Bakteri Usus Ada Kaitannya dengan Serangan Jantung

Bakteri yang hidup di usus berkontribusi pada penumpukan plak aterosklerosis.

www.freepik.com.
Nyeri dada (ilustrasi). Nyeri dada merupakan salah satu gejala serangan jantung. Selain itu, penderita juga bisa tampak pucat dan berkeringat.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para peneliti telah menemukan hubungan antara tingkat bakteri tertentu yang hidup di usus dan plak aterosklerosis koroner, yang dibentuk oleh penumpukan timbunan lemak dan kolesterol. Ini merupakan penyebab utama serangan jantung.

Para peneliti di Uppsala and Lund University di Swedia menganalisis bakteri usus dan pencitraan jantung di antara 8.973 partisipan berusia 50 hingga 65 tahun yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung. 

Baca Juga

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Circulation ini mengungkapkan bahwa bakteri mulut, terutama spesies dari genus Streptococcus, dikaitkan dengan peningkatan terjadinya plak aterosklerotik pada arteri kecil jantung ketika berada dalam flora usus.

"Spesies dari genus Streptococcus merupakan penyebab umum pneumonia dan infeksi pada tenggorokan, kulit, dan katup jantung. Kami sekarang perlu memahami apakah bakteri ini berkontribusi terhadap perkembangan aterosklerosis," kata Tove Fall, Profesor Epidemiologi Molekuler di Uppsala, seperti dilansir Siasat Daily, Kamis (13/7/2023).

Dalam penelitian ini, para ilmuwan menyelidiki hubungan antara mikrobiota usus dan penumpukan timbunan lemak di arteri jantung. Sejumlah besar sampel dengan data berkualitas tinggi dari pencitraan jantung dan flora usus memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi hubungan baru.

"Di antara temuan kami yang paling signifikan, Streptococcus anginosus dan S oralis subsp oralis adalah dua yang terkuat," kata Sergi Sayols-Baixeras, penulis utama dari Uppsala University.

Tim peneliti juga menemukan bahwa beberapa spesies yang terkait dengan penumpukan timbunan lemak di arteri jantung terkait dengan tingkat spesies yang sama di mulut. Hal ini diukur dengan menggunakan sampel feses dan air liur.

Selain itu, bakteri ini dikaitkan dengan penanda peradangan dalam darah, bahkan setelah memperhitungkan perbedaan pola makan dan pengobatan antara partisipan yang membawa bakteri dan yang tidak.

"Kami baru saja mulai memahami bagaimana inang manusia dan kumpulan bakteri di berbagai kompartemen tubuh saling memengaruhi satu sama lain. Kita sekarang perlu menyelidiki apakah bakteri ini merupakan pemain penting dalam perkembangan aterosklerosis," kata dia.

 
Berita Terpopuler