Elektabilitas Capres: Ganjar Unggul Sepanjang 2022, Prabowo Melesat pada 2023

Elektabilitas Prabowo saat ini mengungguli Ganjar dan Anies.

Republika/Thoudy Badai
Kader Partai Gerindra saat mengikuti kegiatan Konsolidasi Kader Partai Gerindra Jakarta Selatan di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan, Ahad (23/7/2023). Kegiatan tersebut merupakan agenda konsolidasi kader partai Gerindra di wilayah Jakarta Selatan untuk membahas terkait strategi pemenangan partai pada pemilu legislatif maupun Prabowo sebagai calon Presiden pada pilpres 2024 di Jabodebek.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wahyu Suryana, Nawir Arsyad Akbar

Baca Juga

Setelah sempat mendominasi angka elektabilitas bakal calon presiden (capres) sepanjang 2022, Ganjar Pranowo kini harus mengakui tren kenaikan elektabilitas pesaingnya, Prabowo Subianto. Kurang dari setahun menuju Pilpres 2024, elektabilitas Prabowo terus melesat meninggalkan Ganjar dan bakal capres lain, Anies Baswedan.

Hal itu tercermin dari hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada Ahad (23/7/2023). Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, elektabilitas Prabowo semakin melesat meninggalkan dua tokoh lainnya.

Dalam simulasi head to head dengan Ganjar, Prabowo meraup 49,5 persen suara dan meninggalkan Ganjar yang mendapat 40,9 persen suara.

"Awalnya Mas Ganjar unggul sepanjang 2022, tapi mulai disalip Pak Prabowo di Maret 2023 ke atas. Selisihnya kurang lebih kisaran 9 persen," kata Burhanuddin, Ahad (23/7).

Burhanuddin menuturkan, bila Prabowo diadu dengan Anies, angka dukungan untuk Prabowo melambung sampai 56,2 persen. Angka tersebut meninggalkan elektabilitas Anies yang mendapat 29,6 persen suara.

"Kelihatan Pak Prabowo makin jauh keunggulannya kalau head to head lawan Anies," ujar Burhanuddin.

Ia turut menerangkan alasan terkikisnya suara untuk Ganjar. Bila Anies tidak masuk putaran kedua, pendukung mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu akan memilih calon yang berada di tengah, yaitu Prabowo. 

"Kita cek ternyata pendukung Anies kalau tidak masuk putaran kedua lebih banyak yang lari ke Pak Prabowo," kata Burhan. 

Tidak hanya simulasi head to head, Indikator Politik Indonesia turut memotret elektabilitas ketiga sosok tersebut. Hasilnya, elektabilitas Prabowo tetap mengisi urutan pertama dilihat dari simulasi tiga capres.

Prabowo Subianto menempati puncak klasemen capres dengan dukungan 36,8 persen. Posisi kedua ditempati Ganjar Pranowo dengan 35,7 persen suara dan Anies Baswedan mengisi posisi ketiga dengan 21,5 persen dukungan.

Survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia sendiri digelar untuk periode 20-24 Juni 2023. Survei ini dilakukan kepada 1.220 responden dari seluruh Indonesia dengan wawancara dilakukan secara face to face.

Sebelumnya, berdasarkan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI), elektablitas Prabowo juga tercatat dalam tren meningkat selama tujuh bulan terakhir. Pada Januari 2023, Prabowo disebut memiliki suara sekitar 23,2 persen.

Raihan Prabowo terpaut cukup jauh dari Ganjar dengan 36,3 persen suara serta Anies 24,2 persen. Namun, Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan mengatakan, elektabilitas Prabowo saat ini berada di posisi teratas dengan hasil perolehan suara 35,8 persen, disusul Ganjar 32,2 persen, dan Anies 21,4 persen. Ada tren penguatan dukungan ke Prabowo secara konsisten sejak Januari.

"Jadi, selama tujuh bulan terakhir Prabowo mengalami penguatan," kata Djayadi melalui rilis yang diterima Republika, Selasa (11/7/2023).

Survei LSI yang terakhir diselenggarakan pada 1-8 Juli 2023, dengan pemilihan sampel melalui metode random digit dialing. Menariknya, kondisi sebaliknya dialami capres dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo.

"Ganjar itu mengalami penurunan tajam dari Januari 2023 ke April 2023," ujar Djayadi.

Djayadi menerangkan, untuk survei LSI pengambilan data dilakukan lewat wawancara dengan responden melalui telepon pewawancara terlatih. Adapun margin of error kurang lebih 2,8 persen, tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasil survei berbeda dirilis oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), yang menyatakan pemilih kuat Ganjar Pranowo mencapai 73 persen. Angka itu mengungguli Anies Baswedan dengan 61 persen dan Prabowo Subianto dengan 59 persen.

Angka ini cukup berbeda dari temuan elektabilitas lembaga-lembaga survei lain beberapa bulan terakhir. Yang mana, banyak yang menunjukkan Prabowo berhasil memuncaki bursa capres potensial mengungguli Ganjar dan Anies.

Saiful menjelaskan, survei SMRC yang dilakukan pada Mei 2023 menunjukkan, secara umum ada 33 persen yang menyatakan masih bisa merubah pilihannya. Baik yang sangat atau cukup besar kemungkinannya mengubah pilihan capres. 

Sedangkan, yang menyatakan kecil atau sangat kecil kemungkinan mengubah pilihan 64 persen dan ada 3 persen belum menjawab. Saiful mengingatkan, dalam sejarah pilpres langsung selisih suara tidak pernah terlalu besar.

"Kecuali dalam Pilpres 2009. Ketika itu, SBY mendapat suara sekitar 60 persen, sisanya dibagi oleh dua lawannya. Selisihnya sekitar 20 persen," kata Saiful, Kamis (13/7/2023).

Tetapi, Saiful melanjutkan, pada dua pilpres terakhir selisih suara 5-10 persen. Ia merasa, angka 33 persen yang menyatakan mungkin berpindah pilihan itu besar. Kalau angka 33 persen cenderung ke calon tertentu pengaruhnya signifikan.

"Namun, jika berubahnya proporsional, pengaruhnya tidak akan besar," ujar Saiful.

 

 

Ketua DPP PDIP, Aria Bima pernah menilai, elektabilitas Prabowo Subianto sejauh ini masih datang dari dua segmen eksternal. Yaitu, suara pendukung Anies Baswedan dan suara pendukung Joko Widodo.

"Yang cukup signifikan mendongkrak suaranya. Saya melihat, positioning Prabowo masih dua, dia mendapatkan suara dari pendukung Anies, dan dia mendapatkan suara dari pendukung Jokowi," kata Aria, Rabu (12/7/2023).

Ia merasa, ada inkonsistensi karena tipologi DNA dari dua pendukung ini berbeda. Sedangkan, positioning Ganjar Pranowo konsisten dari PDIP, dari platform ideologis, platform sosial, dan ada kecenderungan itu linier.

Apalagi, Aria mengingatkan, dalam semua simulasi pasangan Ganjar selalu naik atau cenderung naik. Artinya, penerimaan masyarakat jauh lebih luas untuk Ganjar Pranowo, sedangkan Prabowo lebih sebagai variabel tunggal.

"Waktu masih delapan bulan, saya melihat tipikal Ganjar selain lebih mudah bernavigasi, memiliki mobilitas jauh lebih tinggi," ujar Aria.

Maka itu, ia mengungkapkan, sampai hari ini PDIP sebenarnya masih mendorong keterkenalan atau tingkat popularitas Ganjar agar semakin naik. Targetnya, tingkat keterkenalan Ganjar mendekati 100 persen.

Setelah itu, Aria menekankan, barulah PDIP akan bergerak mempopulerkan Ganjar sebagai capres 2024. Ia melihat, ketertarikan akan berdampak ke tingkat popularitas dan tingkat keterkenalan Ganjar yang semakin naik.

"Sekaligus, mempromosikan dan menjelaskan ke publik kalau dia capres karena sampai hari ini masih jadi Gubernur Jawa Tengah," kata Aria.

In Picture: Jokowi Ajak Prabowo dan Erick ke Pabrik Pindad di Malang

 

 

Adapun, Wakil Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres (TKRPP) PDIP, Adian Napitupulu menegaskan dukungan Presiden Jokowi adalah untuk Ganjar Pranowo. Namun, ia menyadari tidak mungkin Jokowi menyatakan dukungannya secara terang-terangan.

Jokowi sebagai kader PDIP tentu iku kebijakan yang diputuskan oleh partai. Dalam hal ini mengusung Ganjar sebagai bakal capres untuk Pilpres 2024.

"Dia (Jokowi) tahu bagaimana berjalan bersama-sama di PDI Perjuangan, dalam banyak kesempatan di mana dia jadi wali kota dua periode, gubernur, kemudian presiden," ujar Adian lewat keterangannya dikutip Senin (24/7/2023).

Jika masa kampanye sudah dimulai, ia yakin Jokowi akan ikut mengkampanyekan Ganjar sesuai dengan mekanismenya. Termasuk mengikutsertakan Gibran Rakabuming Raka yang sudah didaulat menjadi salah satu juru kampanye Ganjar.

Adian juga mengomentari kerap dikaitkannya kedekatan Jokowi dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Menurutnya, kedekatan tersebut bentuk hubungan presiden dan pembantunya, bukan sebuah dukungan untuk Pilpres 2024.

"Ya, dia dekat dengan menterinya, bahwa dengan menteri dia harus selalu dekat, iya, dong. Masa sama menteri jauh-jauhan, tetapi tidak dalam kapasitas sebagai capres," ujar Adian.

Sementara itu, Ketua DPP PDIP, Said Abdullah mengatakan bahwa Ganjar adalah sosok penerus kepemimpinan Jokowi. Gubernur Jawa Tengah itu merupakan hasil dari proses dalam menyelami batin dan alam pikir Jokowi.

"Publik meyakini hanya Mas Ganjar Pranowo-lah sosok capres yang layak meneruskan kepemimpinan nasional setelah Presiden Jokowi demisioner pada Oktober 2024 nanti," ujar Said.

"Mas Ganjar dalam memahami seni kepemimpinan model Presiden Jokowi inilah yang tidak bisa ditiru oleh capres lain," sambung Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR itu.

 

 

Ke mana Jokowi berlabuh? - (Republika/berbagai sumber)

 
Berita Terpopuler