Hindari Sanksi AS, Iran Beli Pesawat Eks AU Prancis Disimpan di Indonesia

Dari Bandara Kertajati, dua pesawat Airbus harusnya ke Mali malah terbang ke Iran.

Dok @Ikutzuki
Pesawat Airbus A340-212 bekas Angkatan Udara Prancis di Bandara Kertajati, Jawa Barat.
Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Iran memiliki cara tersendiri untuk membeli pesawat dari Eropa demi menghindari sanksi Pemerintah Amerika Serikat (AS). Uniknya, Indonesia ikut terlibat dalam transaksi pembelian pesawat yang dilakukan Mahan Air. Informasi itu pertama dibocorkan jurnalis Babak Taghvaee melalui akun Twitter, @BabakTaghvaee1.

"Hasil penyelidikan saya tentang pengadaan dua Airbus A340-212 bekas Angkatan Udara Prancis oleh #IRGC berafiliasi #MahanAir untuk Pemerintah Iran. Otoritas Indonesia dan Mali terlibat dalam membantu Iran menghindarkan sanksi dari AS dan menerbangkannya ke Iran pada 23 Mei 2023," kata Taghvaee dikutip Republika.co.id di Jakarta, Kamis (1/6/2023).

Sementara itu, aviacionline melaporkan, dua unit Airbus A340 yang diidentifikasi sebagai pesawat eks Armée de l'Air alias Angkatan Udara Prancis kini sudah berada di Iran. Kronologinya, dua pesawat Angkatan Udara Prancis tersebut diterima dari Austrian Airlines pada Mei dan Desember 2006.

Baca: TNI AU Sudah Evakuasi 110 WNI dengan Pesawat dari Sudan

Kedua pesawat A340 beroperasi di negara Austria dengan registrasi OE-LAG dan OE-LAH, kemudian dialihkan dengan registrasi F-RAJA dan F-RAJB. Kemudian, dua pesawat tersebut dijual ke LMO Aero, sebuah perusahaan Prancis yang bergerak di bidang dukungan dan pemeliharaan burung besi.

LMO Aero pun memiliki dua pesawat itu dan memasukkan ke inventarisnya dengan registrasi F-HFDD dan F-HLMG. Hingga suatu saat pada 2022, ketika LMO Aero dibeli oleh perusahaan Mali yang dijamin Taghvaee, sebagai front untuk maskapai Mahan Air.

Perusahaan asal Mali itu mendaftarkan pesawat di bawah sertifikat operatornya dengan nomor pendaftaran registrasi TZ-DTA dan TZ-DTC. Setelahnya, dua pesawat itu disimpan di Indonesia. Tepatnya berada di Bandara Kertajati, Jawa Barat. Foto-foto pesawat tersebut di Bandara Kertajati beredar luas di media sosial dan tertangkap kamera di Google Image.

Di Bandara Kertajati, beberapa waktu lalu, dua pesawat itu menyatakan niat untuk terbang kembali ke Mali. Hal itu setelah mendapatkan izin dari otoritas terkait. Tiba-tiba saja, pesawat itu malah terbang ke Bandara Chabahar, yang berlokasi di bagian paling selatan Iran.

Taghvaee mengeklaim, Eksekutif Senior Mahan Air Mahdi Maghfouri terbang ke Chabahar secara pribadi untuk bertanggung jawab atas pemindahan salah satu dari dua pesawat itu ke Bandara Internasional Teheran. Adapun satu pesawat lainnya berada di Pangkalan Udara Taktis ke-10 IRIAF (Angkatan Udara Iran).

Baca: Super Hercules dan Modernisasi Alutsista TNI AU Besar-besaran

Langkah Iran membeli pesawat dari negara ketiga untuk menghindari sanksi bukan kali ini saja terjadi. Pada Desember 2022, aviacionline melaporkan, empat Airbus A340-300 yang sebelumnya diterbangkan untuk Turkish Airlines tiba-tiba digabungkan dengan bantuan dari Burkina Faso: Beberapa hari kemudian, tepatnya pada Januari 2023, sebuah satelit mengonfirmasi, armada pesawat sudah berada di Bandara Internasional Mehrabad, yang melayani ibu kota Iran, Teheran.

Mahan Air tidak asing melakukan praktik itu. Pasalnya, tahun lalu, sebuah Boeing 747-300M milik operator Iran tersebut dilaporkan telah diakuisisi oleh Emtrasur, divisi kargo Conviasa Venezuela. Pesawat tersebut akhirnya ditahan di Bandara Ezeiza, Buenos Aires, Argentina, setelah menyelesaikan penerbangan kargo dengan awak Iran. Para awak pesawat itu mengaku sedang melatih awak asal Venezuela.

Namun, penjelasan itu tidak membuahkan hasil. Pengadilan AS memerintahkan proses penyitaan dan menetapkan Mahan Air telah memperoleh pesawat tersebut melalui triangulasi serupa melalui Lance Tech General Trading LLC, sebuah perusahaan Uni Emirat Arab. Pesawat 747-300 akhirnya tetap berada di Buenos Aires, menunggu keputusan pengadilan AS.

 
Berita Terpopuler