AS Pastikan Kirim Senjata Mematikan, Bom Tandan ke Ukraina 

Putin menyatakan AS dan sekutunya akhirnya terlibat memperluas perang proksi.

AP/Andrew Harnik
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan berbicara pada konferensi pers di Gedung Putih di Washington, Senin, 4 April 2022.
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) secara resmi mengumumkan akan mengirimkan bom kluster atau bom tandan ke Ukraina. Senjata yang secara luas terlarang di ratusan negara ini diandalkan untuk melumpuhkan kekuatan Rusia. 

Presiden AS Joe Biden menyatakan keputusan pengiriman bom tandan merupakan keputusan yang sulit. Namun, ia berdalih Ukraina membutuhkan senjata tersebut. Seorang pejabat di Pentagon atau Departemen Pertahanan AS mendukung pandangan Biden. 

Menurut dia, bom tandan akan dikirimkan dalam waktu yang tepat atas rencana Ukraina melakukan serangan balik ke Rusia. Ukraina menyatakan bom tandan ini bisa meruntuhkan pertahanan Rusia dan kian menurunkan moral pasukan Rusia. 

Ukraina diklaim menjamin menggunakannya secara hati-hati. ‘’Ukraina memberi jaminan tertulis akan menggunakannya (bom tandan) secara hati-hati untuk mengurangi risiko bagi warga sipil,’’ kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, Jumat (7/7/2023)

Baca Juga: Pemerintah AS Akui Bom Tandan akan Bahayakan Warga Sipil 

Penggunaan bom tandan ini memang ditentang oleh berbagai kelompok pembela HAM karena dampaknya bagi warga sipil. Namun bagi Ukraina, senjata ini merupakan elemen baru yang sangat penting dalam serangan balik terhadap Rusia. 

Ketika diluncurkan, bom tandan akan merilis bom-bom berukurkan lebih kecil (bomblet) dalam jumlah banyak, menyasar area yang sangat luas. Dengan kemampuan senjata ini, memberikan ancaman besar bagi warga sipil karena bisa terkena bom tersebut saat masa perang. 

Tak hanya itu, setelah perang berakhir, ancaman juga mengintai warga sipil karena bom-bom kecil yang dirilis saat peneyarangan bom kluster ada yang tak berhasil meledak. Bisa saja kemudian meledak beberapa saat setelah masa perang.

Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyebut konflik dengan Ukraina sebagai operasi militer khusus untuk melindungi keamanan Rusia, menyatakan AS dan sekutunya akhirnya terlibat memperluas perang proksi. 

Anatoly Antonov mengkritik keputusan AS....

Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov mengkritik keputusan AS mengirimkan bom tandan ini ke Ukraina. ‘’Kekejaman dan sinisme terbatang, dengan AS mengangkat isu mengenai pengiriman senjata mematikan ini ke Ukraina. Ini sebuah serangan,’’ ujarnya.   

Ia juga membayangkan risiko yang kelak terjadi. ‘’Sekarang, dengan kesalahan yang diambil AS, aka nada risiko bertahun-tahun bagi warga sipil karena bom-bom kecil yang gagal meledak ketika bom tandan dilepas,’’ ujarnya. 

Ukraina mengeklaim berhasil merebut kembali sejumlah desa di bagian selatan Ukraina sejak serangan balik pada awal Juni. Namun, senjata ampuh yang mereka miliki kurang dan membutuhkan pula dukungan serangan dari udara untuk melumpuhkan Rusia. 

‘’Terlalu dini untuk menilai bagaimana serangan balik Ukraina berjalan sebab kita baru saja berada pada fase permulaan,’’ kata Colin Kahl, wakil menteri pertahanan AS. Pengiriman bom tandan ke Ukraina juga mengundang polemik bagi sekutu Ukraina dan AS. 

Jerman menentang pengiriman bom tandan ke Ukraina, sehari setelah AS menyatakan keinginan untuk mengirim senjata tersebut. 

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyatakan, negaranya merupakan salah satu dari 111 negara penandatangan  Convention on Cluster Munitions (CCM), yang melarang penggunaan bom kluster. Sedangkan AS bukan merupakan penandatangan. 

Ditanya mengenai pernyataan pejabat AS yang ingin mengirimkan bom kluster ke Ukraina, Baerbock yang hadir dalam konferensi iklim di Wina, Austria, menyatakan,’’Saya mengikuti berita di media. Bagi kami, sebagai penandatangan, kami menerapkan kesepakatan Oslo.’’

Baerbock mengacu pada CCM, yang ditandatangani di ibu kota Norwegia, Oslo pada 2008. Konvensi ini melarang penggunaan, menyetok, memproduksi, dan mengirimkan senjata kluster ini ke tempat atau negara lain.

 
Berita Terpopuler