Ibu Melahirkan Kerap Alami Baby Blues, Apa Bedanya dengan Depresi Pascamelahirkan? 

Depresi pascamelahirkan tergolong dalam penyakit atau gangguan kesehatan mental.

Freepik
Ibu kelelahan mengurus bayi. Terdapat perbedaan baby blues dan post partum syndrome atau depresi pasca melahirkan.
Rep: Desy Susilawati  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah melahirkan, banyak ibu mengalami baby blues. Tidak sedikit pula yang mengalami postpartum depression (PDD) atau depresi pascamelahirkan. 

Baca Juga

Apa sebenarnya perbedaan keduanya?

Dokter spesialis kedokteran jiwa dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), dr Zulvia Oktanida Syarif, SpKJ, menjelaskan perbedaan pertama dari keduanya adalah normality-nya. Baby blues syndrome normal, suatu fenomena dari kumpulan gejala yang dialami oleh ibu yang baru saja melahirkan dan sifatnya alamiah, natural, normal, bukan gangguan. Sedangkan, PDD adalah suatu gangguan atau suatu penyakit yang tergolong dalam penyakit atau gangguan kesehatan mental.

"Jadi, secara normalty-nya sudah berbeda, yang satu normal yang satu penyakit," ujarnya dalam exclusive media interview, Senin (2/101/2023).

Oleh karena itu, pendekatannya juga akan berbeda. Menurut dia, ketika kita mengalami baby blues syndrome, pendekatan-pendekatan yang sifatnya dukungan sosial, psiko sosial itu mungkin cukup untuk ibu yang sedang mengalami baby blues syndrome

Akan tetapi ibu yang mengalami PDD, tidak cukup dengan dukungan-dukungan psikososial saja, tapi butuh terapi untuk pengobatan. Sama halnya ketika kita menghadapi penyakit lain, kita butuh pengobatan.

Terapinya seperti apa?

 

 

Terapinya seperti apa? Menurutnya, bisa dengan bantuan konseling dengan psikolog atau tindakan yang lebih lanjut dengan mengunjungi psikiater. Tidak hanya psiko terapi dan konseling, tapi juga butuh obat-obatan bila diperlukan. 

Perbedaan kedua adalah durasi waktunya. Baby blues syndrome itu terjadi kurang lebih dua sampai tiga hari pascamelahirkan, maksimal sampai dua pekan. Sedangkan PDD terjadi lebih dari dua pekan, bisa bulanan, bahkan tahunan.

"Jadi, kalau ibu yang punya bayi berusia sembilan bulan atau satu tahun, dia menjalani gejala ada baby blues, itu sudah bukan baby blues lagi, tapi itu PDD dari kriteria waktunya, durasinya," katanya.

Kemudian perbedaan yang lain adalah beratnya gejala atau intensitas gejala. Pada baby blues syndrome, gejala yang muncul ringan sampai sedang. 

"Ada rasa murung, sedih, merasa tidak bisa attach atau tidak bisa bonding dengan bayinya, merasa tidak layak menjadi ibu, merasa gagal dan sebagainya, tapi sifatnya ringan sampai sedang dan sementara artinya hanya beberapa hari hilang," ujarnya.

Sedangkan PDD, gejalanya intens atau berat. Rasa murungnya, sedihnya, rasa bersalah, tidak bonding dengan anaknya, merasa gagal, itu semua sangat intens. Sehingga pada kondisi yang berat bisa muncul keinginan bunuh diri atau pikiran untuk mengakhiri hidup anaknya juga karena berfikir anaknya lebih baik tinggal di surga daripada di dunia sama saya.

 

"Jadi itulah yang terjadi pada kasus-kasus yang pernah kita dengar beberapa kasus seorang ibu, mungkin orang akan berpikir kok tega seorang ibu seperti itu sama anaknya dan diri sendiri. Bukan tega, tapi dia sedang sakit, yang sakit pikirannya, mentalnya. Itulah sama muncul pikiran mengakhiri hidupnya, juga mengakhiri hidup anaknya," katanya. 

 
Berita Terpopuler