Putin Sebut Invasi Rusia ke Ukraina Sebagai Perang 

Penggunaan kata perang di depan umum jadi gambaran perubahan persepsi Rusia.

Gavriil Grigorov, Sputnik, Kremlin Pool Photo
Presiden Rusia Vladimir Putin. Putin sering menggunakan kata
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Selama lebih dari 15 bulan Rusia tidak menyebut serangan di Ukraina sebagai perang, melainkan operasi militer khusus. Namun kini, Presiden Vladimir Putin sering menggunakan kata "perang" untuk menggambarkan serangan Rusia di Ukraina. 

Baca Juga

Ketika Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari tahun lalu, dia menyebutnya sebagai operasi militer khusus. Ini adalah sebuah eufemisme yang sering digunakan oleh Kremlin, menteri Rusia, dan media pemerintah. Bahkan menciptakan akronim Rusia baru, "SVO".

Menyebut konflik sebagai perang secara efektif dilarang dalam sejumlah undang-undang yang sangat luas setelah invasi.  Media Rusia diperintahkan untuk tidak menggunakan kata perang. Tetapi sebagai tanggapan atas serangan pesawat tak berawak Ukraina di Moskow, Putin menggunakan kata "perang" sebanyak empat kali.

“Tidak peduli apa yang kami katakan, mereka akan selalu mencari kesalahan di Rusia, tetapi ini tidak benar: kami tidak melancarkan perang ini, saya ulangi, pada tahun 2014 rezim Kiev melancarkan perang di Donbas,” kata Putin.

Konflik di timur Ukraina dimulai pada 2014 setelah seorang presiden pro-Rusia digulingkan dalam Revolusi Maidan di Ukraina dan Rusia menganeksasi Krimea. Pasukan separatis yang didukung Rusia memerangi angkatan bersenjata Ukraina. Dalam peringatan Hari Kemenangan pada 9 Mei, Putin kembali menggunakan kata perang ketika berpidato di hadapan para veteran di Lapangan Merah.

“Perang nyata telah dilancarkan lagi melawan Tanah Air kita," ujar Putin.

Dalam beberapa bulan terakhir, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, dan tentara bayaran Wagner Yevgeny Prigozhin menggunakan kata perang, atau "voina" dalam bahasa Rusia, di depan umum.

“Kami pada dasarnya hidup dalam kondisi perang,” kata Vyacheslav Gladkov, gubernur wilayah Belgorod Rusia yang diserang dalam beberapa pekan terakhir.

Penggunaan kata perang di depan umum memberi gambaran tentang bagaimana persepsi Kremlin telah berubah. Hal ini mungkin memberi gambaran tentang masa depan konflik Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama lebih dari 15 bulan. Ini adalah perang paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

“Sungguh mengejutkan bagaimana Putin dan elit tampaknya melanggar aturan mereka sendiri,” kata seorang diplomat Barat di Moskow.

“Yang lebih penting adalah apa yang dikatakan tentang masa depan: apakah perang berarti pendekatan yang lebih serius dan seperti apa perang Rusia nantinya?," ujar diplomat Barat itu.

 

Eufemisme untuk perang bukanlah hal baru. Presiden Amerika Serikat (AS), Lyndon B Johnson menyebut keterlibatan yang semakin meningkat dalam perang Vietnam sebagai aksi militer terbatas. Sementara invasi AS ke Afghanistan pada 2001 disebut sebagai Operasi Kebebasan Berkelanjutan oleh Presiden AS, George W Bush. 

Dalam konflik Afghanistan-Soviet pada 1979 Moskow menganggap invasi itu sebagai operasi untuk memberikan bantuan internasional kepada rakyat Afghanistan yang ramah. “Anda harus ingat dan sadar bahwa SVO ditemukan pada saat mereka mengira akan menang dengan cepat dan tanpa pertumpahan darah, seperti di Krimea,” kata Abbas Gallyamov, mantan penulis pidato Kremlin.

“Tapi sekarang jelas bagi semua orang bahwa ini adalah perang. Dan menjadi jelas sejak lama ketika semua orang menyadari bahwa blitzkrieg telah gagal," ujar Gallyamov.

Transkrip Kremlin menunjukkan, belum lama ini Putin berulang kali menggunakan kata "perang". Dia mengatakan, informasi dan sanksi “perang” yang dilancarkan oleh Barat melawan Rusia, serta menyalahkan Ukraina atas konflik yang kini meluas.

Ketika mengklaim empat wilayah Ukraina sebagai bagian dari Rusia pada September 2022, Putin menggambarkan konflik tersebut sebagai perang. Kemudian pada Oktober dia mengatakan bahwa Barat menghasut perang, dan pada Desember Putin secara lebih eksplisit berbicara tentang “perang" dalam kaitan invasi di Ukraina.

“Cepat atau lambat kita akan sampai pada titik di mana semua orang menyebutnya perang dan mengakuinya sebagai perang. Dan perang bisa berarti darurat militer, mobilisasi ekonomi, mobilisasi militer dan pasukan cadangan," ujar anggota dewan di St Petersburg, Nikita Yuferev.

 

Kremlin mengatakan, tidak ada rencana darurat militer atau mobilisasi lebih lanjut. Tapi Mei lalu, Putin menyetujui amandemen yang memungkinkan pengerahan pasukan cadangan di bawah darurat militer. Selain itu, perusahaan pertahanan telah bekerja ekstra untuk memasok amunisi dan persenjataan yang dibutuhkan.

 
Berita Terpopuler