Jemaat Tinggalkan Gereja United Methodist Amerika karena Isu LGBT

Hukum gereja melarang pernikahan sesama jenis.

AP Photo/Charlie Riedel, File
Bendera pelangi berkibar bersama bendera AS di depan Asbury United Methodist Church, Prairie Village, Kansas, 19 April, 2019.
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lebih dari 6.000 jemaat gereja United Methodist Church (UMC), mendapatkan izin meninggalkan denominasi tersebut di tengah perdebatan teologi dan peran orang-orang LGBT di denominasi gereja Protestan terbesar kedua tersebut. 

Menurut penghitungan tak resmi United Methodist News Service yang diberitakan Associated Press, 6 Juli 2023, sebanyak 6.182 jemaat menerima persetujuan tak berafiliasi lagi dengan UMC sejak 2019. Dari jumlah itu, yang keluar pada tahun ini saja 4.172 jemaat. 

Keputusan sejumlah jemaat untuk keluar mulai meningkat mulai 2019, ketika gereja membuka kesempatan selama empat tahun bagi jemaat AS untuk mempertimbangkan tetap bertahan atau keluar, terutama karena menyangkut isu-isu LGBT. Jumlah tertinggi tercatat tahun ini. 

Hukum gereja melarang pernikahan sesama jenis atau pentahbisan seseorang yang menyatakan diri homoseksual. Namun, adanya pihak yang melanggar larangan tersebut di banyak gereja AS membuat jemaat konservatif akhirnya memilih meninggalkan gereja.

Banyak jemaat akhirnya bergabung dengan Global Methodist Church (GMC) denominasi yang didirikan tahun lalu oleh kelompok konservatif yang meninggalkan UMC. Sedangkan, yang lainnya, memutuskan independen atau bergabung dengan denominasi lainnya. 

Jay Therrell, president Wesleyan Covenant Association, kaukus konservatif yang mengadvokasi gereja-gereja yang memisahkan diri, menyatakan, beberapa konferensi tahunan pada 2023 ini bisa jadi akan memberi persetujuan kepada lebih banyak jemaat keluar. 

Meski sebagian besar jemaat UMC masih bertahan tetapi mereka yang keluar juga jumlahnya banyak. ‘’Ini memberikan dampak yang membuat para pejabat gereja memangkas anggaran 2024,’’ kata Therrell. 

Uskup Thomas Bickerton merasa kecewa....

 

Uskup Thomas Bickerton, presiden Dewan Uskup UMC, merasa kecewa dengan keluarnya sejumlah jemaat dari gereja UMC. ‘’Saya pikir tidak ada satu pun dari kita ingin melihat mereka yang meninggalkan gereja,’’ katanya. 

Semua, jelas dia, mendapatkan panggilan untuk bersatu. ’’Tak ada masa gereja tanpa konflik tetapi ada jalan untuk bekerja sama untuk melewatinya. Namun bagi yang keluar dan menghidupkan Kristen melalui ekspresi yang baru, semoga Tuhan memberkati ,’’ katanya. 

Sebenarnya, badan-badan legislatif UMC yang dikenal dengan konferensi umum, berulang kali menegskan larangan pernikahan LGBT baik di gereja AS maupun luar negeri. Namun semakin banyak yang menentang larangan itu di gereja AS.

 

Maka kemudian, kelompok jemaat konservatif memutuskan membuat gereja tersendiri, Global Methodist Church. Mereka meyakini isu-isu seksualitas ini mencerminkan perbedaan teologi yang kian mendalam di antara mereka. 

Keluarnya jemaat dalam jumlah besar terjadi di wilayah selatan dan Midwest, seperti Negara Bagian Texas, Alabama, Kentucky, Ohio. Masing-masing ratusan jemaat di sana memutuskan untuk tak berhubungan lagi dengan UMC. 

GMC kemudian mulai mendirikan gereja-gereja baru termasuk di wilayah UMC yang jemaatnya masih bertahan di sana. Dengan fenomena ini, kelompok progresif mendorong perubahan hukum gereja pada Konferensi Umum pada 2024.

Mereka berharap UMC akan mengizinkan pernikahan sesame jenis dan penstabihan LGBT. UMC memiliki sekitar 6,5 juta anggota di AS dan cukup banyak di luar negeri. Di AS keanggotaannya mengalami penurunan drastis tetapi di luar negeri tumbuh, khususnya di Afrika. 

 

 
Berita Terpopuler