Peneliti Ungkap Jumlah Mikroplastik yang Bisa Terhirup Setiap Pekan

Mikroplastik bisa mengendap di saluran napas.

Republika/Putra M. Akbar
Polusi udara di Jakarta, Selasa (6/6/2023). Manusia menghirup sekitar 16,2 bit mikroplastik setiap jamnya, setara dengan ukuran kartu kredit selama sepekan penuh.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama beberapa dekade terakhir, polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan kerap menjadi pembicaraan utama. Namun, sebetulnya ada ancaman lain, di mana para ilmuwan memperingatkan bahwa jumlah mikroplastik di udara meningkat secara signifikan.

Sebuah studi baru yang dipimpin oleh University of Technology Sydney menyatakan kemungkinan adanya masalah kesehatan serius yang disebabkan oleh mikroplastik. Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan bahwa setiap orang mungkin menghirup mikroplastik yang setara dengan ukuran kartu kredit setiap pekannya.

Mikroplastik adalah fragmen kecil dari semua jenis plastik yang berukuran kurang dari lima milimeter. Plastik ini sengaja dibuat seperti itu untuk digunakan dalam kosmetik atau tekstil, atau terbentuk dari potongan plastik yang lebih besar yang terurai karena terpapar oleh elemen-elemennya.

Partikel-partikel yang berpotensi beracun ini terkumpul di dalam hidung dan di bagian belakang tenggorokan, dan dapat meningkatkan risiko penyakit. Penulis utama, Mohammad Islam, mengatakan bahwa produksi mikroplastik global melonjak, dan kepadatan mikroplastik di udara meningkat secara signifikan.

"Untuk pertama kalinya, pada tahun 2022, penelitian menemukan mikroplastik jauh di dalam saluran pernapasan manusia, yang menimbulkan kekhawatiran akan bahaya kesehatan pernapasan yang serius," kata Islam, seperti dilansir Express, Kamis (15/6/2023).

Mikroplastik diketahui membahayakan ekosistem laut. Melalui konsumsi seafood, air keran, atau makanan lainnya, mikroplastik di lautan juga bisa masuk ke dalam tubuh manusia. Namun, studi baru yang diterbitkan dalam Physics of Fluids ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa mikroplastik dapat bertahan di saluran pernapasan manusia.

Sebelumnya telah ditemukan bahwa manusia menghirup sekitar 16,2 bit mikroplastik setiap jamnya, setara dengan kartu kredit selama sepekan penuh. Oleh karena itu, tim peneliti ingin memahami bagaimana mikroplastik bergerak di dalam sistem pernapasan untuk melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit pernapasan yang diakibatkannya.

Untuk melakukannya, tim internasional mengembangkan model dinamika fluida komputasi untuk menganalisis transportasi dan pengendapan di saluran napas bagian atas. Mereka mengeksplorasi pergerakan mikroplastik potensial dengan berbagai bentuk dan ukuran mulai dari yang bulat hingga tetrahedral dan silinder, serta dalam kondisi bernapas lambat dan cepat.

Baca Juga

"Bentuk anatomi saluran napas yang rumit dan sangat asimetris serta perilaku aliran yang kompleks di rongga hidung dan orofaring menyebabkan mikroplastik menyimpang dari jalur aliran dan mengendap di area tersebut," jelas Islam.

Sementara itu, kecepatan aliran, inersia partikel, dan anatomi asimetris memengaruhi deposisi secara keseluruhan. Itu dapat meningkatkan konsentrasi deposisi di rongga hidung dan area orofaring.

Kondisi pernapasan dan ukuran mikroplastik memengaruhi tingkat pengendapan mikroplastik secara keseluruhan di saluran napas. Semakin cepat udara dihirup, semakin sedikit mikroplastik yang tertimbun di saluran udara.

Mikroplastik dengan ukuran yang lebih besar lebih sering mengendap di saluran napas dibandingkan mikroplastik yang lebih kecil. Rekan penulis Profesor YuanTong Gu dari Queensland University menyebut studi ini menekankan perlunya kesadaran yang lebih besar akan keberadaan dan potensi dampak kesehatan dari mikroplastik di udara yang dihirup.

 
Berita Terpopuler