Badai Matahari Mematikan 1: NASA Peringatkan Kiamat Internet?

Beredar peringatan palsu atas nama NASA tentang penutupan internet yang dipicu badai matahari besar 2025.

network /Ilham Tirta
.
Rep: Ilham Tirta Red: Partner

Ilustrasi Badai Matahari. Gambar: Getty Images

ANTARIKSA -- Terlepas dari apa yang dimuat banyak berita, tidak ada akan kiamat internet di cakrawala. Kekhawatiran tentang bencana internet selama berbulan-bulan mulai muncul di platform media sosial tidak lama setelah sebuah penelitian tahun 2021 berjudul 'Badai Super Matahari: Merencanakan Kiamat Internet'. Berita itu menulis bahwa badai matahari besar dapat merusak parah kabel internet, khususnya kabel di bawah laut yang menghubungkan benua dan membantu menggerakkan internet secara global.

Penelitian tersebut dipresentasikan pada konferensi komunikasi data pada tahun 2021, tetapi belum muncul dalam jurnal peer-review. Pekan lalu, misinformasi yang didasarkan pada peringatan palsu dari NASA meningkatkan kembali kekhawatiran 'kiamat internet', yang dengan cepat menyebar secara online.

Itu termasuk klaim tidak berdasar tentang badai matahari yang akan datang yang akan memicu pemadaman internet global dalam dekade berikutnya, dan bagaimana pesawat antariksa Parker Solar Probe NASA bisa menyelamatkan internet dari kematian. Parker Solar Probe diluncurkan pada 2018 untuk mempelajari matahari dan cuacanya dari dekat.

Berikut adalah tiga informasi palsu yang telah menjadi viral di saluran media sosial seperti YouTube, TikTok, Twitter, Reddit, dan Instagram. NASA belum mengeluarkan peringatan apa pun tentang kiamat internet

Kepanikan saat ini dipicu oleh peringatan NASA yang tidak ada tentang "kiamat internet" yang akan segera terjadi.

Sebagian besar kebohongan mengacu pada artikel yang diterbitkan oleh badan antariksa pada bulan Maret tentang upayanya memprediksi badai matahari menggunakan kecerdasan. Padahal, dalam artikel di situs web resminya, NASA tidak menggunakan istilah 'kiamat internet'.

Sebaliknya, itu berasal dari penelitian tahun 2021 yang sama, yang penulis tunggalnya, Sangeetha Abdu Jyothi, baru-baru ini memberi tahu The Washington Post bahwa dia menyesal menggunakan frasa tersebut. Sebab, makalahnya telah 'mendapat terlalu banyak perhatian'.

Ketakutan yang menyebar online juga diperkuat oleh penelitian peer-review dari awal tahun ini yang menunjukkan matahari dapat mencapai puncak aktivitasnya pada tahun 2024, setahun lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Meskipun para ilmuwan sebenarnya memperkirakan badai matahari besar akan terjadi setelah aktivitas matahari mencapai puncaknya, tidak ada bukti yang mendukung desas-desus viral bahwa badai matahari besar berikutnya akan menyebabkan internet offline.

Efek dari badai matahari besar pada jaringan listrik dan sistem komunikasi didokumentasikan dengan baik. Untuk kewaspadaan dan melakukan pemantauan dan evaluasi berkelanjutan terhadap sistem matahari-Bumi dan sistem heliosfer. Namun, studi lebih lanjut diperlukan untuk membuat pernyataan kuat mengenai kekuatan badai matahari," kata Vishal Upendran, rekan peneliti di Laboratorium Surya dan Astrofisika Lockheed Martin kepada Space.com.

 
Berita Terpopuler