Rentan Bikin Sakit Perut, Hindari Makanan-Minuman Ini Saat Liburan

Kopi dan teh susu yang dijajakan di suhu ruang juga sebaiknya dihindari.

www.freepik.com
Kulineran saat berlibur (Ilustrasi). Makanan dan minuman lokal di suatu tujuan wisata bisa memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan yang biasa dikonsumsi sehari-hari oleh wisatawan.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengeksplorasi kuliner lokal merupakan salah satu agenda "wajib" yang umum dilakukan oleh orang-orang ketika berwisata. Sayangnya, aktivitas yang menyenangkan ini juga kerap membuat para wisatawan terkena masalah traveller's tummy.

Traveller's tummy merupakan istilah untuk masalah pencernaan yang dialami oleh wisatawan ketika sedang berlibur. Gejala yang dialami oleh wisatawan bila mengalaminya adalah diare dan kram perut. Selain terasa tidak nyaman, masalah ini juga dapat menghambat rencana berlibur para wisatawan.

Makanan dan minuman lokal di suatu tujuan wisata bisa memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan yang biasa dikonsumsi sehari-hari oleh wisatawan. Menurut ahli gizi dari Medical Office of Manhattan di AS, Leah Silberman, perbedaan ini bisa mencakup asal bahan, prosedur penanganan, hingga standar kebersihannya.

"(Perbedaan) ini dapat meningkatkan peluang Anda untuk berkontak dengan infeksi atau polutan, yang mungkin belum bisa dilawan oleh tubuh Anda," jelas Silberman, seperti dilansirThe Sun pada Rabu (12/7).

Menurut NHS Fit to Travel, traveller's tummy atau diare saat berwisata bisa dipicu oleh beragam macam kuman. Sebagian di antaranya adalah bakteri seperti E.coli dan Salmonella, virus seperti norovirus, serta parasit.

Beragam kuman penyebab diare saat berwisata ini bisa mengontaminasi makanan dan minuman. Untuk menekan risiko terjadinya traveller's tummy saat berwisata, ada lima macam makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari. Berikut ini adalah kelima makanan dan minuman tersebut.

Ikan dan Daging Mentah
Ahli gizi dan CEO Culina Health, Vanessa Rissetto, sangat tidak menganjurkan konsumsi daging atau ikan mentah ketika berwisata ke negara-negara tertentu. Alasannya sumber daging atau ikan tersebut sulit untuk ditelusuri. Selain itu, cara penanganan hingga lamanya daging atau ikan mentah dijajakan juga kerap sulit untuk diketahui.

Beberapa contoh sajian ikan dan daging mentah tersebut adalah steak dengan tingkat kematangan rare, tartare (sapi mentah), serta sushi. Bila ikan dan daging mentah tidak dikelola dengan baik, wisatawan yang mengonsumsi sajian mentah ini berisiko mengonsumsi bakteri, parasit, atau virus penyebab penyakit.

Air Keran
Aman atau tidaknya air keran untuk dikonsumsi akan sangat bergantung pada wilayah destinasi wisata para pelancong. Air keran yang tidak aman dikonsumsi umumnya rentan terkontaminasi oleh kuman penyebab penyakit, termasuk kuman penyebab traveller's tummy.

"Mengingat patogen (kuman penyebab penyakit) tidak terlihat oleh mata telanjang, sulit untuk mengetahui keamanan air untuk diminum," kata CEO Stop Foodborne Illness, Mitzi Baum.

Untuk menekan risiko ini, Baum menganjurkan para wisatawan untuk selalu meminum air putih kemasan saat berlibur. Selain itu, Baum juga menganjurkan wisatawan untuk menyikat gigi menggunakan air putih kemasan.

Bila tak ada opsi air putih kemasan, Baum mengatakan wisatawan dapat merebus air keran terlebih dahulu sebelum diminum. Setelah direbus, air keran sebaiknya dibiarkan mendingin terlebih dahulu.

Baca Juga

Sayur dan Buah
Banyak wisatawan berpikir bahwa sayur dan buah pasti aman untuk dikonsumsi ketika sedang berlibur. Anggapan ini sebenarnya tidak selalu tepat.

Sayur dan buah segar yang sudah dipotong-potong atau siap santap dan sudah lama dipajang di etalase sebaiknya dihindari. Buah atau sayur yang terlalu lama dipajang berisiko dihinggapi oleh kuman penyebab penyakit.

Selain itu, sajian sayur mentah atau rempah pada makanan juga sebaiknya dihindari. Alasannya, sayur atau rempah ini mungkin saja dicuci dengan air yang terkontaminasi.

Bila ingin memakan sayur atau buah, sebaiknya pilih jenis sayur dan buah yang masih lengkap dengan kulitnya. Selalu cuci dan kupas kulit sayur atau buah tersebut sebelum menyantapnya. Rissetto menganjurkan agar wisatawan mencuci buah atau sayur dengan air putih kemasan.

NHS juga menganjurkan wisatawan untuk menghindari buah raspberi ketika sedang berlibur. Alasannya, buah ini cukup sulit untuk dicuci dan dapat membuat wisatawan terpapar oleh cyclosporiasis. Cyclosporiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh konsumsi buah, sayur, atau air terkontaminasi yang dapat memicu terjadinya diare.

Produk Susu
Produk susu pasteurisasi aman untuk dikonsumsi. Akan tetapi, produk olahan susu seperti es krim, keju, atau yoghurt lokal bisa berisiko terkontaminasi kuman penyebab penyakit seperti listeria, salmonella, atau E.coli.

Bila tetap ingin menyantap produk-produk olahan susu, pilih produk yang dijual oleh toko atau merek terpercaya. Produk olahan susu, termasuk sajian teh atau kopi dengan susu, yang dijajakan di suhu ruang juga sebaiknya dihindari.

Sebagian Jajanan Kaki Lima
Tak ada yang lebih nikmat dibandingkan mencicipi kuliner lokal yang dijajakan oleh pedagang kaki lima. Akan tetapi, tak semua pedagang kaki lima menerapkan standar penanganan dan kebersihan yang sesuai.

Bila tetap ingin mencicipi jajanan kaki lima, wisatawan dianjurkan untuk memilih jajanan kaki lima yang dimasak di tempat dan dijual dalam kondisi panas. Selain itu, sebaiknya hindari jajanan kaki lima yang dipajang terbuka di tenda atau gerobak dagangan.

Kiat Meredam Diare Saat Berwisata
Ada kalanya, wisatawan tetap mengalami traveller's tummy atau masalah pencernaan saat berwisata. Masalah ini biasanya muncul di pekan pertama saat berwisata.

Terlepas dari ringan atau beratnya gejala yang muncul, wisatawan yang mengalami diare harus memperbanyak asupan cairan agar tidak dehidrasi. Cairan ini bisa berupa air putih, jus buah encer, atau oralit.

Bila gejala terasa sangat mengganggu, wisatawan bisa menggunakan obat pereda diare yang dijual secara bebas. Namun, bila keluhan diare terasa sangat berat, bahkan terjadi sebanyak lebih dari enam kali dalam sehari, wisatawan dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter.

 
Berita Terpopuler