Bunuh Tujuh Bayi, Begini Nasib Perawat Lucy Letby Sekarang

Lucy Letby dijuluki pembunuh berantai paling keji di Inggris yang menyasar bayi.

AP
Lucy Letby, pembunuh berantai paling keji yang menyasar bayi-bayi di Inggris.
Rep: Meiliza Laveda Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus pembunuhan bayi yang dilakukan oleh perawat telah menyita perhatian warga Inggris. Pelaku kekerasan terhadap anak yang bertingkah layaknya Tuhan itu dinyatakan bersalah setelah membunuh tujuh bayi di rumah sakit.

Tindakannya membuat Letby ditetapkan sebagai pembunuh berantai paling produktif di Inggris yang menyasar bayi. Perawat berusia 33 tahun itu dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada Senin (21/8/2023).

"Tindakan Anda benar-benar bertentangan dengan naluri manusia normal dalam mengasuh dan merawat bayi dan melanggar kepercayaan yang diberikan semua warga negara pada mereka yang bekerja sebagai profesional medis dan perawatan," kata hakim, dikutip dari The Sun, Rabu (23/8/2023).

"Bayi yang Anda lukai lahir prematur dan ada pula yang berisiko tidak dapat bertahan hidup, namun dalam setiap kasus, Anda dengan sengaja menyakiti mereka, berniat untuk membunuh mereka."

Baca Juga

"Anda dengan kejam dan tanpa perasaan membuat pernyataan yang tidak pantas kepada beberapa orang tua yang berduka."

Letby akan menghuni penjara dengan tingkat pengamanan ketat HMP Low Newton di County Durham. Di penjara tersebut, dia akan bergabung dengan pembunuh berantai lainnya, Rose West.

Sebelumnya, pada Jumat (18/8/2023), Letby yang menolak hadir dalam pembacaan vonis akhir telah dihukum karena mencoba membunuh enam bayi lainnya di unit perawatan intensif neonatal Countess of Chester Hospital selama setahun antara Juni 2015 hingga Juni 2016. Selama periode tersebut, ketika Letby bekerja di rumah sakit, konsultan di rumah sakit melihat adanya peningkatan signifikan dalam jumlah bayi yang meninggal secara tak terduga.

Dalam persidangan, terungkap bagaimana Letby digambarkan sebagai pembunuh berdarah dingin. Letby membunuh bayi dengan menyuntikkan insulin atau susu ke dalam tubuh mungil korban yang menyebabkan mereka tiba-tiba kolaps.

Konsultan di rumah sakit menuding Letby menjadi penyebab kematian itu. Serangan terhadap para bayi dilakukan dengan berbagai cara.

Tinjauan polisi menunjukkan bahwa dua kematian bayi diduga disebabkan oleh insulin. Laporan itu mengatakan gula darah bayi turun sampai ke tingkat yang berbahaya, namun staf medis lainnya dapat menyelamatkan mereka.

Sementara itu, bayi lainnya diduga diberi terlalu banyak susu. Bayi malang lainnya dialirkan udara ke selang makanan mereka, sesuatu yang memiliki "efek bencana" pada bayi baru lahir.

Letby juga dituduh menyerang secara fisik satu bayi hingga menyebabkan luka pada organ hati yang mirip dengan tabrakan lalu lintas. Letby melakukan empat kali percobaan untuk membunuh satu bayi perempuan, menyerang tiga pasang bayi kembar, dua kali membunuh satu bayi kembar, dan membunuh dua bayi kembar lainnya tiga dalam waktu 24 jam.

Letby membantah 22 dakwaan yang terdiri tujuh dakwaan pembunuhan dan 15 dakwaan percobaan pembunuhan. Meski begitu, dia tetap dihukum atas 13 dakwaan setelah dewan juri berunding selama lebih dari 99 jam.

Letby dinyatakan tidak bersalah atas dua dakwaan percobaan pembunuhan, sementara dewan juri belum memutuskan atas dakwaan percobaan pembunuhan lebih lanjut yang berkaitan dengan empat bayi.

Letby dituduh mencari sensasi bertindak laksana Tuhan dengan membunuh bayi. Dia membunuh satu bayi karena ingin mendapatkan perhatian dari dokter yang dia sukai.

Jaksa menggambarkan Letby sebagai oportunis yang menargetkan anak-anak yang sakit saat dia sendirian dan menggunakan kerentanan mereka untuk menyamarkan serangannya. Dalam dua kesempatan, dia tertangkap basah.

Pertama oleh seorang ibu dari bayi laki-laki yang dia coba bunuh. Kedua oleh dokter ketika dia mencoba membunuh bayi perempuan.

Namun, Letby bisa lolos dari kejahatannya karena rekan-rekannya tidak bisa membayangkan ada pembunuh di unit itu. Dia akhirnya diberhentikan dari tugas garis depan pada Juli 2016 ketika dokter mengungkapkan kekhawatiran tentang keterlibatannya dalam kematian bayi.

Letby pertama kali ditangkap dua tahun kemudian, yakni pada 2018. Catatan pengakuan yang ditemukan oleh polisi di rumahnya berbunyi "Saya tidak pantas untuk hidup. Saya sengaja membunuh mereka karena saya tidak cukup baik untuk merawat mereka."

Selain itu, ada juga catatan lain yang bertuliskan "Saya orang jahat yang mengerikan" dan "AKU JAHAT, AKU MELAKUKAN INI."

Dalam kesaksian yang memilukan, beberapa orang tua menggambarkan kondisi mereka saat mereka melihat bayinya pingsan. Seorang ibu tanpa sadar mengganggu Letby saat dia sedang dalam proses membunuh salah satu putra kembarnya yang baru lahir dengan menyuntiknya pada 4 Agustus 2015.

Wanita itu mengingat jeritan yang menghebohkan dan melihat darah di sekitar mulut bayinya. Dia merasa takut karena dia tahu ada sesuatu yang sangat salah.

Dengan liciknya, Letby memberi tahu ibu yang panik bahwa pendarahan itu disebabkan oleh selang makanan yang menggesek tenggorokan bayinya. Namun, Anak E menderita kehilangan darah yang signifikan. Ketika sang ibu kembali ke unit neonatal, dia menemukan petugas medis berusaha mati-matian untuk menyadarkan putranya, tetapi tidak berhasil.

Ketika ditanya motifnya, Letby mengeklaim itu untuk menutupi kegagalan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Sementara itu, pengacaranya berpendapat bahwa bayi telah menerima perawatan kurang optimal.

Dilansir Fox News, Sabtu (19/8/2023), dalam sebuah pernyataan, Pascale Jones, dari UK Crown Prosecution Service mengatakan Lucy Letby berusaha menipu rekan-rekannya dan menganggap kerusakan yang dia timbulkan tidak lebih dari memperburuk kerentanan setiap bayi yang ada.

"Di tangannya, zat yang tidak berbahaya seperti susu atau obat-obatan seperti insulin akan menjadi mematikan. Dia memutarbalikkan pembelajarannya dan mempersenjatai keahliannya untuk menimbulkan bahaya, kesedihan, dan kematian," ucap Jones.

Pemerintah Inggris telah memerintahkan penyelidikan independen atas kasus tersebut. "Saya ingin mengirimkan simpati terdalam saya kepada semua orang tua dan keluarga yang terdampak kasus mengerikan ini. Penyelidikan ini berusaha untuk memastikan orang tua dan keluarga yang terdampak mendapatkan jawaban yang mereka butuhkan," kata Menteri Kesehatan Inggris Steve Barclay.

 
Berita Terpopuler