Jatuh Bangun Haji Rhoma Irama Mendendangkan Kearifan Islam Menyejukkan Bangsa

Meski dihadapkan dengan tantangan, Rhoma Irama tak menghentikan perjuangan dakwahnya.

Muhammad Noor Alfian
Rhoma Irama dan Soneta jadi band pembuka di konser Deep Purple di Solo, Jumat (10/3/2023).
Rep: Umar Mukhtar Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dakwah melalui jalur kultur. Ini merupakan tradisi yang sudah ratusan tahun dilakukan ulama dalam menyebarluaskan narasi Islam. Kini Rhoma Irama adalah musisi yang meneruskan kebaikan tersebut, tapi tidak mudah. Dirinya menghadapi cobaan dan 'serangan' dalam melakukan itu. 

Baca Juga

Dakwah melalui jalur kultur saja mendapatkan tantangan, apalagi melalui jalur hukum yang penuh dengan adu argumen dan berhadap-hadapan dengan kekuasaan. Namun, ini tidak memundurkan semangat sang penyanyi tersebut untuk berdakwah.

Musisi legendaris Rhoma Irama menceritakan banyak kisah tantangan dakwah di jalur musik yang dihadapinya. Kisah ini dia sampaikan saat hadir dalam acara Kongres Budaya Umat Islam Indonesia sebagai rangkaian Milad ke-48 Majelis Ulama Indonesia pada Rabu 26 Juli 2023.

Bahkan saat bercerita, Rhoma yang berpenampilan serbaputih itu sempat terdengar isakannya. Sejenak dihentikannya cerita, lalu dilanjutkan. Pengalaman tak terlupakan adalah ketika ia mengucapkan Assalamualaikum di pentas musik di Ancol, Jakarta, sebelum mendendangkan lagu.

Ucapan salam masih tabu kala itu. Rhoma pun dilempar sandal dan lumpur dari arah penonton. Teriakan bernada cemooh terdengar jelas, "Hoy bukan masjid", Hoy bukan majelis taklim". Rhoma sadar, dakwah lewat musik ini memang sulit dan banyak yang mengusik, sampai harus lebih dulu menelan pil pahit.

Namun, dia tak gentar. Rhoma melangkah lagi dengan mendeklarasikan Soneta Group sebagai The Voice of Moslem pada 13 Oktober 1973. Lahirlah kemudian lagu "Laa Ilaaha Illallah", sebuah lagu yang dimulai dengan pembacaan Surat Al Ikhlas. Lirik dimulai dengan "Katakan Tuhan itu satu, Tuhan tempat menyembah..."

 

Setelah lagu itu tersebar luas, media massa seperti koran dan majalah ramai-ramai memberitakannya. Rhoma dianggap mendendangkan Alquran. Ada pula yang menyebut Rhoma menjual ayat Alquran. Lagu ini memicu kontroversi sampai Rhoma dipanggil Majelis Ulama Indonesia, yang saat itu diketuai KH Syukri Ghozali.

"Berkumpullah para ulama, berkumpullah wartawan-wartawan. 'Coba perdengarkan itu lagu yang Anda mendendangkan Alquran, yang menjual agama', dan sebagainya," kata Rhoma meniru perkataan Kiai Syukri.

Diputarnya lagu "Laa Ilaaha Illallah" dengan intro pembacaan Surat Al Ikhlas. Tanpa musik. Hanya ada efek angin. Barulah masuk pada alunan musik gitar "pam pam bam bam bareram", kemudian lirik "Katakan Tuhan itu satu, Tuhan tempat menyembah dan tempat meminta".

Mendengar lagu tersebut, Kiai Syukri merespons dengan berkata, "Bang haji, kalau seperti ini, silakan bikin yang banyak." Rhoma merasa mendapat dukungan dari MUI untuk berdakwah di jalur musik. "Itulah pertama kali saya mendapat dukungan dari MUI untuk dakwah melalui lagu," kata Rhoma.

Sejak itu, Rhoma terus membuat lagu-lagu yang bersumber dari Alquran dan Hadits untuk berdakwah. Suatu ketika, pada tahun 1990-an, dia pernah ke Amerika Serikat karena mendapat undangan dari University of Pittsburgh, Pennsylvania. Keberangkatannya dalam rangka menghadiri agenda International Conference on Islam and Popular Culture in Indonesia and Malaysia.

"Saat itu Amerika membuat itu, kita baru sekarang nih. Artinya, mereka menyadari bahwa ternyata, dakwah dalam musik itu efektif," ujar Rhoma.

Apresiasi terhadap Rhoma Irama datang dari banyak orang. Ini karena lagu-lagunya yang berisi begitu banyak pesan kebaikan dalam Islam. Bahkan suatu kali, di sela-sela syuting film 'Menggapai Matahari', Rhoma pernah ditemui oleh seseorang yang ternyata adalah dosen bahasa Inggris di Universitas Airlangga.

"Ada seorang parlente mencari seseorang, begitu lihat saya, dia menuju ke saya, 'Are you Rhoma Irama?', 'Yes i am'. Saya berdiri, langsung dipeluk sama dia. 'You are my teacher'. Kaget banget saya dibilang 'You are my teacher'," cerita Rhoma.

Ditanyakannya kepada dosen tersebut, mengapa menyebut Rhoma sebagai gurunya. Si dosen menjawab, "Mister Rhoma, saya ini guru bahasa Inggris di Universitas Airlangga Surabaya. Perjalanan hidup saya selama ini banyak terinspirasi dari lagu lagu Anda, dan banyak problematika kehidupan saya solusinya ada dalam lagu-lagu Anda."

Pada tahun 1980-an, seorang sosiolog dari Ohio University AS menemui Rhoma tiga kali berturut-turut untuk menulis sebuah tulisan berjudul "Rhoma Irama and The Dangdut Style".

Sosiolog ini membandingkan Rhoma Irama dan Mick Jagger. Menurut dia, perbedaan keduanya ialah Mick Jagger punya penggemar, tapi Rhoma Irama punya pengikut. Mick Jagger digemari karena musik, lagu dan performance. Sedangkan Rhoma tidak hanya digemari tapi diteladani, dan lirik lagunya diikuti. "Ternyata the power of music can change," tutur Rhoma.

 

Pernah pula dia ditanyai oleh rektor Universitas Tokyo Jepang soal mengapa memuat berbagai hal religi, sosial dan politik ke dalam lagu. Secara spontan Rhoma menjawab, "Because music is not just for fun. It has responsibility to Allah and human beings."

Kata-kata itu kemudian ditempel di markas Soneta Group dan menjadi tagline. Rhoma mengatakan, musik bisa membuat manusia menjadi baik dan bisa mmebuat manusia menjadi tidak baik. "Pengaruh musik ini luar biasa maka tentu ada pertanggungjawaban kepada Allah dan manusia," kata dia.

Anak-anak Rhoma pernah meminta dirinya untuk mengajarkan cara dakwah di jalur musik. Bagi Rhoma, apa yang dijalankannya ini adalah sesuatu yang non akademik. "Dakwah dalam musik bukan memasukkan lirik-lirik agama ke dalam musik. Dakwah dalam musik adalah kita menyampaikan qoola ta'ala dan qoolannabi dalam musik," terang Rhoma.

Karena itu, Rhoma menekankan, harus terjadi harmoni antara pribadi sang musisi dengan lagu. Jika tidak ada harmoni, maka yang terjadi justru menjadi antidakwah dan absurd.

Dalam konteks demikian, syarat pertama untuk berdakwah di jalur musik adalah jangan menyampaikan apa yang tidak dilakukan. Rhoma kemudian membaca ayat 2-3 Surat Ash Shaff, yang artinya "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

"Besar murka Allah kalau kamu cuma ngomong doang tetapi tidak kamu laksanakan. Membuat lirik dakwah itu mudah, tapi sebelum kamu dendangkan, kamu sampaikan, kamu dulu harus melakukannya. Kalau tidak, besar murka Allah," tutur Rhoma.

Hal terpenting kedua untuk bisa dakwah di jalur musik ialah sesuatu yang tidak bisa diajarkan, yaitu memasukkan unsur dakwah kepada musik atau seni. "Ini sesuatu yang instingtif, naluriah, inayah. Tidak ada formatnya, tidak ada rumus bagaimana membuat harmoni lagu dakwah dengan notasi musik," katanya.

Setelah menyampaikan itu, Rhoma mengucapkan istighfar dan terdengar isakannya. Kemudian ia melanjutkan kisah dakwah di dunia perfilman. Hal pertama yang ia syiarkan di dunia perfilman adalah mengucapkan Assalamu'alaikum saat mengangkat telpon.

"Dulu orang telpon itu halo halo, tetapi di film, saya angkat telpon, 'Assalamu'alaikum, ini dulu tidak terjadi," kata Rhoma sambil terisak. Dia ingat bahwa Nabi SAW berpesan untuk menyampaikan kebaikan meski hanya satu ayat. Inilah yang diamalkan Rhoma selama ada di dunia hiburan.

Dalam kesempatan itu, Rhoma menyampaikan, apa yang diucapkannya ini bukan bermaksud untuk bersikap 'ujub atau sombong. Karena sejatinya, kata Rhoma, karya-karya musik yang ia hasilkan itu berasal dari Allah.

"Astaghfirullaahal'adzim. Masih banyak yang ingin saya ceritakan. Ini seakan-akan saya 'ujub. Na'udzubillah. Musik adalah minallah. Dan kenapa saya sampaikan dakwah melalui musik, karena saya yakin semua manusia punya sense of art, sense of music. Kalau umat Islam absen dalam bermusik, maka relung hati yang fitrah tadi, itu akan diisi oleh nilai-nilai yang tentunya bukan dari Islam," tuturnya.

Untuk berdakwah di jalur musik maupun film, Rhoma menekankan kembali, lakukan terlebih dulu sebelum mengatakan.

 

"Kalau kita tidak mengatakan apa yang telah kita lakukan, lip service only, tidak akan efektif. Kalau kita menyampaikan dari hati, insya Allah sampai ke hati. Kalau kita sampaikan dari perut dengan motivasi cari makan cari popularitas, akan sampai ketemu sampah. Mohon maaf yang sebesar-besarnya," tutup Rhoma.

 
Berita Terpopuler