Ada Grup WA Orang Tua-Perwakilan Kampus, Psikolog UGM Ungkap Awal Mulanya

Keberadaan grup WA orang tua dan pihak kampus menuai pro-kontra di masyarakat.

Unsplash
Logo Whatsapp. Grup WhatsApp beranggotakan orang tua dan perwakilan kampus menuai pro-kontra di masyarakat.
Rep: Shelbi Asrianti, Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Koentjoro, mengungkap awal mula hadirnya grup orang tua dan pihak kampus dipicu oleh pihak universitas yang melibatkan orang tua dalam kegiatan mahasiswa. Ide awalnya untuk menginformasikan soal kegiatan mahasiswa di luar perkuliahan beserta pembiayaannya.

Sebagai akibat dari itu, banyak orang tua mahasiswa membentuk grup di layanan perpesanan, yang di dalamnya juga tergabung pihak kampus. Jika hanya membahas soal itu, menurut Koentjoro, oke-oke saja.

Orang tua pun terkadang merasa khawatir soal masa depan anak. Menurut Koentjoro, ada banyak kasus di mana mahasiswa tidak terbuka dengan orang tua. Semisal, kepada orang tua mengaku sudah akan ujian skrispi, padahal tidak pernah menghadiri perkuliahan.

Hal itu tentunya bakal membuat orang tua kecewa, terlebih yang sudah banting tulang membiayai anak. Dengan adanya grup WA, bisa mencegah kasus demikian, memberikan rasa aman dan tenang bagi orang tua sebab ada komunikasi yang terjalin.

Baca Juga

Orang tua pun bisa bertanya perihal kebijakan kampus. Akan tetapi, menjadi salah jika kehadiran grup WA dipakai jadi media terus-menerus mengawasi mahasiswa, sebab seharusnya mahasiswa didorong untuk sudah bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

"Soal perkuliahan, biar tetap jadi urusan mahasiswa. Yang penting, mahasiswa harus bisa mandiri," ucap Koentjoro.

Sementara itu, dosen Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya (UPJ), Ratna Puspita, menilai, tidak ada urgensi untuk membentuk grup WhatsApp antara orang tua dan dosen. Menurut dia, mahasiswa seharusnya mampu mengurus semua urusan perkuliahan sendiri.

"Kalo dari sisi dosen, saya merasa tidak perlu ya. Mahasiswa harus udah ngurus semuanya sendiri dan enggak perlu juga kampus memediasi mahasiswa dan orang tuanya," kata Ratna saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (23/8/2023).

Biasanya, menurut Ratna, alasan grup WhatsApp itu dibentuk agar orang tua terinformasi soal kuliah anaknya, termasuk pembayaran uang kuliah. Dikhawatirkan, anak lupa atau yang paling buruk membohongi orang tuanya. 

Alternatif

Selama menjadi dosen, Koentjoro mengaku tidak pernah tergabung dalam grup WA orang tua mahasiswa. Dia berpendapat, ada baiknya grup demikian hanya berisikan para orang tua mahasiswa, di mana mereka bisa saling curhat, berkeluh-kesah, dan jadi ajang silaturahim.

Adapun jika pihak kampus tergabung, bisa untuk memfasilitasi orang tua mahasiswa supaya bertemu dengan dosen pada waktu tertentu. Misalnya, sekali setahun atau setiap semester.

Di Fakultas Psikologi UGM, Koentjoro menginformasikan terdapat POTMAPSI, yakni Persatuan Orang Tua Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Secara berkala, orang tua mahasiswa difasilitasi berjumpa dengan dosen.

Menurut Koentjoro, walaupun di kampus tertentu ada grup WA orang tua mahasiswa dan dosen, itu juga tidak boleh menjadi tempat orang tua menekan dosen agar anak cepat lulus, atau mengintervensi soal nilai. Begitu juga ketika grup WA dibentuk orang tua yang anaknya ada di jenjang pendidikan lain, seperti TK, SD, SMP, atau SMA.

"Jangan sampai orang tua memengaruhi keputusan guru," ungkapnya.

Alih-alih membuat grup WhatApp, menurut Ratna, universitas lebih baik memberikan akses portal mahasiswa ke orang tua/wali mahasiswa. 

"Beberapa kampus sudah melakukan ini. Jadi orang tua bisa pantau dari situ untuk tahu IPK anaknya, anaknya kuliah atau enggak, dan lain-lain," jelas Ratna.

Di sisi lain, lanjut Ratna, orang tua juga perlu memperkuat bonding dengan anaknya yang sudah mahasiswa. Orang tua harus mengetahui kendala selama perkuliahan anaknya, atau hal lain yang sekiranya membantu anak menjadi orang dewasa.

Keberadaan grup WA orang tua-perwakilan kampus di beberapa universitas menuai pro-kontra di masyarakat. Sebagian menganggap, grup semacam itu tidak perlu ada mengingat anak sudah mahasiswa, tidak perlu diawasi sejauh itu.

 
Berita Terpopuler