk saat ini TMC memang tengah diprioritaskan untuk penanganan karhutla yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.

“Kami sekarang sedang operasi TMC di beberapa provinsi terdampak bencana karhutla di Sumatera dan Jawa. Betul (diprioritaskan untuk penanganan karhutla),” kata dia.

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD kemarin mengatakan, jumlah titik panas dan karhutla pada tahun ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Tetapi, karhutla tahun ini masih lebih kecil daripada 2019 lalu yang juga terjadi ketika El Nino berlangsung. 

"Jika dibandingkan dengan El Nino pada tahun 2019 yang lalu, yang sangat luas karhutla, pada tahun 2023 ini masih lebih kecil dan lebih terkendali seperti tadi dilaporkan oleh Ibu Kepala BMKG," ujar Mahfud dalam konferensi pers di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta, Senin (9/10/2023). 

Mahfud menyatakan, hingga saat ini tidak ada kiriman asap akibat karhutla ke negara-negara tetangga. Di mana, hal itu dia sebut sebelumnya kerap terjadi pada kejadian karhutla tahun-tahun yang lalu. Meski begitu, pemerintah dan instansi terkait akan terus memantau titik-titik panas yang ada. 

"Tidak ada asap ke negara tetangga seperti yang disampaikan beberapa pihak. Atau seperti yang sering terjadi setiap tahun di masa lalu. Sekarang tidak ada lagi. Kita akan terus memonitoring hot spot yang meningkat meskipun tidak selamanya hot spot menjadi fire spot," jelas Mahfud. 

Tiga Opsi Solusi Atasi Polusi Udara Jakarta - (Infografis Republika)

 
Berita Terpopuler