Mengenaskan, Begini Nasib Bukit Teletubbies Bromo Kini

Luas wilayah yang terbakar diperkirakan sebanyak 500 hektare.

Republika/ Wilda Fizriyani
Kondisi terkini area bekas kebakaran di kawasan Gunung Bromo, Rabu (13/9/2023).
Rep: Desy Susilawati Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur mengalami kebakaran pada awal September lalu. Kebakaran ini diperparah dengan adanya aksi tidak bertanggung jawab dari pengunjung di wilayah tersebut Rabu (6/9/2023). Aksi ini sempat viral di media sosial dan media nasional.

Baca Juga

Menurut kanal YouTube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kawasan wisata yang disebut Bukit Teletubbies itu hingga Kamis (13/9/2023), pukul 16.00 WIB, masih menjalani misi pemadaman dengan operasi darat dengan menyisir savana. Bahkan pemadaman juga dilakukan dengan sarana water bombing

Upaya pemadaman semakin dipersulit karena api yang semakin diperluas dengan adanya fenomena mirip angin puting beliung. Luas wilayah yang terbakar diperkirakan sebanyak 500 hektare. Sebanyak 293 personel dikerahkan untuk melakukan pemadaman di kawasan wisata Gunung Bromo tersebut.

Dalam kanal YouTube tersebut, Kepala Pelaksana BNPB Jawa Timur, Gatot Soebroto mengungkapkan kronologis kejadian kebakaran hutan di wilayah Bromo, disebabkan oleh kelalaian sebuah event organizer (EO) foto prewedding saat melakukan sesi pemotretan orang yang akan melakukan pernikahan. Dampak dari pre wedding tersebut menyebabkan kebakaran di wilayah Bromo. 

Hingga Rabu (13/9/2023), water bombing sudah dilakukan 41 kali dengan dua helikopter. "Dengan bantuan tersebut, alhamdulillah kondisi Bromo hingga hari ini padam," ujarnya dalam kanal YouTube BNPB Tv.

Kondisi Bromo secara umum padam. Titik api sudah dilakukan pemadaman dengan water bombing. Saat ini pasukan darat sedang lakukan pemadaman. Namun Bromo luas dan angin sangat kencang. "Anginnya diatas 40 knot, akan sangat membahayakan, jadi pemadam dimaksimalkan melalui jalur darat."

Baca lanjutannya pada halaman berikutnya...

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus berupaya memulihkan ekosistem tumbuh dan satwa yang rusak akibat insiden kebakaran hutan dan lahan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Provinsi Jawa Timur.  

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Satyawan Pudyatmoko mengatakan kegiatan pemulihan ekosistem dapat dilakukan melalui mekanisme alam, rehabilitasi, atau restorasi.    

"Bentuk pemulihan ditentukan dengan hasil kajian terhadap beberapa komponen, di antaranya kondisi awal hutan, status keanekaragaman hayati, struktur vegetasi, kondisi klimatologi, ketersediaan pohon induk, wilayah jelajah satwa liar serta potensi gangguan terhadap hutan," ujarnya.

Satyawan mengungkapkan areal yang terbakar di kawasan TNBTS didominasi oleh ekosistem savana dengan berbagai jenis rerumputan dan terdapat pohon yang tersebar tidak merata.

KLHK melakukan pemulihan melalui mekanisme alam dengan meningkatkan kegiatan patroli pengamanan kawasan serta pemantauan titik api.

Adapun untuk wilayah-wilayah tertentu dengan dominasi pohon dilakukan rehabilitasi berupa penanaman pohon dengan jenis asli TNBTS, yaitu cemara, kesek, dan putihan. "Rancangan kegiatan pemulihan ekosistem segera dimulai, sehingga pelaksanaan kegiatan pemulihan ekosistem di lapangan bisa segera dilakukan," kata Satyawan.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan suatu ekosistem tergantung pada bentuk ekosistem awal.

Semakin tinggi indeks keanekaragaman hayati, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan ekosistem karena ekosistem dengan indeks keanekaragaman hayati yang tinggi memiliki jumlah jenis hayati yang tinggi dengan sistem interaksi antar jenis dan antara jenis dengan lingkungan non hayatinya yang lebih kompleks.

Apabila membandingkan ekosistem savana dengan ekosistem hutan dengan tegakan yang rapat, jelas Satyawan, maka kemungkinan ekosistem savana membutuhkan waktu yang relatif lebih cepat dalam pemulihan dibandingkan dengan ekosistem hutan.

"Kegiatan pemulihan ekosistem dengan cara mekanisme alam dan rehabilitasi dapat mempercepat pemulihan ekosistem di areal yang terbakar di wilayah TNBTS," papar Satyawan.

Baca lanjutannya pada halaman berikutnya...

 

 

Pada 6 September 2023, kebakaran hutan dan lahan terjadi di Blok Savana Lembah Watangan atau Bukit Teletubbies di wilayah TNBTS akibat percikan api suar saat sesi foto pra-nikah.

Meski sudah memasuki hari kesembilan, namun api masih menyala membakar hutan dan lahan TNBTS karena cuaca panas dan angin kencang.

Direktur Pengelolaan Kawasan Konservasi Jefry Susyafrianto mengatakan tim lapangan masih berusaha menurunkan jumlah dan besaran api. Bahkan, beberapa tahapan pendinginan juga memerlukan waktu.

"Seperti kemarin setelah padam dan dalam proses pendinginan, kemudian angin bertiup kencang dan bara yang masih ada dari semak-semak menyala kembali menjadi api," kata Jefry.

 

 

 
Berita Terpopuler