Paus Fransiskus: Gereja Juga Terbuka untuk LGBT tapi Ada Aturannya

Ada aturan yang meregulasi kehidupan di dalam gereja,

AP/Andrew Medichini
Paus Fransiskus
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Paus Fransiskus menyatakan gereja Katolik terbuka bagi siapa saja termasuk komunitas LGBT. Gereja memiliki tugas mendampingi mereka dalam menuntun jalan spiritualitas personalnya, tetapi tentu saja sesuai dengan kerangka aturan gereja. 

Baca Juga

Fransiskus berbicara kepada reporter di pesawat kepausan yang membawanya dari Portugal seusai menghadiri acara World Youth Day Catholic menuju Roma, Italia. Ia menyatakan kondisinya sehat setelah menjalani operasi perut pada Juni lalu. 

Paus berusia 86 tahun ini terlihat dalam kondisi yang baik di tengah memberikan jawaban serangkaian pertanyaan selama 1,5 jam. Ia berada di kursi rodanya dan meladeni tanya jawab di bagian belakang pesawat kepausan. 

Salah seorang reporter mengingatkan Fransiskus selama perjalanannya bahwa gereja terbuka buat setiap orang dan bertanya apakah ini sesuai kenyataan karena ada beberapa pihak, seperti perempuan dan gay, tak memiliki hak yang sama serta tak dapat menerima sakramen. 

Ini mengacu pada ketentuan bahwa perempuan tak diperbolehkan menjadi pendeta melalui sakramen perintah suci dan pasangan sesama jenis tak diperbolehkan melakukan kontrak pernikahan, yang juga sakramen. 

‘’Gereja terbuka bagi siapa saja tetapi ada aturan yang meregulasi kehidupan di dalam gereja,’’ kata Fransiskus. Menurut aturan, mereka tak bisa ikut serta dalam sakramen. Ini bukan berarti tertutup. Setiap orang di dalam gereja beribadah kepada Tuhan dengan caranya sendiri.

Pendeta harus mendampingi semua orang ...

 

Pendeta di gereja harus mendampingi semua orang termasuk yang tak berkesesuain dengan aturan, tetap mengedepankan kesabaran dan kasih seorang ibu. Gereja mengajarkan, perempuan tak bisa menjadi pendeta sebab Yesus hanya memilih laki-laki sebagai rasulnya. 

Fransiskus menambahkan, gereja tak mengizinkan pernikahan sesama jenis atau bahkan memberkati pasangan sesama jenis tetapi ia mendukung legislasi sipil yang memberikan hak kepada pasangan sesama jenis di area, seperti pensiun, asuransi kesehatan, dan waris. 

Sejak memulai tugas kepausannya, Fransiskus mencoba membuat gereja lebih terbuka dan tak begitu tajam mengecam, termasuk kepada komunitas LGBT. Meski demikian, ia tak mengubah ajaran gereja agar segera menyucikan mereka yang memiliki ketertarikan sesama jenis. 

Selama perjalanan menuju Portugal, ia menyatakan kepada jemaat bahwa gereja memiliki ruang untuk siapa saja. ‘’Termasuk mereka yang melakukan kesalahan, yang tergelincir, dan berjuang.’’ Ia memimpin jemaat dengan menyeru, todos, todos, todos (siapa saja).’’

Fransiskus mendorong serangkaian reformasi sejak menjadi paus sepuluh tahun lalu, termasuk memberikan peran lebih besar kepada perempuan. Terutama pada posisi tingkat tinggi di Vatikan. Ia mesti mendekati mereka yang liberal juga konservatif.

 

 

 
Berita Terpopuler