Pedagang Pasar Aur Kuning Juga Alami Kemerosotan Efek TikTok Shop

Banyak toko eceran di Pasar Aur Kuning gulung tikar.

Rep: Febrian Fachri Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,BUKITTINGGI-- Pedagang di pasar grosir Aur Kuning di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, mengeluhkan sepinya pembeli dalam beberapa bulan terakhir. 

Baca Juga

Salah satu pedagang grosir sepatu di Pasar Aur Kuning, Marsel, mengatakan di biasanya setiap hari pekan di Pasar Aur Kuning, yakni Rabu dan Sabtu, penjualan di tokonya cukup bagus karena ada banyak pembeli datang dari luar kota. Tapi akhir-akhir ini, Marsel merasa penjualan di tokonya menurun drastis. 

"Terasa sekali sepinya sekarang Pasar Aur Kuning. Pembeli yang datang pun itu lebih banyak utang dulu karena eceran sedang sulit," kata Marsel, kepada Republika, Rabu (27/9/2023). 

Marsel menjelaskan tokonya menyediakan grosir sepatu dan sandal.  Ia sama sekali tidak menjual barang eceran. Sehingga tidak semua pembeli yang datang ke toko miliknya membayar langsung dengan uang cash.  

Menurut Marsel, penurunan daya beli di Pasar Aur Kuning juga karena dampak dari maraknya toko online termasuk TikTok Shop. 

"Saya yakin ini karena TikTok Shop. Lalu toko-toko online lainnya. Lama-lama begini bisa mati usaha kami," ujar Marsel. 

 Ia membeberkan omzet tokonya akhir-akhir ini hanya di kisaran belasan juta rupiah. Dulu sebelum marak toko online, Marsel mampu mendulang omzet ratusan juta rupiah dalam sehari.

Marsel mengaku pernah memantau sendiri aktivitas pedagang di TikTok Shop. Ia melihat ada banyak artis dan seleb TikTok yang ikutan berjualan. Barang-barang yang dijual di TikTok Shop itu menurut dia kebanyakan barang-barang import yang dijual dengan harga murah. 

Sedangkan di toko milik Marsel, dia hanya menjual sepatu dan sandal produksi lokal.  

Marsel berharap pemerintah membuat regulasi membatasi TikTok Shop dan juga menyetop barang-barang impor ilegal. Bila tidak, pedagang seperti dirinya menurut Marsel hanya akan menunggu waktu untuk gulung tikar. 

Keluhan yang sama juga diutarakan Razig. Raziq adalah pemilik toko grosir pakaian pria. Ia merasa penjualan di tokonya juga mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir. 

"Sama saja semuanya. Hampir semua toko di Pasar Aur Kuning ini merasakan pasaran sepi," kata Raziq. 

Raziq menyebut sebelumnya ia mampu mencapai omzet Rp 40 juta sampai Rp 60 juta per hari. Tapi kini, untuk mencapai Rp 10 juta saja sangat sulit. 

"Untuk toko grosir, omzet 10 juta itu sangat sedikit," ujar Raziq. 

Raziq hanya membaca berita kalau ada banyak pasar-pasar tradisional dan pasar grosir di daerah lain juga lesu akibat maraknya toko online seperti TikTok Shop. 

Ia hanya berdoa agar pemerintah memberikan solusi supaya pedagang di pasar masih dapat bertahan. 

Pasar Aur Kuning adalah pasar grosir terbesar di Provinsi Sumatra Barat saat ini. Pembeli yang datang ke pasar ini tidak hanya dari Sumbar. Tapi juga pembeli dari Provinsi Riau, Jambi, Bengkulu, hingga Sumatra Utara.

 

Banyak Toko Eceran Gulung Tikar

Efek maraknya toko online telah berdampak pada berkurangnya toko eceran di Pasar Aur Kuning. Hasbi, salah satu pedagang eceran pakaian pria di Pasar Aur Kuning, mengaku sudah gulung tikar sejak 6 bulan lalu. Hasbi kini terpaksa bekerja di toko grosir milik saudaranya untuk mendapatkan pemasukan. 

"Sejak pandemi, lalu menjamurnya toko online, penjualan sangat sepi. Jadi tidak sanggup lagi untuk kontrak toko. Saya memilih tutup saja lagi," ujar Hasbi. 

Hasbi menyebut ketika masih berjualan eceran, pernah dalam tiga hari berturut-turut tokonya tidak punya penglaris alias tidak ada pembeli sama sekali. Bagaimana tidak, orang-orang yang lewat di depan tokonya sangat jarang. 

"Susah lah bersaing dengan toko online. Mereka jual barang bagus, ber merk, pembeli tinggal menunggu kiriman saja di rumah. Sementara kami hanya produk lokal kelas menengah ke bawah," ujar Hasbi. 

Ade, salah seorang mantan pedagang eceran di Pasar Aur Kuning juga sudah menutup kedai ecerannya 4 bulan lalu. Ade menyebut karena perputaran jual beli di tokonya sepi, ia jadi kesulitan menghadirkan barang-barang baru. Sehingga pembeli semakin sepi. 

"Saya juga jual pakaian orang dewasa. Setiap hari ke toko lebih banyak melongo saja dari pada melayani pembeli," kata Ade.

 
Berita Terpopuler