Kala Elite PDIP Prediksi Pilpres 2024 Mungkin Hanya Diikuti Dua Pasangan Capres-Cawapres

Satu bulan ke depan dinilai akan menentukan berapa banyak poros koalisi di pilpres.

ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Ribuan simpatisan Partai PDI Perjuangan menghadiri konsolidasi pemenangan partai PDIP dan Ganjar di Stadion Jati Diri, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/8/2023). Konsolidasi bertema Nyalakan Api Semangat Satu Barisan Satu Komando yang dihadiri sejumlah partai pengusung, ribuan kader dan simpatisan Partai PDI Perjuangan se-Jawa Tengah tersebut untuk mendukung serta mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wahyu Suryana

Baca Juga

Dinamika politik jelang Pilpres 2024 memang masih sulit diprediksi. Ketua DPP PDIP, Eriko Sotarduga mengingatkan, satu bulan lalu dalam ruang berbagai diskusi terkait pilpres, masih dibicarakan kemungkinan empat poros capres.

"Tapi, kemungkinan terbesar menjadi tiga, kemungkinan terkecil menjadi dua," kata Eriko dalam diskusi yang digelar Para Syndicate, Senin (28/8/2023).

Eriko berpendapat, kepastian itu baru dapat dilihat satu bulan ke depan atau jelang pendaftaran pasangan capres dan cawapres ke KPU. Eriko pun mengaku tidak menutup kemungkinan pada akhirnya cuma akan ada dua poros capres-cawapres di Pilpres 2024.

"Ini prediksi, kemungkinan ini akan menjadi tiga dan bisa menjadi dua, kita lihat satu bulan ke depan seperti apa, bisa saja," ujar Eriko.

Eriko turut mengomentari elektabilitas capres dari PDIP, Ganjar Pranowo, yang belakangan merangkak naik. Ia menekankan, itu menjadi sesuatu yang memang seharusnya terjadi karena Ganjar memang kader terbaik dari PDIP.

Ia merasa, orisinalitas atau jati diri sangat penting untuk sosok-sosok yang ingin maju dalam kontestasi seperti Pilpres 2024. Hal itu pula yang membuat PDIP tidak kaget melihat elektabilitas Ganjar mengalami rebound.

Sebab, ia mengingatkan, Ganjar datang dari latar belakang keluarga kebanyakan, dari bawah dan memiliki rekam jejak yang cukup lengkap. Pernah menjadi senator, mahasiswa, masyarakat, gubernur dan saatnya naik.

Ia membenarkan, elektabilitas Ganjar dan PDIP sempat mengalami penurunan karena batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Padahal, Eriko merasa, Ganjar cuma mengingatkan amanat pembukaan UUD 1945 soal kemerdekaan yang jadi hak segala bangsa.

Meski begitu, ia menekankan, PDIP sudah menyadari ada risiko yang harus ditanggung. Menurut Eriko, itu semua sudah terbukti ketika elektabilitas Ganjar Pranowo kembali naik walau masih tertinggal secara head to head.

"Tapi, tidak lebih dari margin of error, itu masih sesuatu yang wajar," kata Eriko.

Apalagi, ia menambahkan, PDIP sebenarnya belum maksimal dan masih fokus pada konsolidasi partai. Eriko merasa, nanti setelah 5 September 2023 ketika Ganjar selesai menjabat sebagai gubernur di Jateng, elektabilitasnya akan kembali mengalami kenaikan.

"Kami mempersiapkan 5 September 2023 nanti Mas Ganjar sudah selesai menjalankan tugas sebagai gubernur, jadi manusia bebas, tampil orisinil dan bisa langsung turun ke masyarakat tanpa batasan tanggung jawab," ujar Eriko.

Eriko pun berani mengajukan premis bahwa ada sepertiga pemilih yang sama sekali tidak mau mengikuti apa yang dipilih Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal itu hasil dari konsultasi DPP PDIP dengan Litbang Kompas yang belakangan merilis survei elektabilitas terbaru capres dan cawapres.

"Ada sepertiga, kurang lebih, 32-33 persen," kata Eriko.

Eriko melanjutkan, ada 2/3 pemilih yang memang sangat mengikuti apa yang dihendaki Presiden Jokowi dan ada lagi pemilih yang rasional. Dari 2/3 angkanya sekitar 18-19 persen mengikuti apapun yang diinginkan Presiden Jokowi.

"Angkanya 18-19 persen yang apa pun kata Pak Jokowi mereka mengikuti," ujar Eriko.

Kemudian, ada 49-50 persen mereka melihat apa yang disampaikan Jokowi baik, tapi mereka rasional untuk memilih. Artinya, orisinalitas, jati diri menjadi yang paling utama karena masyarakat sudah sangat cerdas.

Ia mengakui, dukungan  Presiden Jokowi memang sangat penting karena ada 18-19 persen pemilih yang mengikuti keinginannya. Tetapi, itu tidak jadi optimal kalau 50 persen lebih pemilih rasional tidak mendukung.

Apalagi, Eriko mengingatkan, 81-82 persen masyarakat memang menganggap Jokowi merupakan sosok terbaik dan telah berhasil. Artinya, peran dari Presiden Jokowi memang sangat penting dan itu tidak bisa dipungkiri.

"Tapi, masyarakat rasional, rakyat rasional," kata Eriko.

Ia menegaskan, capres-capres pilihan rakyat nantinya tidak cuma sosok yang memiliki kemampuan meneruskan program-program Presiden Jokowi. Tapi, sosok yang yang bisa pula memenuhi ekspektasi dari masyarakat.

"Juga punya visi, punya misi yang bisa memenuhi ekspektasi rakyat," ujar Eriko. 

Karikatur Opini Republika : Waspada Hoax Pemilu - (Republika/Daan Yahya)

Pengamat politik, Ray Rangkuti, pun meyakini, pemilih Jokowi sampai saat ini masih menanti kepastian sikap Jokowi. Kondisi ini yang membuat elektabilitas Prabowo stagnan dan elektabilitas Ganjar malah cenderung meningkat beberapa waktu terakhir.

"Dan 15 persen (pemilih Jokowi) yang dibayangkan kalau kita lihat survei tidak lebih dari lima persen ke Pak Prabowo. Jadi, sebenarnya mayoritas tetap menunggu siapa kira-kira yang akan ditunjuk Pak Jokowi," kata Ray, Senin (28/8/2023).

Ray turut menyoroti lemahnya kemampuan capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dalam meraup suara dari pemilih Jokowi. Bahkan, jika dilihat survei-survei yang ada angkanya tidak lebih dari lima persen.

"Artinya, 10 persen tetap wait and see dan boleh jadi pergi juga, tidak seketat yang dibayangkan terhadap 15 persen yang ditelunjuk Pak Jokowi," ujar Ray saat jadi pembicara dalam diskusi yang digelar Para Syndicate.

Menurut Ray, pemilih Jokowi ini tetap akan menanti siapa sosok yang nantinya dipilih sebagai capres. Karenanya, jika sosok itu dirasa tidak cocok mereka tetap akan menentukan pilihan sendiri, tidak mengikuti.

Ray turut memaparkan lima faktor yang membuat elektabilitas Ganjar kembali naik. Pertama, model pendekatan PDIP yang berubah, tidak lagi menunggu tapi mulai menjemput bola, tidak terkesan tidak butuh dukungan.

Kedua, mesin PDIP yang mulai bergerak dan terlihat mulai semakin ada kepercayaan untuk memasang gambar-gambar Ganjar di publik. Ketiga, sikap Presiden Jokowi yang menegaskan dirinya ada di tengah, bukan lurah.

Keempat, 15 persen pemilih yang ikut Jokowi tapi masih menanti. Artinya, Ray menekankan, pemilih Jokowi ini serta merta ikut kalau yang ditunjuk tidak melekat di diri mereka, sehingga tidak menjamin 15 persen suara.

"Sangat tergantung person siapa yang ditunjuk Jokowi," kata Ray.

Terakhir, naiknya pemilih milenial yang memberikan suara kepada Ganjar. Pergeseran terjadi karena sebelumnya hampir 30 persen milenial banyak memberi simpati ke Prabowo. Saat ini, banyak milenial kembali ke Ganjar.

Ke mana Jokowi berlabuh? - (Republika/berbagai sumber)

 
Berita Terpopuler