Duet Ganjar-Anies Disebut Bisa Jadi Solusi Konsolidasi Nasional

Selama ini keduanya dipersepsikan berada dalam posisi politik saling berseberangan.

Republika
Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, menilai wacana menduetkan Ganjar Pranowo dengan Anies Baswedan merupakan hal yang sangat menarik. Sebab, selama ini kedua tokoh nasional tersebut dipersepsikan berada dalam posisi politik saling berseberangan. 

Baca Juga

"Gagasan untuk menduetkan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan diungkapkan oleh elite politik PDIP menarik. Selama ini, kedua tokoh tersebut dipersepsikan berada dalam posisi politik saling berseberangan," kata Bawono, Senin (28/8/2023). 

Sebagaimana diketahui, Ganjar merupakan bagian dari partai politik berkuasa saat ini, yakni PDI Perjuangan. Di mana, Ganjar dianggap sebagai bakal capres penerus program pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sedangkan, Anies sebagai bakal calon presiden diusung partai yang mayoritas di luar pemerintahan, yang punya posisi politik dengan jargon politik perubahan. 

Bawono mengatakan, menduetkan kedua tokoh tersebut sebagai pasangan calon di Pilpres 2024 bisa saja dapat mencairkan kebekuan komunikasi politik yang selama ini ada di antara kubu Ganjar dan kubu Anies. Sebab, selama ini keduanya berada dalam posisi politik saling berseberangan tersebut. 

Selain itu, dia juga menilai, pengalaman Ganjar dan Anies sebagai gubernur menjadi nilai tambah yang kuat karena keduanya telah menguasai birokrasi serta saling melengkapi dari sisi basis pemilih. "Ganjar dan Anies juga memiliki pengalaman dalam memimpin daerah di Jawa Tengah dan DKI Jakarta sehingga apabila berduet bisa saling melengkapi satu sama lain," ujar dia. 

 

Sementara itu, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, juga menilai duet Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan sangat bagus dan berpeluang terjadi di Pilpres 2024. Apalagi, kata dia, Ganjar dan Anies merupakan tokoh yang saling melengkapi dari segi basis pemilih. 

"Plus duet Ganjar-Anies ini barang bagus. Keduanya saling melengkapi dari segi basis atau ideologi pemilih. Ganjar misalnya sangat kuat di Jatim, Jateng, dan wilayah lain seperti Bali. Anies kuat di Jabar, Jakarta, Banten, dan lainnya. Jumlah provinsi basis Ganjar dan Anies ini pemilihnya mayoritas," kata Adi. 

Adi juga menilai, duet Ganjar-Anies juga saling melengkapi dari sisi ideologis yaitu nasionalis-relijius. Di mana, pemilih Ganjar berasal dari kalangan nasionalis, sedangkan Anies dari kalangan muslim, terutama muslim kota. Walaupun memang ada kekurangan, di mana antagonisme pemilih keduanya sangat kuat dan mendarah daging, bagaikan minyak dan air yang sulit disatukan. 

"Tapi dalam politik, jika jagoannya sudah bersatu kecenderungan pemilihnya ikut berdamai," terang Adi. 

Adi juga menilai, duet Ganjar-Anies sangat potensial apalagi ada tambahan dari Nasdem yang menjadi promotor utama Anies maju pilpres. "Kemungkinan besar PKS juga merapat karena pemilih PKS mayoritas penggemar Anies," jelas dia. 

Di samping itu, lengamat politik dari SCL Taktika Konsultan, Iqbal Themi, turut menilai wacana duet Ganjar-Anies menjadi solusi efektif konsolidasi nasional dan mengakhiri keterbelahan politik di akar rumput untuk membicarakan kepentingan politik kebangsaan yang lebih besar. 

"Dari perspektif persatuan nasional, duet ini bisa mengakhiri keterbelahan politik yang saling berdiametral antara kelompok nasionalis dan relijius sejak Pilkada 2017, Pilpres 2019, hingga saat ini riak-riaknya masih terasa di akar rumput," kata Iqbal. 

Ganjar digoyang oleh sejumlah isu dukungan elite PDIP ke capres lain. - (Republika/berbagai sumber)

 

 

 
Berita Terpopuler