Survei Utting Research dari Australia yang 'Berbeda'

Menurut Utting Research, elektabilitas Anies tak jauh dari Ganjar dan Prabowo.

Tahta Aidilla/Republika
Presentasi hasil survei politik. (Ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid, Nawir Arsyad Akbar, Antara

Baca Juga

Lembaga riset yang berbasis di Australia, Utting Research, baru saja merilis hasil survei terkait elektabilitas tokoh yang digadang-gadang menjadi bakal calon presiden (capres) pada 2024. Hasilnya bisa dibilang relatif berbeda dengan survei-survei yang digelar oleh lembaga survei nasional di mana kesimpulannya hanya Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo yang benar-benar akan bersaing di pilpres.

Dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (28/7/2023), Utting Research menyatakan, elektabilitas tiga bakal capres itu yakni Ganjar Pranowo 34 persen, Prabowo Subianto 33 persen dan Anies Baswedan 27 persen. Sebanyak 3 persen responden menjawab rahasia dan atau belum memutuskan, sementara 3 persen lainnya tidak menjawab.

"Ketiga bakal calon presiden itu memiliki perolehan suara yang tak berjauhan," ujar Managing Director Utting Research John Utting.

Menurut dia, dengan selisih yang tipis di antara ketiga calon itu, kompetisi masih rentan terjadi perubahan pilihan pemilih menjelang pemilihan presiden nantinya.

"Pilpres 2024 Indonesia sangat menarik. Hingga delapan bulan menjelang hari pemilihan, pemenangnya masih sangat tidak jelas. Tiga kontestan terkuat masih sangat berimbang elektabilitasnya," jelasnya.

Survei Utting Reserach menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error sebesar 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Berdasarkan jadwal yang ditetapkan oleh KPU RI, pendaftaran bakal capres dan calon wakil presiden (cawapres) dijadwalkan dimulai pada 19 Oktober sampai 25 November 2023.

Pengamat politik dari lembaga Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai temuan Utting Research secara umum sebenarnya tidak jauh berbeda dengan situasi saat ini. Menurut dia, ketiga capres sama-sama memiliki peluang untuk menang di Pilpres 2024. 

"Ini karena tiga tokoh dominan belum miliki basis pemilih loyal yang bisa membuat mereka meyakini akan menang," ujar Dedi dalam keterangannya, Ahad (30/7/2023).

Dedi mengatakan, belum ada satu bakal capres yang sedemikian hebat sehingga paling berpeluang menang, baik Ganjar, Prabowo, maupun Anies. Dalam catatan IPO, pemilih loyal Ganjar sangat minim karena didominasi oleh pemilih PDIP dan Jokowi. 

Menurutnya, jika situasi berubah dan Jokowi mengarah ke Prabowo, maka pemilihnya bisa dipastikan akan mengikuti perubahan tersebut. Begitu halnya Anies, dari tiga partai yang mendukung, belum terlihat kontribusi partai terhadap elektabilitas Anies.

"Ini juga membuat elektabilitas tidak stabil untuk saat ini," ujarnya.

Dedi melanjutkan, survei IPO juga memotret elektabilitas Anies dalam situasi dinamis dan baik, bahkan pada periode survei terbaru bulan Juni lalu. Justru Ganjar justru berada pada posisi ketiga karena sebaran elektabilitasnya yang tidak proporsional dan hanya dominan di sedikit provinsi.

"Bahkan, sebaran suara PDIP sekalipun tidak dominan unggul, berbeda dengan Gerindra yang unggul dominan ke Prabowo, dan PKS yang unggul dominan ke Anies. Dari semua partai di Parlemen hanya PDIP yang tertinggi akan memilih Ganjar," ujarnya.

Karena itu, dia menilai, banyak faktor yang berpengaruh dalam kemenangan capres, mulai dinamika propaganda dan situasi politik nasional akan mempengaruhi pilihan pemilih. Utamanya karena di luar tiga tokoh itu masih ada pengaruh Jokowi yang juga punya basis pemilih, sehingga membuat hasil survei masih sangat dinamis.

"Survei pada dasarnya hanya mampu menjelaskan hal-hal yang bersifat sementara, momentum, sehingga kondisi politik dan propaganda sangat berperan, semisal pada saat periode survei Prabowo sedang dalam propaganda yang baik, dipastikan hasil survei juga baik. Begitu pula jika sebaliknya," ujarnya.

Adapun pengamat dari lembaga Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, mengatakan, survei adalah parameter politik untuk melihat situasi politik yang berkembang saat ini. Sehingga survei bersifat dinamis.

"Survei kan bersifat dinamis. Dalam sebulan, dalam dua bulan, survei itu kan bisa berubah secara signifikan, tinggal bagaimana mengkapitalisasi dan melakukan konsolidasi kerja-kerja politik yang konkret untuk terus meyakinkan para pemilih di bawah," ujar Adi dalam keterangannya kepada wartawan, Ahad (30/7/2023).

Karena itu, perolehan Anies di survei Utting Research dapat dikatakan temuan terbaru. Namun demikian, Adi menilai perlunya menguji data-data, metodologi, sampling dan indikator lainnya.

"Karena survei itu bukan hanya tampakan hitam dan putih siapa yang mendapatkan berapa persen, tetapi harus dicek jangan-jangan soal metodologi, jangan-jangan tentang samplingnya seperti apa. Itu yang harus dilihat secara utuh tapi overall survei itu adalah alat untuk mendeteksi bagaimana kecenderungan pemilih saat ini," ujarnya.

Adi mengatakan, hasil survei saat ini belum tentu sama dgn survei bulan depan. Begitu juga, survei saat ini belum tentu sama dengan survei tiga atau empat bulan ke depan.

"Jadi survei itu kadang up and down, turun naik. Tergantung bagaimana persepsi publik, tergangung bagaimana eskalasi kerja kerja politik yang bisa meyakinkan masyarakat datang ke TPS dan memilih," ujarnya.

Meski demikian, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menilai wajar jika elektabilitas Anies ini menjadi kepercayaan diri Koalisi Perubahan untuk memenangkan Pilpres 2024. Kendati, survei masih menempatkan Anies di posisi ketiga di bawah Ganjar dan Prabowo.

"Tentu wajar kemudian membuat poros perubahan itu confident ya wajar karena mereka akan mengkapitalisasi semua isu semua temuan temuan yang menguntungkan kpd mereka. Termasuk survei dari luar ini, tapi kalau melihat kecenderungan secara umum survei Australia ini kan masih tetap menempatkan Anies berada di nomor tiga ya di bawah Prabowo dan Ganjar," ujarnya.

 

Merujuk pada hasil survei Utting Research, bicara capres Anies Baswedan, Tatak Ujiyati mengatakan, elektabilitas Anies Baswedan mengalami peningkatan. "Tren peningkatan, bounce back elektabilitas Anies membuat sangat dekat dengan dua bakal capres lainnya," kata Tatak, Jumat (28/7/2023).

 

Tatak Ujiyati menjelaskan kembali bahwa naiknya elektabilitas Anies dalam waktu cepat atau sering disebut dengan bounce back menunjukkan tren peningkatan. Sebelumnya, elektabilitas Anies Baswedan dalam survei oleh berbagai lembaga, berkisar di 20 persen dan terpaut cukup jauh dari dua bakal capres lainnya.

"Bagaimanapun hasil survei, kami mengajak seluruh relawan Anies untuk tetap optimistis dan justru memandang hasil survei ini sebagai cambuk untuk bekerja lebih keras di lapangan dan memperkuat dukungan kepada Pak Anies," katanya menegaskan.

Tatak menjelaskan bahwa pihaknya sangat memahami tentang survei karena lama berkecimpung di bidang tersebut. Oleh sebab itu, melihat berbagai hasil survei, dia merasa tidak terlalu risau.

Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya juga menanggapi hasil lembaga survei asal Australia, Utting Research. Willy mengatakan, sebanyak 18 persen publik ingin adanya keberlanjutan pemerintahan saat ini, seperti yang ditawarkan Ganjar dan Prabowo. Sedangkan, 81 persen sisanya menginginkan adanya perubahan.

"Sebanyak 81 persen menginginkan perubahan. Baik yang menginginkan keberlanjutan dengan perubahan 61 persen dan perubahan penuh 20 persen," ujar Willy lewat keterangannya, Ahad (30/7/2023).

Menurut Willy, survei tersebut menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Indonesia menginginkan perubahan yang digagas oleh Anies. Angka dari Utting Research semakin menunjukkan kehendak publik terhadap gagasan tersebut.

"Dengan angka-angka ini setidaknya kita tahu bahwa realitas perubahan yang diinginkan sebagian besar rakyat itu representasinya ada pada Anies Baswedan. Dari keinginan dan harapan rakyat untuk perubahan ini, sebenarnya Anies Baswedan mengalami kenaikan signifikan," ujar Willy.

 

Karikatur Opini Republika : Waspada Hoax Pemilu - (Republika/Daan Yahya)

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) optimistis Anies Baswedan akan mampu memenangkan Pilpres 2024. Hal ini disampaikan Juru bicara PKS Pipin Sopian usai lembaga riset asal Australia Utting Research merilis surveinya yang memunculkan angka elektabilitas Anies merangkak naik 27 persen.

Meski tetap di posisi tiga, kata Pipin, elektabilitas Anies berdasarkan lembaga riset yang berbasis di Australia itu mulai mendekat dengan Ganjar Pranowo yang memperoleh 34 persen dan Prabowo Subianto 33 persen. Pipin menilai angka itu sangat berpotensi naik karena sebanyak 81 responden menginginkan adanya perubahan. Baik keberlanjutan yang disertai perubahan maupun maupun perubahan yang dilakukan secara penuh.

"Elektabilitas ABW (Anies Baswedan) naik karena ternyata hanya 18 persen yang menginginkan keberlanjutan penuh yang ditawarkan Prabowo dan Ganjar," kata Pipin dalam keterangan yang diterima wartawan, Ahad (30/7/2023).

Apalagi, lanjut Pipin, dukungan dari berbagai elemen masyarakat terhadap Anies setiap saat mengalami peningkatan. Mulai dari kalangan ulama dan kaum santri, seniman, hingga para pekerja atau buruh. 

Karena itu, dia menilai kenaikan elektabilitas Anies ini memberikan keyakinan suara Anies akan mengalami bounce back dan akan terus naik hingga Pilpres 2024. Menurutnya, elektabilitas Ganjar Pranowo yang mencapai 34 persen dan Prabowo Subianto 33 persen saat ini berpotensi disalip oleh Anies Baswedan saat Pilpres 2024 berlangsung.

"Lembaga survei asing, kami percaya tanpa kepentingan, sedangkan lembaga survei lokal biasanya kerap diasumsikan sebagai pesanan," ujar Pipin.

Partai Demokrat ikut menyambut baik hasil elektabilitas bakal capres Anies Baswedan yang merangsek naik dan mulai menempel bacapres lainnya Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Kepala Badan Komunikasi Strategis dan Koordinator Juru Bicara DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menilai, peluang Anies Baswedan memenangi pertarungan di Pilpres 2024 masih besar.

"Pertarungan antarketiga capres ini memang masih terbuka. Masih bergantian satu sama lain, siapa yang di pertama, kedua, dan ketiga, selisih pun tidak jauh berbeda. Yang membedakan, sosok cawapres-nya," ujar Herzaky dalam keterangannya kepada wartawan, Ahad (30/7/2023).

Herzaky pun menilai kekuatan ketiga capres ini relatif sama. Karena itu, dia menilai hal yang penting adalah sosok cawapres untuk memberikan suara signifikan kepada tiga bacapres tersebut. 

Pertama, Herzaky menyebut cawapres harus dapat mengisi ruang kosong, khususnya ceruk pemilih muda yang tidak bisa diraih oleh capres. Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan 56,45 persen dari total pemilih sebanyak 204,8 juta adalah pemilih dari generasi Z dan milenial ini berjumlah 113.622.550 orang. 

"Ada segmen anak muda, misalnya, mendominasi pemilih kita di 2024, yang jumlahnya mencapai hampir 60 persen total pemilih. Cawapres mana yang bisa membuat para pemilih muda dan pemula ini merapat ke kubunya," katanya.

Kedua, lanjut Herzaky, keberadaan cawapres juga menjadi perlu untuk memperkuat konsolidasi mesin pemenangan. Menurutnya, kekuatan cawapres ini juga harus dibuktikan geraknya dalam konsolidasi pemenangan. 

"Bukan kekuatan ilusi, melainkan kekuatan nyata. Ada strukturnya, ada komandonya. Terbukti gerak nyatanya. Kemenangan tidak bisa diraih dari mimpi dan persepsi belaka. Kerja-kerja lapangan dari mesin pemenangan ini menjadi penting," ujarnya.

Ketiga, kemenangan juga perlu ditunjang dengan soliditas dari koalisi. Karena itu, soliditas partai di koalisi harus diperkuat ke arah yang sama untuk pemenangan capres-cawapres sebagai dwi tunggal. Menurutnya, bukan untuk pemenangan pribadi ataupun pemenangan partai politik tertentu saja, maka makin besar peluangnya paslonnya terpilih. 

"Inilah yang membuat kami semakin yakin, dengan Koalisi Perubahan. Semua parpol setara dan sejajar. Maunya capres dan cawapres kita menang. Maunya seluruh parpol anggota koalisi menang di parlemen. Bukan maunya partai masing-masing saja yang menang. Soliditas ini bisa menjadi kunci kemenangan perubahan," ujarnya.

 

9 Cawapres Anies Usulan Demokrat - (Infografis Republika)

 

 
Berita Terpopuler